Memulai

5 2 0
                                    

Setelah kejadian di atap rumah sakit, Adit mulai merenungi kata-kata Qierin. Malam itu, di kamarnya, ia duduk merenung dan mulai memikirkan kembali hubungannya dengan Tuhan.

"Apakah ini hidayah dari-Mu, ya Allah?" gumam Adit sambil menatap langit-langit. "Ataukah ini hanya ujian untuk menguji keimananku?"

Dengan hati yang penuh keraguan namun ingin mencoba, Adit memutuskan untuk beribadah. Ia mengambil wudhu dengan hati-hati, merasakan setiap percikan air yang menyentuh kulitnya seolah membersihkan bukan hanya tubuhnya, tetapi juga jiwanya yang penuh luka.

Dengan khusyuk, Adit mulai melaksanakan shalat. Setiap gerakan terasa berat, tetapi ia terus berusaha. Setelah selesai, ia duduk bersimpuh, menengadahkan tangan dan mulai berdoa. Air mata mengalir deras di pipinya.

"Ya Allah, selama hidupku, aku jarang mendekatkan diri kepada-Mu. Aku terlalu sibuk dengan duniawi dan melupakan-Mu. Apakah ini cara-Mu untuk mengingatkan aku? Apakah Qierin adalah hidayah yang Kau kirimkan untukku?" Adit berdoa dengan suara yang parau, penuh dengan penyesalan dan harapan.

Tangisannya semakin menjadi-jadi. Ia merasa seolah semua beban yang selama ini ia pikul, mulai terangkat perlahan. Di saat itu, ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Keesokan harinya, Adit terbangun dengan perasaan yang berbeda. Ada ketenangan dalam hatinya, dan semangat baru untuk menghadapi proses penyembuhannya.

Ibunya yang melihat perubahan pada Adit, tersenyum lembut. "Adit, kamu terlihat lebih tenang hari ini. Apa yang terjadi?"

Adit menatap ibunya dengan mata yang berbinar. "Aku mencoba mendekatkan diri kepada Tuhan, Bu. Aku merasa ini adalah saatnya untuk memperbaiki hubungan kita dengan-Nya."

Beberapa hari kemudian, Qierin datang mengunjungi Adit di rumah sakit. Ia melihat ada perubahan dalam diri Adit, sesuatu yang membuatnya merasa lega.

"Kak Adit, kamu terlihat lebih baik. Apa yang berubah?" tanya Qierin penasaran.

Adit tersenyum. "Aku mencoba untuk lebih dekat dengan Tuhan, Qierin. Kata-katamu waktu itu benar-benar menyentuhku. Aku mulai shalat dan berdoa, mencoba untuk percaya pada proses penyembuhan ini."

Qierin merasa terharu mendengarnya. "Alhamdulillah, Kak Adit. Aku sangat senang mendengarnya. Aku yakin ini adalah awal yang baik untukmu."

Dengan semangat baru, Adit mulai menjalani terapi dengan lebih giat. Setiap langkah kecil yang ia capai dalam pemulihan fisiknya, ia syukuri sebagai bagian dari rencana Tuhan untuknya.

Qierin dan teman-temannya terus memberikan dukungan. Mereka sering datang mengunjungi Adit, membawakan buku-buku bacaan yang inspiratif dan cerita-cerita motivasi.

Proses pemulihan Adit hampir selesai. Dokter akhirnya memberikan izin kepada Adit untuk pulang dan kembali menjalani aktivitas normal. Kabar ini membuat Qierin, Lia, Sam, dan teman-teman lainnya sangat antusias.

"Ini harus dirayakan," kata Qierin dengan semangat. "Kita harus membuat kejutan untuk kak Adit."

Mereka berencana mengadakan perayaan kejutan di rumah Adit tanpa sepengetahuannya. Qierin dan yang lainnya berkoordinasi dengan kedua orang tua Adit untuk memastikan semuanya berjalan lancar.

Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Adit kembali ke rumahnya dengan penuh haru dan rasa syukur. Ketika ia sampai di rumah, tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan.

"Selamat datang di rumah, Nak," sapa Ibunya sambil tersenyum.

"Terima kasih, Bu. Aku merasa sangat beruntung bisa pulang," kata Adit dengan mata berkaca-kaca.

Saat Adit membuka pintu rumahnya, ia terkejut melihat teman-temannya berkumpul di ruang tamu dengan dekorasi ceria dan senyum lebar.

"SURPRISE!"

Adit terkejut dan tersenyum lebar. "Apa ini? Kalian semua ada di sini?"

Qierin maju ke depan. "Kami semua di sini untukmu, Kak Adit. Kami sangat bangga denganmu dan perjalananmu."

Dengan hati yang penuh rasa syukur dan haru, Adit merasakan betapa pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat. Ia belajar bahwa meskipun jalan hidup penuh dengan tantangan, dengan iman, semangat, dan dukungan dari orang-orang terkasih, ia bisa bangkit dan menjalani hidup dengan penuh makna.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang