Ujian kehormatan

11 4 0
                                    


Beberapa bulan setelah pertemuan di perpustakaan. Qierin tidak bertemu lagi dengan Adit, ia dan Lia fokus pada kuliah dan persiapan ujian akhir semester.

"Qierin, kamu udah siap untuk ujian minggu depan?"  Tanya Lia sedang membaca buku

"Iya, aku udah belajar keras. Semoga hasilnya baik." Ucap ia sambil mengangguk

"Pasti kok, kamu selalu siap." Ucap Lia sambil tersenyum

Di tempat lain, seorang dosen, Pak Budi, memperhatikan Qierin dengan niat buruk. Dia telah memberikan nilai jelek tanpa alasan yang jelas, dan sekarang merencanakan sesuatu.

"Assyaqierin, kamu sangat menggoda. Aku akan pastikan kamu harus datang padaku untuk nilai bagus."

Seminggu berlalu di kampus. Qierin datang lebih awal untuk mempersiapkan ujian.

Karena ia tau Lia tak bisa datang lebih pagi, dan Qierin tak memaksakan sehingga ia sendiri jalan lebih awal.

berjalan ke ruang kelas dengan tenang "Semoga hari ini berjalan lancar." Ucap ia sambil menarik nafas

Tiba-tiba, Pak Budi muncul di depan pintu kelas.

"Pagi, Assyaqierin. Kamu datang lebih awal ya." Ucap pak Budi sambil memikirkan hal jahat

"Iya, Pak. Saya mau mempersiapkan diri lebih awal." Qierin tanpa merasa curiga ia ramah

Menghampiri Qierin dengan tatapan yang mengancam.

"Kamu tahu, nilai kamu jelek. Tapi kalau kamu mau nilai bagus, kamu harus bisa bekerja sama dengan saya." Ucap pak Budi dengan Senyum jahat

"Apa maksud Bapak?" Qierin yang merasakan firasat buruk

Mencoba mendekat dan meraih tangan Qierin.

"Kamu tahu apa yang saya maksud. Kalau kamu mau nilai bagus, kamu harus dekat dengan saya." Ucap pak Budi dengan memaksa

"Tidak, Pak! Saya tidak akan melakukan itu. Saya akan mendapatkan nilai dengan usaha saya sendiri." Qierin dengan lantang mengucap

Pak Budi semakin agresif, mencoba memaksa Qierin. Dia mulai merasa panik dan berteriak meminta tolong.

"Tolong! Tolong!" Qierin berteriak

Teriakannya terdengar oleh Sam, yang kebetulan sedang berada di dekat situ. Sam berlari menuju ruang kelas.

"Hei, hentikan itu!" Sam berteriak marah

Sam menarik Pak Budi menjauh dari Qierin dengan paksa.

"Kamu siapa?! Ini bukan urusanmu!" pak Budi terkejut

"Ini bukan cara seorang dosen bersikap. Saya akan melaporkan Anda!" Sam berbicara tegas

Pak Budi yang mengetahui ingin dilaporkan tiba tiba melepaskan genggamannya dan berlari pergi dari kelas menuju ruangan kerjanya.

"Te-- terima kasih, Kak Sam. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Kakak tidak datang." Qierin menangis sampai terbata bata karena ia tidak menyangka kejadian ini terjadi kepadanya

"Tenang, Qierin. Kamu aman sekarang. Kita harus melaporkan ini ke pihak kampus." Sam berasa menenangkan Qierin

"Tidak, Kak. Aku takut kalau ini jadi viral di kampus. Aku nggak mau orang-orang tahu." Ucap ia semakin menangis

Sam menghela napas dan mengangguk pelan.

"Baiklah, Qierin. Aku mengerti. Tapi kita nggak bisa membiarkan ini begitu saja."

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang