Seiring waktu berjalan, Qierin dan Lia menghabiskan waktu bersama, mulai dari mengerjakan tugas hingga belajar sama.
Disaat waktu lenggang karena kelas sudah selesai, Qierin mengajak Lia untuk mengerjakan tugas di perpustakaan, menurutnya perpustakaan adalah tempat yang asik, biasanya perempuan lain lebih milih nongkrong di cafe atau mall, Qierin tidak tertarik.
Qierin dan Lia duduk di meja yang penuh dengan buku-buku dan catatan, asyik mengerjakan tugas. Perpustakaan cukup tenang, hanya ada beberapa mahasiswa lain yang sibuk membaca atau belajar.
"Qierin, kamu udah selesai belum? Tugas ini bikin pusing." Ucap Lia yang sambil menulis di buku catatan
"Hampir, Lia. Sedikit lagi. Aku mau cari buku referensi di rak sebelah sana." Qierin menutup buku catatannya
"Oke, aku bakal tetap di sini. Jangan lama-lama ya." Lia yang sambil memikirkan jawaban
Qierin berdiri dan berjalan menuju rak buku di sudut perpustakaan. Sementara itu, Adit dan beberapa temannya masuk ke perpustakaan, mencari tempat untuk beristirahat setelah tugas organisasi.
"Dit, kita istirahat di sini aja dulu. Lumayan sepi." Dika berbisik sambil mengajak
"Iya, bagus juga. Kita bisa ambil buku atau apalah biar kelihatan sibuk."
Adit berjalan menuju rak buku yang sama dengan Qierin. Ia tidak memperhatikan Qierin yang sedang memilih buku. Saat Adit hendak mengambil buku dari rak, ia tak sengaja bertabrakan dengan Qierin.
"Oh, maaf! Aku nggak lihat kamu di sana." Sontak Adit terkejut
"Eh, maaf. Aku juga nggak lihat." Qierin yang lebih terkejut membuat buku yang ia pegang terjatuh
Mereka berdua membungkuk untuk mengambil buku yang jatuh, dan tangan mereka hampir bersentuhan.
"Ini bukumu. Maaf ya."
"Nggak apa-apa, Kak. Terima kasih." Qierin mengambil buku tersebut dengan gugup gemetar
Adit mengangguk dan kembali ke meja bersama teman-temannya. Qierin masih merasa canggung dan kembali ke tempatnya bersama Lia.
"Qierin, kenapa kamu?" Melihat muka Qierin yang gugup
"Nggak apa-apa, tadi cuma nggak sengaja bertabrakan sama Kak Adit." Menggeleng pelan
Lia tersenyum mengerti. Sementara itu, Adit dan teman-temannya mulai berbicara dengan suara agak keras, mengganggu suasana tenang perpustakaan
"Dit, tadi kamu lihat ekspresi anak baru itu? Lucu banget!" Sam tertawa kencang
"Iya, kayaknya dia kaget banget." Adit tersenyum kecil
Petugas perpustakaan mendekati mereka dengan wajah serius
"Maaf, di sini harus tenang. Mohon tidak berisik."
"Maaf, kami akan lebih tenang." Mengangguk setuju
Namun, setelah beberapa saat, mereka kembali berbicara dengan suara keras. Petugas perpustakaan akhirnya marah dan mengusir mereka.
"Ini peringatan terakhir. Jika masih berisik, kalian harus keluar!" Tegas ucapannya
"Oke, oke. Kami akan keluar."
Adit yang tak pikir panjang karena malas untuk memanjangkan masalah, Adit dan teman-temannya berkemas keluar dari perpustakaan. Qierin memperhatikan keributan itu dengan penasaran. Ketika Adit melewati meja Qierin, mereka tak sengaja melakukan eye contact. Qierin segera memalingkan wajahnya dengan cepat.
"Lihat, itu Kak Adit. Kenapa mereka ribut banget ya?" Berbisik pelan
"Nggak tahu, Lia. Tapi... aku merasa ada yang aneh." Menggeleng dengan muka yang masih gugup
"Ya udah, yuk kita lanjut belajar lagi."
Qierin mengangguk dan kembali fokus pada bukunya, meskipun pikirannya masih memikirkan pertemuannya dengan Adit.
Setelah mereka selesai belajar. Qierin dan Lia berjalan menuju kantin untuk beristirahat dan mengobrol.
"Qierin, kamu beneran nggak tertarik sama Kak Adit? Dia kan keren banget. Banyak cewek yang suka sama dia, tau." Bertanya dengan nada penasaran
"Lia, kamu tahu aku nggak suka gosip. Apalagi tentang cowok. Aku lebih fokus ke kuliah." Menarik napas dan menggelengkan kepala
"Iya, iya, aku tahu. Tapi, kamu harus akui, tadi waktu kamu ketemu Kak Adit, kamu kelihatan gugup banget." Tersenyum kecil
"Itu cuma karena aku kaget, Lia. Nggak lebih. Lagipula, kamu tahu kan, aku nggak mau terlibat dalam hal-hal yang nggak penting." Qierin berusaha tenang dari gugupnya
"Oke, aku percaya. Tapi, kalau suatu hari nanti kamu mulai tertarik sama seseorang, aku pasti yang pertama tahu, ya." Mengangguk namun masih tertawa meledek
"Ya, Lia. Kamu pasti yang pertama tahu."
Mereka berdua tertawa dan melanjutkan berjalan menuju kantin, memperlihatkan kedekatan persahabatan mereka. Meskipun Qierin berusaha mengabaikan pertemuannya dengan Adit, ada perasaan aneh yang terus mengusiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomanceMengisahkan tentang seorang perempuan bernama assyaqierin reyna menjalani kehidupan berbeda. Mendapatkan pandangan pertama saat dewasa. Lika liku kehidupan yang penuh tantangan baru