Happy Reading..❣️
🖤
Pernikahan tinggal menghitung jam. Sejak kejadian dimalam Max menelantarkannya seorang diri, membuatnya trauma. Anaya mengalami demam tiga hari lamanya, tidak bersemangat beraktivitas, nafsu makan menurun, dan kadang merasa takut jika sendirian
Naya menghabiskan waktu di rumah orang tuanya, dimana dia bisa mendapatkan kehangatan dan kasih sayang. Sejak malam itu, tidak ada komunikasi antara mereka. Baik Max ataupun Naya
Persiapan pernikahan dilakukan pihak mempelai pria tanpa celah sedikitpun. Keluarga Naya hanya perlu mempersiapkan diri, terutama Naya yang terus meyakinkan diri. Bahwa pernikahan ini demi anak dalam kandungan nya, dan demi sang mami yang terlihat sangat bahagia. Anaya tidak sampai hati mematahkan kebahagiaan itu, dia tidak bisa egois dengan menyeret mami dalam hidup nya yang penuh aib melahirkan seorang anak tanpa suami
Mami nya, adalah orang yang paling mengerti bagaimana sakitnya hidup tanpa seorang suami dan ayah untuk anak nya. Ia hidup membesarkan Anaya seorang diri dengan hinaan dan caci maki. Sulit mencari pekerjaan, dibuang dari keluarganya sendiri karena dianggap sebagai aib. Masih membekas di ingatan nya saat memasuki bangku sekolah dasar begitu sulit karena Anaya lahir tanpa seorang ayah yang sah
Sebagai anak yang lahir diluar nikah seperti Naya, pembullyan sudah seperti makanan sehari-harinya. Masa kecil nya jauh dari kata baik. Anaya tidak tau bagaimana rasanya bermain bersama teman, pergi ke suatu tempat bersama-sama, yang ia tahu ia sendirian dimanapun dia berada. Hanya mami yang menjadi penghangatnya saat pulang
Anaya yang galak, judes bermulut pedas hanyalah topeng. Ia hanya gadis kecil yang tidak tau bagaimana harus berekspresi didepan orang lain. Masa kecil nya dihabiskan untuk bertahan dari segala rasa sakit yang tidak seharusnya ia dapatkan
Tapi Naya tidak pernah mengeluh sedikitpun pada sang Mami. Naya yang tahu bagaimana perjuangan wanita hebat itu dalam melawan rasa takutnya sendiri. Bagi Naya Mami adalah segala nya, dan bagi Mami Naya adalah dunia nya
Anaya memandang pantulan dirinya di cermin. Mengenakan gaun putih dan dihiasi sedemikian rupa seperti seorang pengantin yang bahagia
Dibelakangnya Chelsea masuk, menghampiri dan memeluk pundak nya
"Sumpah ga nyangka lo bakal nikah juga"
"Kemarin yang sibuk nyuruh gue nikah siapa? Dugong ya?"
Chelsea balas nyengir. Ia memeluk sahabat nya, tanpa dapat dicegah air matanya jatuh. Anaya dapat merasakan ketulusan nya, karena sejak pagi hal yang sama berusaha ia tahan
Anaya mengingat pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang tidak baik. Chelsea yang ceplas ceplos bertemu dengan Naya yang cuek. Hanya Chelsea satu-satunya teman yang tidak memandang statusnya
"Chel, apapun yang terjadi nanti, lo dan mami ga boleh ikut campur" ucap Naya dalam pelukan
"Terus lo mau di goreng sendirian sama mereka?"
"Biarin aja, itung itung cari pahala"
"Serah Nay! Kalo mereka kelewatan gue bakar nih mansion" Ancaman Chelsea berhasil membuat Naya tersenyum
Pernikahan dilaksanakan di kediaman Alkinson. Jika sebelumnya Naya hanya mengenal Albert selaku ayah dari Max, kali ini seluruh keluarga pria itu hadir. Baik dari dalam atau pun luar negri. Dari rupa Max seharusnya sudah jelas keturunan luar, tapi Naya tidak pernah menyangka keluarga pria itu akan rela membuang waktu hanya untuk menghadiri pernikahannya. Perbedaan benua tidak masalah, uang bisa menyelesaikan segalanya
Naya meremat jari nya gugup. Dalam beberapa menit ia akan menjadi seorang istri dari orang asing. Naya tidak tau bagaimana harus mengekspresikan wajahnya. Bahagia, sedih, kecewa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku GAY!!
Chick-LitBagaimana perasaanmu ketika hamil anak seorang gay? "Kau tidak akan bisa merebut Max dariku" -Steven "Ambil, ambil aja sono. Kaga peduli gua" Demi bulan yang bersinar terang di malam hari. Anaya muak dengan takdir nya! ntah kelakuan buruk apa yang...