Absen dulu..
Happy reading❣️🖤
Naya selesai mengeringkan rambutnya dan berniat tidur. Sambil mengoleskan balsem ke betis nya ia terpikirkan kejadian di rumah sakit. Ntah kenapa dia begitu memikirkan wanita dengan pakaian terbuka di rumah sakit itu seperti memiliki hubungan dengan Max
Untuk apa dia memikirkannya, apa dia cemburu? Hell no!! Dia hanya berpikir mungkin saja komplikasi hubungan mereka bisa menjadi senjata baginya untuk bebas dari penjara ini
Berbicara tentangnya, Naya sama sekali tidak melihat baik Max maupun Steven di rumah ini. Setelah bertanya pada Mira wanita paruh baya itu juga tidak tau kemana tuannya pergi
Jika begitu mengapa dia dibawa kesini? Bukan dia berharap mereka ada disini, jika mereka menghilang dari dunia ini itu lebih bagus. Hanya saja, jika mereka sibuk dengan dunia mereka mengapa tidak membiarkannya tinggal bersama maminya. Untuk apa repot-repot membawanya kembali
Harusnya ia kabur saat ada kesempatan. Namun Mira dan beberapa bodyguard didepan sana tidak melepaskan mata sedikitpun darinya. Bagaimana dia bisa kabur. Tapi jika dua manusia itu tidak ada disini itu bagus untuknya, dia tidak perlu tertekan setiap kali melihat wajah mereka.
Setelah menenangkan diri Naya memilih tidur dan dalam sekejap memasuki alam mimpi
🖤🖤🖤🖤🖤
Di tempat lain, seseorang menatap brankar dengan sedih. Ia mengusap wajah pucat orang yang terbaring tak sadarkan diri itu dengan hati-hati. Ia mengingat kejadian beberapa jam lalu.
Flashback
Keningnya berkerut melihat nama penelepon, ia bangkit untuk menjawab diluar karena tempat itu sedikit berisik
"Halo? Max kau di rumah sakit?"
"Ya. Ada apa"
Seseorang di seberang menghela nafas, "penyakitnya kambuh lagi, ini kelima kalinya dalam satu minggu, untung saja saat penyakitnya kambuh posisinya sedang berada di sekitar rumah sakit juga"
Raut wajah Max berubah pucat.
"Dimana dia?"
"Kau tidak perlu khawatir, dia sudah ditangani dengan baik. Baiklah aku hanya ingin menyampaikan itu. Dia harus segera dioperasi, ku harap kau bisa membujuknya"
"Baiklah, terimakasih"
Panggilan terputus. Ia meremat handphone ditangan dengan cemas, ia segera mencari ruangan dimana Steven dirawat. Harusnya dia tidak membiarkanya pergi sendiri, Harusnya dia menemaninya disaat penyakit itu kambuh
Tak pernah bosan ia memandang wajah damainya saat tidur. Hingga kedua kelopak mata itu perlahan terbuka
"Hai"
Steven memaksakan senyumnya meski lemah. "Aku merepotkanmu lagi"
"Jangan berkata seperti itu. Harusnya aku bersamamu dan tidak pergi" sesalnya
Kekehan kecil keluar dari mulut Steven, ia mengingat kembali saat tiba-tiba penyakit itu kambuh.
"Apa yang kau lakukan disekitar sini?" Tanya Max. Tak heran ia bertanya seperti itu, pasalnya pria yang terbaring di brankar ini seharusnya berada di kantor dengan setumpuk dokumen dimeja. Namun berakhir pingsan di sekitar rumah sakit
Mendengar pertanyaannya wajah Steven berubah ketus. "Kenapa? Kau takut ketahuan mengantar istrimu mengecek kandungannya? Oh sungguh pasangan romantis"
Max terkejut. Steven melihatnya bersama Naya di rumah sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku GAY!!
ChickLitBagaimana perasaanmu ketika hamil anak seorang gay? "Kau tidak akan bisa merebut Max dariku" -Steven "Ambil, ambil aja sono. Kaga peduli gua" Demi bulan yang bersinar terang di malam hari. Anaya muak dengan takdir nya! ntah kelakuan buruk apa yang...