👶25. Cafe

3.9K 305 86
                                    

Absen dulu...
Happy reading❣️

🖤

Max memijit pangkal hidungnya. Sejak semalam Ia tidak tidur, ntah apa yang mengganggu pikirannya sehingga tidak bisa beristirahat dengan tenang. Beberapa kali ia menatap pintu utama yang tertutup, berharap seseorang membukanya dari luar. Namun hingga pagi menjelang pintu itu tidak pernah terbuka

Rasa kantuk dan pusing yang dirasakan tiba-tiba menghilang kala sesuatu menyentuh wajahnya. Ia menghadap orang itu, sekilas membalikkan wajahnya lagi dan menutup mata

Steven merasa sedih, beberapa menit yang lalu ia terbangun di kamarnya seorang diri. Lalu mengingat kejadian semalam, kelakuannya sudah diluar batas. Pasti Max marah padanya, dan benar saja, sekarang dia diabaikan

"Maaf"

Max tidak merespon apapun, hal itu membuatnya takut. "A-aku bisa jelaskan. Semalam aku terlalu banyak minum lalu mabuk, dan aku--aku tidak ingat siapa pria itu. Aku hanya..."

Kalimatnya menggantung, Max sama sekali tidak berniat mendengar penjelasannya. Dengan sedih ia meremat jarinya

"Kau tau aku tidak berbohong. Aku hanya kesal melihatmu bersamanya"

Saat seseorang disebut dalam kalimat itu matanya terbuka. "Berapa kali kau melihat orang lain berdiri disampingku, apa aku pernah sekali saja mengingkari janji? Apa kau tidak percaya padaku?"

Steven makin meremat jarinya, "aku percaya! Tapi kalian semua membuatku meragukan kepercayaan itu. Kau tersenyum padanya, kau menggenggam tangannya didepan semua orang disaat aku tidak pernah bisa merasakan itu sama sekali"

"Jangan mulai Steven" ucap Max menahan suasana hatinya. Hal itu menyulut emosi Steven

"Jangan mulai apa?" Steven mengingat kejadian semalam, samar-samar ia melihat pandangan kekasihnya menatap tidak suka saat istrinya pergi dengan pria lain. "Kau tidak ingin aku menghinanya, bukan? Kau tidak suka wanitamu diperlakukan buruk. Kau tidak suka terjadi sesuatu pada pewaris keluarga ternama Alkinson. Kau tidak suka wanitamu pergi dengan pria lain, itulah yang yang kau pikirkan!"

Steven mengatur nafasnya yang menggebu-gebu. Ia menatap Max dengan hati tercabik-cabik, "kau berubah Max, kau tidak mencintaiku lagi"

"Seharusnya sejak dulu aku menyingkirkannya!"

Tiba-tiba Max berdiri meraih tangannya. Wajahnya datar dan dingin menatap kekasihnya, "Apa yang kau tau tentangku?"

Hal buruk yang sejak lama ia pendam, kembali keluar dengan tidak berperasaan. Tidak peduli siapapun yang berdiri didepannya, jika telah mengusik hatinya tak segan-segan dia akan menghancurkan orang itu

Tubuh Steven gemetar seiring cengkraman kuat di tangan kirinya. Max kembali pada sifat kelam nya

"Max k-kau"

"Aku tidak mencintainya. Aku tidak peduli dengan siapa dia pergi. Aku tidak peduli bahkan jika dia memilih pergi dengan lelaki lain. Tapi apa yang sudah menjadi milikku, akan tetap menjadi milikku. Aku tidak suka milikku dirusak orang lain, kau mengerti?"

Ucapan telak menyakiti hatinya, air mata diwajahnya tak mengurangi sedikitpun rasa sakit ditangannya. Max menghempas tangannya hingga ia terjatuh ke sofa dan meninggalkannya sendiri

Steven menatap kepergian Max dengan nanar. 7 tahun berlalu, ia pikir sifat Max itu tidak akan kembali lagi, bertahun-tahun ia habiskan bersama Max, dan hari ini sifat itu keluar hanya karena beberapa kata tentang wanita itu

Wanita asing yang tiba-tiba masuk dalam hubungan mereka. Menjadi benalu yang menghancurkan hubungannya dengan Max. Hanya karena satu kalimat Max melupakannya dan menyakitinya.

Suamiku GAY!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang