Tiga jenjang sudah dilewati bersama, Qierin dan Lia berlanjut ke jenjang pendidikan tertinggi.
Ia sedang duduk di mejanya, dikelilingi oleh buku-buku pelajaran dan jurnal agama. Wajahnya tampak penuh keraguan dan kecemasan.
(berbicara sendiri) "Ya Allah, apakah aku mampu meraih semua ini? Kuliah di universitas yang aku impikan, menghadapi tantangan akademik yang berat, dan tetap berpegang pada iman-Mu?"
Qierin menarik napas panjang, lalu menundukkan kepala untuk berdoa.
(dalam doa) "Ya Allah, aku serahkan segalanya kepada-Mu. Berikan aku kekuatan dan keyakinan untuk menjalani takdir yang telah Engkau tentukan. Aku percaya bahwa selama aku bertakwa, Engkau akan selalu membimbingku."
Setelah berdoa, Qierin merasa sedikit lega, namun masih ada kekhawatiran yang tersisa
Waktu telah tiba, Aula kampus penuh riuh acara orientasi mahasiswa baru. Qierin duduk di barisan depan bersama teman-teman sesama mahasiswa baru, ia terpisah jarak dengan Lia, merasa gugup namun bersemangat. Di panggung, senior-senior memperkenalkan diri satu per satu, hingga giliran Adit.
(mengumumkan) "Selanjutnya, kita akan mendengar arahan dari Ketua BEM, Kak Adit!"
Adit naik ke panggung dengan percaya diri, mengenakan jaket BEM, dan membawa mikrofon. Matanya tajam dan suaranya penuh wibawa.
"Selamat datang di universitas kami, mahasiswa baru! Saya Adit, Ketua BEM, dan selama beberapa hari ke depan, kalian akan mengalami ospek. Ini adalah bagian dari tradisi kami untuk menguji ketahanan mental dan fisik kalian."
Adit mulai memberikan arahan tentang kegiatan ospek, sementara Qierin merasa cemas tetapi berusaha untuk tetap tenang.
Beberapa hari kemudian, di lapangan kampus saat kegiatan ospek. Mahasiswa baru, termasuk Qierin, berkumpul dalam barisan rapi. Adit berjalan di antara mereka, memberikan instruksi dengan tegas.
"Semua berbaris dengan rapi! Kita akan mulai dengan lari keliling lapangan. Tidak ada yang boleh tertinggal!" Adit sambil berteriak
Qierin, yang jarang berolahraga, merasa kewalahan namun berusaha mengikuti instruksi. Setelah beberapa putaran, ia mulai kelelahan dan tertinggal.
(mendekati Qierin dengan wajah serius dan nada merendahkan) "Kamu! Kenapa tertinggal? Apa kamu pikir ini taman bermain?" Adit bertanya
"Maaf, Kak. Saya... saya tidak terbiasa dengan olahraga seperti ini." Ucap Qierin yang terengah engah karena kelelahan
"Kalau begitu, lebih baik kamu pulang saja dan belajar cara berjalan dulu. Di sini kita butuh orang yang kuat, bukan orang yang hanya bisa duduk dan membaca buku." Cetus Adit
Qierin merasa tertampar dengan kata katanya namun tidak banyak yang bisa ia lakukan.
"Saya akan berusaha lebih keras, Kak."
"Baiklah. Buktikan. Jangan hanya bicara."
Adit berjalan menjauh dengan sikap dingin yang tak peduli, sementara Qierin merasakan kata kata itu menusuk dan dorongan untuk membuktikan dirinya. Mahasiswa lain melihat kejadian itu dengan tatapan simpati, tetapi tidak ada yang berani mendekati.
Selang beberapa saat kemudian, Lia melihat Qierin yang kesulitan dan segera mendekatinya. Lia adalah sahabat dekat Qierin sejak kecil, dan mereka selalu saling mendukung satu sama lain.
Lia menghampiri Qierin yang napasnya sudah tak beraturan.
"Qierin! Kamu oke? Kamu terlihat kelelahan."
"Aku baik-baik saja, Lia. Hanya butuh sedikit waktu untuk terbiasa."
"Ayo, kita lari bersama. Aku akan menemanimu sampai akhir. Kamu tidak sendirian, Qierin." Qierin yang mendengar itu merasakan energi yang diberikan oleh sahabat karibnya
Qierin dan Lia mulai berlari bersama. Lia terus memberikan semangat dan dorongan kepada Qierin, membuatnya merasa lebih kuat dan mampu.
"Ingat, kita sudah melewati banyak hal bersama sejak kecil. Kamu bisa mengatasi ini juga. Kita lakukan ini bersama, seperti selalu."
Dengan dukungan Lia, Qierin mulai merasa lebih bersemangat dan bisa melanjutkan lari dengan lebih baik. Meskipun Adit melihat mereka dengan tatapan skeptis, Qierin merasa yakin bahwa ia bisa membuktikan dirinya.
(Pengumuman) "Kalian semua sudah menyelesaikan ospek yang telah kami berikan, berikan applaus untuk diri kalian sendiri dan selamat datang di kampus kitaa. Jaga kampus ini sama seperti kalian menjaga perasaan ke dia" Ucap panitia tertawa sambil bangga kepada maba
Yang lain tertawa lalu diikuti tepuk tangan yang meriah.
Masa ospek telah usai, Qierin dan Lia lega bisa melewati dengan rasa syukur.
Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomanceMengisahkan tentang seorang perempuan bernama assyaqierin reyna menjalani kehidupan berbeda. Mendapatkan pandangan pertama saat dewasa. Lika liku kehidupan yang penuh tantangan baru