Sholeh bersyukur bagian tubuhnya yang terkena teh panas tidak melepuh. Saat ini dia sedang berada di kamar Tamu, dia juga sudah mebawa ransel berukuran sedang yang berisi baju ganti serta peralatan mandinya. Dia menghela nafas panjang, masih tidak percaya dengan apa yang akan terjadi beberapa jam lagi. Sholeh cukup takjub dengan kamar tamu di rumah Adel, ada kamar mandi dalam, 2kali lipat lebih luas dari kamar kosnya.
"Kalau aja dulu Papah ga cerai sama Mommy gara-gara maksa mau poligami, mungkin secara ekonomi kita ga bakal sejauh ini Del, dan aku ga bakal ngerasa insecure juga" getir batin Sholeh. Tak lama dia beristigfar dan geleng-geleng kepala, berusaha mengusir rasa tidak ikhlas akan takdir yang sudah Allah tetapkan. "Daripada mikir aneh-aneh Dhuha dulu aja dah" ucap Sholeh.
-0-
"Del, gue liat dari dateng kesini Sholeh belom sarapan dah, ini nanti lu bawain sarapan ke kamarnya ye, udah jam 9" Robby berkata kepada Adel yang sedang sarapan di ruang makan.
"Lah lu bawain sendiri aja Rob, ngapain nyuruh gue?" protes Adel.
"Gue kan jemput keluarganya Aldo di bandara, nih bentar lagi berangkat" jelas Robby, pakaiannya memang sedikit lebih rapih dari biasanya.
"Ikutt dong" rengek Adel "Kangen gue sama ponakan"
"Mana boleh, penganten itu dipingit 3 hari, jangan lupa kasih Sholeh makan ye, kasian dia kayaknya sungkan makanya kaga ngambil makan sendiri" ucap Robby sembari berlalu.
Adel menghela nafasnya malas, selepas makannya selesai, ia pun meletakkan piring kotornya di westafel. Lantas ia mengambil piring bersih mengisinya dengan nasi secukupnya. Hmm, sepertinya terlalu sedikit, secukupnya bagi idola ibukota adalah satu centong kurang sedikit. Adel menambah 3 centong lagi. Lalu ia mengambil Oreg tempe, capcay sayur secukupnya dan 2 potong ayam kecap. Masakan Asisten rumah tangganya. Lalu Adel juga menyiapkan minuman, ia melihat di kulkas ada Susu Ultra Milk Karton 1 liter. Ia mengisi gelas dengan es batu, lantas menuangkan Susu Ultramilk tersebut hingga terisi cukup penuh. Adel tersenyum melihat hasil karyanya, yah meskipun dia hanya menyusun saja, tapi tetap ada kepuasan sendiri.
Adel lantas berjalan perlahan menuju kamar tamu yang jaraknya tidak jauh dari dapur. Saat ini Adel meskipun belum mandi, namun sudah cuci muka dan gosok gigi, ia juga sudah mengganti baju tidurnya dengan kaos oversize dan celana santai selutut, tidak sememalukan tadi. Sesampainya di depan kamar, Adel bingung, kedua tangannya penuh, ia tidak bisa mengetuk pintu. Adel sudah berusaha menganggil Sholeh namun tidak ada jawaban.
"Tidur, ini orang?" tanya Adel heran.
Akhirnya dengan sedikit effort, Adel berhasil membuka pintu kamar tamu tersebut. Yang pertama kali netranya lihat saat masuk ke kamar Adalah sosok Sholeh yang terlihat sedang duduk tahiyat Akhir. Duduk tahiyat akhir, adalah bagian terakhir dalam rangkaian Shalat. Adel langsung paham bahwa Sholeh saat ini sedang melaksanakan Shalat Dhuha. Adel perlahan meletakkan makanan di nakas. Entah mengapa bukannya keluar, Adel malah duduk di kasur, menunggu Sholeh selesai dengan ibadahnya.
"Eh, Del, maaf yak, tadi mau aku batalin tapi udah tahiyat Akhir" ucap Sholeh dengan nada tak enak, dia melipat sejadah yang ia gunakan.
"emang boleh batalin Shalat buat nerima tamu?" tanya Adel.
"Kalau Shalat Sunnah, setauku boleh kok" jelas Sholeh, dia duduk bersila di bawah "Kalau Shalat Wajib, suruh ngerasin bacaan suratnya biar orang tau kamu lagi Sholat"
"Oalah ilmu baru, oiya kata bang Robby kamu belum makan, ini makan dulu" perintah Adel. Lantas gadis itu mengambil makanan yang ada di nakas dan meletakkan di depan Sholeh.
"Wah, makasih, pas banget udah mulai kerasa laper, tapi kok ini banyak banget Del" ucap Sholeh heran. "Mau makan bareng?" tanyanya.
Adel yang sudah ingin menolak, entah mengapa lidahnya menjadi kelu dan malah refleks menganggukan kepalanya.
"Mmm gitu" Sholeh tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya "Yaudah ayok makan, lah sendoknya satu doang ya" ucapnya baru tersadar.
"Yaudah gapapa, gue nanti aja Leh, elu makan dulu aja" ucap Adel, sedikit bernafas lega bisa keluar dair kecanggungan makan satu piring dengan Sholeh. Dia merutukki dirinya sendiri, bisa-bisanya mengangguk.
"Santai lah, sini" ucap Sholeh sembari menyuapkan potongan ayam kecap dan tempe ke mulut Adel "Aaa"
"Aaa?" Adel heran. Saat itu, Sholeh pun menyuapkan sendoknya ke dalam mulut Adel "Sip, anak pinter" setelah itu Sholeh pun juga mulai makan. Terus seperti itu, bergantian Sholeh menyuapi Adel dan Dirinya, mereka lebih banyak diam. Sholeh yang bahagia dengan momen sederhana mereka, sedang Adel yang salah tingkah sampai tak bisa berbicara apa-apa.
"Del, kamu ga suka sayur ya?" tanya Sholeh, saat ini piring mereka sudah bersih.
"Heeh, dari dulu ga pernah suka" ucap Adel.
"Tapi nanti, kalau udah nikah, tetep harus ada sayur buat lauk ya, soalnya saya suka" Jelas Sholeh.
"Dih, elu aja yang masak sendiri, gue mah ogah" protes Adel, setidak suka itu ia pada sayur.
"Hahaha, iya gapapa, gini-gini saya lumayan jago masak kok" kekeh Sholeh "Nanti saya buat kamu suka sayur"
"Coba aja, ga bakal bisaaa!" Adel menyilangkan tangan di dadanya, berkata dengan nada sombong.
Sholeh tertawa kecil "InsyaAllah bisa, pelan-pelan, buktinya sekarang saya, pelan-pelan udah bisa bikin kamu suka kan?"
"Ahhhh, APAAN SIHHHH!" Adel merasa terjebak, ia langsung berlari keluar dari kamar tamu itu.
Bersumbang.
Glosarium :
Shalat Dhuha : Shalat yang dilakukan dari jam 8an - 11an pagi
Shalat Sunnah : Shalat yang tidak wajib dilaksanakan, seperti Dhuha dan Tahajjud
Tahiyat Akhir : salahsatu posisi shalat, ini adalah posisi duduk setelah sujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan JOT (TAMAT)
FanfictieDi suatu semesta yang lain, Adel sudah terlalu sering membuat resah teman-teman, keluarga dan manajernya dikarenakan sikapnya yang terlalu flirty kepada teman sesama jenisnya. Keluarga dan Pihak manajemen pun memutuskan untuk menjodohkan Adel. Bagai...