Setelah kejutan dari teman-temannya, kehidupan Adit kembali normal. Adit dan Sam mulai sibuk kembali dengan kuliah dan kegiatan organisasi mereka, sementara Qierin dan Lia fokus pada studi mereka.
Saat Adit masuk kelas, teman-teman dan dosen menyambutnya dengan tepuk tangan meriah. Adit dan Sam duduk berdampingan di kelas, mendengarkan dosen yang sedang memberikan kuliah.
"Selamat datang kembali, Adit!" seru dosen dengan senyum lebar.
"Terima kasih, Pak," jawab Adit dengan senyum penuh syukur.
Teman-teman kelasnya juga menyapa dengan hangat.
"Senang melihatmu lagi, Dit!" kata seorang teman.
"Bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya yang lain.
Adit tersenyum. "Aku sudah lebih baik, terima kasih. Aku tidak sabar untuk kembali aktif lagi."
Kelas berakhir usai Adit dan sam datang keruang organisasi.
Begitu tiba di ruang organisasi, Adit disambut hangat oleh anggota lainnya.
"Adit, akhirnya kamu kembali! Kami rindu ide-ide brilianmu," ujar salah satu anggota.
Adit tersenyum. "Aku senang bisa kembali. Mari kita mulai merencanakan acara berikutnya."
Sebagai ketua, Adit mulai sibuk mengatur rencana kegiatan organisasi. Dia bolak-balik dari satu sudut ruangan ke sudut lainnya, memberikan instruksi kepada anggotanya.
"Sam, bagaimana progres proposal kita?" tanya Adit.
"Sudah hampir selesai, Dit. Tinggal beberapa revisi lagi," jawab Sam.
"Bagus. Kita harus pastikan semua siap sebelum akhir minggu ini," kata Adit dengan tegas.
Namun, ketika adzan berkumandang, Adit yang biasanya tetap melanjutkan pekerjaannya, kini berhenti.
"Teman-teman, mari kita istirahat sejenak," kata Adit.
Adit beranjak dari tempatnya kearah pintu keluar
Seorang anggota bertanya, "Adit, kamu mau ke mana?"
Adit menjawab dengan tenang, "Aku mau ke mushola untuk shalat."
Semua anggota terkejut. Namun, Sam dan beberapa teman lainnya memutuskan untuk menyusul Adit ke mushola.
Sementara itu, Qierin dan Lia berada di perpustakaan, fokus membaca dan menyerap materi dari buku-buku mereka.
"Kita harus benar-benar siap untuk ujian ini, Qierin," kata Lia sambil membuka buku catatannya.
"Ya, aku setuju. Setiap poin penting harus kita pahami," jawab Qierin.
Ketika adzan berkumandang, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak dan menuju mushola.
"Ayo, Lia. Sudah waktunya shalat," ajak Qierin.
"Baik, Qierin." jawab Lia.
Adit dan teman-temannya sudah sampai di mushola terlebih dahulu. Adit berwudhu dan masuk ke dalam mushola. Tak lama kemudian, Qierin dan Lia tiba.
Adit merasa dirinya belum bersuci sepenuhnya dan menyuruh temannya menjadi imam. "Kamu saja yang jadi imam," katanya.
Namun, temannya berkata, "Tidak, Dit. Kamu pasti bisa. Kami percaya padamu."
Adit mau tidak mau mengambil peran sebagai imam. Shalat berjamaah dilakukan dengan khusyuk oleh Adit, Sam, teman-teman lainnya, serta Qierin dan Lia yang berada di balik sekat.
Setelah selesai shalat, Adit dan Qierin bertemu di luar mushola.
"Kak Adit, aku senang melihatmu kembali," kata Qierin.
"Aku juga senang bisa kembali. Terima kasih atas dukunganmu selama ini," jawab Adit.
Mereka berbicara sebentar, bertukar kabar dan saling mendukung satu sama lain.
"Apa kamu punya waktu sore ini? Aku bisa mengantarkanmu pulang," tawar Adit.
Qierin tersenyum canggung. "Ap-apa? Serius kak Adit?."
"Iya aku serius" Adit meyakinkan
"Boleh kak Adit" Qierin tersenyum malu, pipinya memerah
Adit dan Qierin kembali berpisah, mereka melakukan aktivitas nya kembali.
Seharian penuh dengan aktivitas, Adit menghampiri Qierin ditempat tunggu.
Dalam perjalanan pulang, mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, dari kuliah hingga hobi mereka.
"Qierin ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu" ucap Adit dengan serius
"Apa yang ingin kak Adit sampaikan?" Qierin bertanya
Adit memberhentikan mobilnya sejenak di bahu jalan
"Saat kejadian kecelakaan itu terjadi, aku dikabarkan oleh orang tua ku bahwa kamu sangat memperhatikan diriku, aku ingin tahu kenapa kamu bisa peduli denganku, apalagi kamu sampai menangisiku disamping Sam." Adit bertanya
Pertanyaan Adit membuat Qierin terdiam sejenak
"Qierin? Qierin? Kenapa kamu diam?"
Tangan adit melambai memastikan"Maaf, saat kak Adit kecelakaan, aku dikabarin Lia. Disaat itu juga kak Adit mencoba menjauh dariku yang membuatku sangat khawatir, rasa khawatir itu mengalir sendirinya, aku menghampiri kak Adit, saat aku melihatmu, kondisi mu sangat parah."
Qierin menjawab pelanQierin enggan ingin mengasih tahu perasaan hatinya, karena ia pertama kali merasakan hatinya berdebar, ia malu untuk mengungkapkan nya
"Alasan aku untuk menjauh mungkin kamu sudah menyadarinya" Adit mencoba beri tahu
"Aku tidak tahu, apakah ini tentang Sam?" Qierin bertanya kebingungan
"Iya, Sam bilang kepadaku ia menceritakan menyukai dirimu namun menurut Sam pertemuan aku dan kamu selalu membuat ia cemburu, aku berteman dengan sam sudah sejak kecil. Maka dari itu aku tidak kehilangan teman baik ku. Maaf jika aku menghilang tiba tiba dari hadapanmu" ucap Adit.
Adit menyangka Qierin menerima cinta Sam, sehingga ia tidak menjadi mengungkapkan luluhnya hati. Adit mulai luluh saat ia menerima energi positif yang diberikan Qierin, saat Adit putus asa, ada Qierin yang selalu menyemangati nya, namun sekali lagi Adit harus memendam rasa yang masih tidak bisa ia harapkan.
Percakapan berakhir dan adit mulai memacu kembali mobilnya.
**Lucu ya kalo keduanya saling salah paham dan enggan mengungkapkan satu sama lain**
Setelah beberapa waktu, mereka tiba di depan rumah Qierin. Adit menghentikan mobil dan menoleh ke Qierin.
Terima kasih sudah mengantarku, kak Adit," kata Qierin.
"Sama-sama, Qierin. Terima kasih juga atas kepedulian mu," jawab Adit dengan tulus.
Qierin membuka pintu mobil dan keluar. "Baiklah."
Adit tersenyum. "Selamat malam, Qierin."
"Selamat malam, kak Adit. Hati-hati di jalan," jawab Qierin sambil melambaikan tangan.
Adit menunggu sampai Qierin masuk ke dalam rumah sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Dia merasa beruntung tentang pertemuan yang mengubah hidup nya perlahan lebih baik
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Tak Terduga
RomanceMengisahkan tentang seorang perempuan bernama assyaqierin reyna menjalani kehidupan berbeda. Mendapatkan pandangan pertama saat dewasa. Lika liku kehidupan yang penuh tantangan baru