Happy reading..
🖤
Di hari pertama pernikahan mestinya di isi dengan kebahagiaan dan haru biru dari kedua mempelai. Tapi bagi Naya yang menjalani pernikahan gadungan tidak merasakan semua itu
Bagun pagi disambut wajah kaku dua orang wanita berpakaian hitam putih tepat didepan wajahnya
"Siapa?"
"Salam nyonya, kami adalah pelayan yang ditugaskan untuk membantu nyonya bersiap"
Kening Naya berkerut. Ia melihat ke samping dan mendapatkan kekosongan. Kalau tidak salah ingat, semalam laki-laki itu pulang. Bahkan dia mandi dan saking lamanya Naya sampai ketiduran. Tapi kenapa ranjang samping nya rapi seperti tidak pernah disentuh
Naya hanya mengangguk sebagai balasan. Ia masih melirik sekitar mencari sesuatu. Koper dan sepatu nya masih terletak di samping lemari. Seingat nya semalam Max menaruh kemeja di atas sofa di samping koper nya, namun pagi ini sama sekali tidak ada barang pria itu tertinggal. Apa dia bermimpi?
"Tuan sudah pergi satu jam yang lalu" ucap pelayan itu seolah bisa membaca pikiran Naya
Kerutan di kening nya perlahan hilang. Berarti dia tidak berhalusinasi semalam. Memikirkan yang dia lihat semalam bukan manusia membuatnya merinding
Matanya melihat jam yang menunjukkan pukul 08.02 pagi. Pelayan itu bilang Max sudah pergi sejak satu jam yang lalu. Hal mendesak apa yang harus dilakukan di pagi hari pernikahan? Seperti tidak ada hari lain saja
"Tuan muda pergi ke Manila untuk urusan pekerjaan" ucap pelayan itu, lagi
"Ga nanya!"
Apakah wajah bingung nya sangat kentara? Dia terkesan seperti istri yang ditinggal suami nya pergi tanpa keterangan
"Mbak ada air anget ga? Saya mau mandi, dingin banget airnya"
"Air mandi sudah siap, apa nyonya mau mandi sekarang?"
"Yaa"
Naya turun dari ranjang, sedikit terkejut ketika dua pelayan itu mengikutinya, "sudah, saya bisa sendiri. Nanti kalau butuh saya panggil"
"Baik nyonya"
Baru selangkah maju ia kembali mundur
"Nyonya butuh sesuatu?"
"Sebenarnya saya kurang nyaman dipanggil nyonya. Panggil mbak aja, atau nama juga boleh"
"Maaf nyonya, itu sudah menjadi peraturan dari tuan. Nyonya adalah bagian dari keluarga ini, sudah seharusnya kami menghormati nyonya" jelas nya
Naya hanya mengusap pundak nya, "Yaudah deh"
Ia melanjutkan langkah nya menuju kamar mandi, namun kembali mundur, "mbak, besok besok ketok dari luar aja ya, kalau saya udah bangun baru masuk. Hehe saya kagetan orangnya"
"Baik nyonya"
Selesai berbersih Naya pikir akan disambut ocehan keluarga besar Alkinson, terutama nenek tua itu. Mengingat jam sudah menunjukkan pukul 9.00 pagi, waktu yang tidak baik untuk pengantin baru bangun di hari pertama dirumah suami nya
Tapi sejak turun tangga hingga ke meja makan nampak sepi. Tidak ada yang menyambutnya selain dua pelayan yang membangunkannya tadi
"Ini gada yang nyambut?" Tanyanya pada diri sendiri
"Tuan Albert menitipkan pesan beberapa menit lalu, tuan memiliki urusan mendadak jadi tidak bisa menemani nyonya sarapan pagi ini" jelas pelayan yang Naya tebak tidak jauh lebih muda darinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku GAY!!
ChickLitBagaimana perasaanmu ketika hamil anak seorang gay? "Kau tidak akan bisa merebut Max dariku" -Steven "Ambil, ambil aja sono. Kaga peduli gua" Demi bulan yang bersinar terang di malam hari. Anaya muak dengan takdir nya! ntah kelakuan buruk apa yang...