Konflik

12 3 0
                                    

Setelah acara besar klub debat selesai, di ruang pertemuan klub debat yang kini sepi.

Sam mendekati Adit dengan raut wajah serius.
"Dit, aku perlu bicara sama kamu. Ini penting."

Adit mengangguk, merasa ada sesuatu yang berat akan disampaikan.
"Oke, Sam. Apa yang mau kamu bicarakan?"

Sam menghela napas dalam-dalam, menatap Adit dengan mata berkaca-kaca. "Dit, aku sudah lama ingin bilang ini. Aku punya perasaan sama Qierin. Dan apa yang terjadi kemarin... itu sangat menusuk hati banget."

Adit terkejut atas pengakuan sahabat karibnya, tapi berusaha tetap tenang.
"Sam, aku nggak tahu kalau kamu punya perasaan ke Qierin. Aku benar-benar minta maaf kalau kejadian kemarin menyakitkan kamu."

"Dit, kamu sahabat aku. Tapi melihat kamu sama Qierin, itu bikin hati aku sakit. Aku nggak tahu harus gimana."

Adit menghela napas, merasakan beban persahabatan mereka.
"Sam, dengarkan aku, kejadian yang kamu liat itu bukan kesengajaan, itu kecelakaan. Jika kamu beranggapan aku menusuk itu gapapa, aku engga ada perasaan dengan Qierin, aku nggak mau menghancurkan persahabatan kita. Aku akan menjauh dari Qierin.

Sam terkejut, namun merasa bersalah. "Adit, aku nggak bermaksud buat kamu pergi. Tapi, aku nggak tahu gimana lagi harus ngomong ke kamu."

"Aku ngerti, Sam. Aku akan menjauh dari Qierin."

Hari demi hari berlalu, tiga minggu lamanya. Adit mulai menghindari Qierin untuk lebih fokus pada kelas dan kegiatannya sendiri. Adit masih belum menyadari bahwa ada rasa yang berbeda. Adit masih menganggap ini hanya kejadian yang seakan terjadi saja, seperti kata orang 'people come and go'.

Disisi lain.

Qierin tengah sibuk dalam meja belajar. Ia fokus dengan huruf huruf yang ada di buku catatan, sekilas ia berpikir entah kenapa hatinya selalu berdebar saat dekat dengan Adit. Tak seperti biasanya ia begini. Lalu ia hilangkan pikiran itu dan berdoa "Yaallah aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, jika ini awal pertanda. Maka jagalah ini dengan baik, karena takdirMu menentukan arahku"
Qierin menyelesaikan doanya dan menutup buku catatan lalu ia bersiap untuk tidur.

Di kelas

Qierin tidak biasanya melamun lama, Lia yang melihat itu langsung menyubit lengan Qierin.

"Kenapa kamu Qierin? Memikirkan siapa?" Ucap Lia tersenyum curiga

Qierin terkejut, spontan ia menjawab keceplosan.
"Kak Adit"

Qierin yang mengetahui ia salah bicara langsung tersipu malu dan meluruskan ke Lia.

"Eh bukan gitu maksudnya Lia, tadi aku memikirkan pelajaran" ucap Qierin yang pipinya memerah

Lia yang mengetahui nya langsung tertawa, ia tak pernah melihat Qierin salah tingkah seperti ini, lucu baginya.

"Cie cie kamu gausah ngeles lagi, kalo mau cerita tentang kak Adit aku siap ngedengerin kok" ucap Lia yang tak berhenti tertawa

Selesai kelas Qierin duduk bersantai di pinggir taman kampus menunggu Lia yang sedang ada urusan.
Sam melihat Qierin dari kejauhan dan mendekat.

"Hai, Qierin. Lagi ngapain di sini sendirian?"

Qierin tersenyum kecil "Hai, Kak Sam. Cuma lagi menikmati sore aja sambil menunggu Lia."

Sam memberanikan diri. "Qierin ada yang mau ingin ku sampaikan"

"Apa tuh kak?" ucap Qierin penasaran

Sam mengambil nafas dalam-dalam, merasa gugup tapi berusaha tetap tenang. "Qierin, aku tahu mungkin ini nggak tepat, tapi aku harus jujur sama kamu. Aku punya perasaan lebih dari sekedar teman ke kamu."

Qierin terkejut, tidak menyangka mendengar pengakuan ini. "Kak Sam... aku nggak tahu harus ngomong apa. Aku menghargai kejujuran kamu, tapi aku butuh waktu untuk mencerna ini."

Sam tersenyum pahit, memahami situasi. "Aku ngerti, Qierin. Aku cuma ingin kamu tahu perasaanku. Apapun keputusan kamu, aku akan tetap ada buat kamu."

"Terima kasih, Kak Sam. Aku butuh waktu untuk memikirkan ini." ucap Qierin tersenyum

"Aku duluan ya"
Sam pergi dari pandangannya, Qierin tersenyum mengangguk

Di perjalanan menaiki ojek online, Qierin telah selesai dari kuliahnya dan hendak pulang.

Qierin duduk di belakang pengemudi ojek online, merasa bingung dengan pengakuan Sam. Tiba-tiba, kendaraan ojek mengalami masalah dan berhenti di pinggir jalan.

"Maaf, Mbak. Kayaknya ada masalah sama motornya. Mungkin agak lama." Ucap pengemudi ojek sambil melihat motor

Qierin terpaksa menunggu dengan cemas, melihat sekeliling.
"Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya tunggu aja."

Di sisi lain, Sam, Adit, dan teman-teman mereka sedang hangout di kafe dekat kampus. Adit melihat Qierin di seberang jalan, tampak kesulitan.

"Sam, itu Qierin. Kayaknya dia ada masalah. Coba kamu samperin."

Sam melihat ke arah Qierin, lalu mengangguk tanpa basa basi. "Baiklah, aku samperin dia."

Sam bergegas menghampiri Qierin yang sedang menunggu di pinggir jalan.

Qierin, kamu kenapa? Ada masalah sama ojeknya?

"Qierin terkejut kedatangan Sam ia tak menyangka bertemu disini."

"Iya, Kak Sam. Motornya rusak. Aku lagi nunggu diperbaiki."

"Aku antar pulang aja. Kebetulan aku bawa motor." Ajak Sam

"Tapi, Kak Sam, mungkin ini cuma sebentar lagi selesai." Qierin dengan ragu

"Mbak, saya nggak yakin ini bisa cepat. Mendingan ikut sama temannya aja."

Qierin yang mendengar jawaban itu, terpaksa menerima tawaran Sam karena jika ia menolak, menunggu tranportasi publik akan lebih lama

"Baiklah, Kak Sam. Terima kasih banyak."

Di perjalanan, Qierin dan Sam duduk berdua di motor, suasana canggung namun nyaman. Sam mencoba membuka percakapan.

"Qierin, tentang yang aku bilang di taman, aku nggak bermaksud bikin kamu bingung atau nggak nyaman."

"Aku ngerti, Kak Sam. Aku masih perlu waktu untuk mencerna semua ini. Aku nggak mau buru-buru mengambil keputusan."

"Itu nggak apa-apa, Qierin. Aku cuma mau kamu tahu perasaanku. Apapun yang kamu putuskan, aku akan tetap ada buat kamu."

"Terima kasih, Kak Sam."ucap Qierin menutup pembicaraan

Next kita bahas, semoga suka

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang