Tindakan

14 4 0
                                    

Setelah menenangkan Qierin, Sam segera bertemu dengan Adit untuk melaporkan nya.

"Dit, kita harus bawa ini ke rektorat. Dosen itu sudah melanggar hukum kode etik. Kita nggak bisa diam saja." Sam kesal

"Benar, Sam. Kita harus melakukan sesuatu. Ayo kita gerebek dia." Ucap Adit yang marah besar

Adit dan Sam mengatur rencana untuk menggerebek Pak Budi. Mereka mendatangi ruang kerja Pak Budi.

Berteriak marah saat memasuki ruang kerja Pak Budi

"Hei, apa yang kamu lakukan pada Qierin nggak bisa dibiarkan!" Ucap adit

"Kalian tidak tahu apa-apa!" Ucap pak Budi yang defensif

"Kita tahu cukup! Kamu sudah melewati batas." Ucap Adit sambil menarik kerah baju pak Budi

Adit dan Sam berkelahi dengan Pak Budi yang berusaha melawan. Akhirnya, mereka berhasil membawa Pak Budi ke rektorat.

"Dosen ini sudah melakukan pelecehan kepada mahasiswa. Kami punya bukti dan saksi. Dia harus dihukum." Lantang Adit berucap ke Rektor

Rektor yang terkejut berusaha menenangkan Adit yang menggebu gebu dalam kemarahannya.

"Tenang, tenang dulu. Kita akan proses"

Rektor segera memproses laporan mereka, dan Pak Budi mendapatkan hukuman yang setimpal.

Beberapa hari kemudian, berita tentang dosen yang melecehkan mahasiswi menjadi viral di kampus. Qierin terkejut dan merasa cemas.

Membaca berita di ponselnya dengan wajah pucat.

"Ini tentang aku... Bagaimana bisa sampai viral seperti ini?"

Qierin segera mencari Sam dan menemukannya di taman kampus bersama teman-temannya.

menarik nafas dalam-dalam, menghampiri Sam.

"Kak Sam, aku perlu bicara sama kamu."

"Tentu, Qierin. Ayo, kita bicara di tempat yang lebih tenang." Sam mengangguk

Mereka berdua berjalan menjauh dari kerumunan.

"Kak Sam, aku tahu kamu yang bantu aku waktu itu. Tapi bagaimana ini bisa sampai ke rektorat?" dengan suara pelan tapi tegas

"Aku menceritakan ini ke Adit, ia tak senang dan sangat marah tak pikir panjang Adit untuk melaporkannya. Dia yang akhirnya melakukan penggerebekan dan membawa Pak Budi ke rektorat." Menghela nafas

"Kak Adit? Aku nggak tahu harus bilang apa..." Qierin terkejut

"Adit cuma ingin membantu. Kamu harus bicara dengannya." Sam menenangkan

Qierin mengangguk dan meminta Sam untuk memanggil Adit. Adit segera datang dan mereka bertiga duduk di bangku taman.

"Kak Adit, aku dengar kamu yang melaporkan Pak Budi. Terima kasih... Aku nggak tahu apa yang akan terjadi lagi kalau kamu nggak melakukan itu.

"Qierin, kamu nggak perlu terima kasih. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Berterima kasih lah ke Sam, karena kalau tidak ada dia, dosen busuk itu akan melakukan lagi dengan mahasiswa lain. Kamu nggak pantas diperlakukan seperti itu." Adit meyakinkan

"Tapi sekarang semua orang tahu. Aku takut..." ia menangis pelan

Adit berusaha menghibur, ingin memegang tangan Qierin tapi Qierin mengalihkan tangan karena trauma.

"Maaf, aku nggak bermaksud... Aku tahu ini sulit. Tapi kamu nggak sendirian. Kita di sini untuk kamu." Sekali lagi meyakinkan

"Benar, Qierin. Kami akan pastikan kamu aman dan nggak perlu khawatir." Sam setuju

"Kamu bisa menghadapi ini sama saat kamu diospek" ucap Adit tersenyum

"Kita bisa hadapi ini bersama. Kita janji akan ada untuk kamu. Jangan biarkan kejadian ini membuat kamu merasa takut terus." Ucap Sam untuk menenangkan hati Qierin

Qierin mengangguk, merasa sedikit lega meski masih trauma. Adit dan Sam terus mendukung dan menghiburnya, berusaha membantu Qierin agar bisa melewati masa sulit ini.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang