Note: chapter ini bacanya pelan² aja ya
Absen dulu
Happy reading...❣️🖤
"Berani sentuh se ujung jari aja, gue jamin lo ga bisa nafas lagi"
Suasana hening menyaksikan dua orang itu saling melempar tatapan benci. Tiba-tiba seorang diantara mereka tertawa ringan
"Bercanda, ga mati juga kali. Tapi babak belur dikitlaa" ucapnya melepas tangannya dari lengan Max
Semua orang melihatnya sebagai laki-laki aneh. Melihat tidak akan terjadi perkelahian para penonton mendesah kecewa dan kembali pada kegiatan masing-masing.
Steven melenguh sakit di wajah bekas tamparan. Pukulan wanita itu tidak main-main. Max membantunya berdiri, dengan setengah mabuk ia bersandar di samping mobil sambil memperhatikan seseorang yang meyangga tubuhnya agar tidak jatuh. Seketika ia tersenyum, tangannya terulur mengelus pipinya agar pria itu melihatnya, namun yang ia dapatkan justru penolakan. Max mengabaikannya dan memaksanya masuk ke mobil. Ia yang berada di ambang kesadaran hanya pasrah didorong masuk dan pintu tertutup
Max beralih pada seseorang yang masih berdiri kaku dengan pandangan kosong dibelakang. Tiba-tiba sesuatu menghalangi pandangannya
"Masuk" titah Max ntah untuk siapa. Namun Naya yang mendengarnya menjadi gemetar
Orang didepannya menutupi Naya dari pandangannya membuat pria itu menampilkan raut tidak suka. "Dia pulang bersamaku"
"Jangan ikut campur! Masuk kedalam mobil" bantah Max
Naya meremat jarinya, ia sama sekali tidak bergerak, justru semakin menutup dirinya dibalik laki-laki ini.
"Kau lihat, dia tidak mau kembali denganmu. Just keep your boyfriend, dia akan pulang bersamaku"
Tanpa persetujuan ia mengambil tangan Naya dan membawanya pada mobil lain yang terparkir disana. Ia melepas jaketnya dan menyampirkan dibahu Naya,
"Sudah aman"
Perlahan wajah itu terangkat, netranya bertemu pandang dengan netra coklat terang yang memancarkan aura menenangkan. Biasanya ketika melihat wajah ini dia akan kesal tanpa sebab, namun malam ini begitu melihatnya, mata itu membuatnya ingin menangis
Max menyaksikan ketika laki-laki itu menyampirkan jaket dibahu Naya, mengusap kepalanya dan tersenyum lembut menatap wajahnya. Hingga mobil itu menghilang dari pandangan ia masih berdiri di samping mobil, tanpa sadar tangannya mengepal memandang jauh arah kepergian mereka. Sesuatu mengusik hatinya, ntah kenapa merasa tidak suka saat Naya pergi bersama laki-laki itu
🖤🖤🖤🖤🖤
Naya menatap kosong gelas berisi coklat hangat ditangannya. Pikirannya melayang pada kejadian yang lalu, jika orang itu tidak datang apakah Max benar-benar akan memukulnya?
Selama ini ketika pria itu marah atau kesal terhadap sikapnya tidak pernah lebih dari mengancamnya dengan kata-kata. Tapi hari ini berbeda, hanya karena dia menampar wajah orang yang sudah menghinanya, pria itu tak segan melayangkan tangan padanya
Seberapa besar Max menahan kebencian padanya yang telah merusak hubungan mereka. Mungkinkah kejadian hari ini adalah hal yang ingin ia lakukan dari dulu ketika mengetahui tentang malam tidak disengaja itu. Kenapa dia harus terlibat dalam hubungan mereka, kenapa tuhan memberinya takdir untuk berada diantara mereka, masih banyak pertanyaan lain yang menumpuk di benaknya, semakin ia bertanya semakin panas matanya dan tidak sadar saat seseorang duduk
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku GAY!!
ChickLitBagaimana perasaanmu ketika hamil anak seorang gay? "Kau tidak akan bisa merebut Max dariku" -Steven "Ambil, ambil aja sono. Kaga peduli gua" Demi bulan yang bersinar terang di malam hari. Anaya muak dengan takdir nya! ntah kelakuan buruk apa yang...