Perpisahan

12 3 0
                                    

Adit merasa bosan dan jenuh, ia memiliki preferensi untuk mau kemana. Adit mengajak teman temannya memutuskan untuk mendaki gunung bersama teman-teman mereka sebagai cara untuk menyegarkan pikiran mereka.

Sebelum mendaki Adit memiliki firasat buruk terhadap pendakian ini, namun teman temannya meyakini bahwa akan aman.

"Tenang Dit, kita akan mendaki dan turun dengan selamat"

Adit melihat puncak gunung dengan semangat. "Keren banget ya, Sam. Ini pasti akan jadi pengalaman yang tak terlupakan."

"Iya, Dit. Kita butuh ini. Teman kita pun perlu ini."

bersorak bersama. "Ayo kita naik! Ini pasti seru banget!"

Pendakian berjalan lancar, dan semua orang menikmati perjalanan mereka. Namun, saat ingin turun, tiba-tiba hujan deras dan badai datang menghampiri mereka.

Adit menghadap Sam dengan cemas. "Hujan deras banget, kita harus cepat-cepat meneduh."

"Ayo kita cari tempat yang aman." Sam setuju

Mereka bergegas menuju kamp terdekat, tetapi dalam perjalanan, Adit terperosok ke jurang karena jalanan licin.

Adit berteriak "Sam! Tolong!"

Sam dan teman-teman lain terkejut dan panik, tetapi hujan deras menghalangi pandangan mereka.

Sam berteriak balik dengan cemas. "Dit! Bertahanlah! Kita akan menolong mu!"

Mereka berusaha mencapai Adit, tetapi kondisi cuaca memaksa mereka untuk meneduh di kamp dan menunggu kondisi stabil.

Teman teman yang lain dengan cemas dan khawatir "Kita harus menghubungi pihak penyelamat, ini terlalu berbahaya."

"Kita harus menunggu sebentar, mungkin kita bisa menolong Adit sendiri." Sam meyakinkan

Namun, kondisi Adit parah dan semakin memburuk. Sam akhirnya menghubungi pihak keamanan dan penyelamat untuk meminta pertolongan darurat.

"Tolong, teman saya terjatuh ke jurang dan terluka parah. Kami butuh pertolongan segera!" Ucap Sam yang panik dan gelisah

Tim penyelamat datang dan menemukan Adit dalam kondisi kritis. Mereka segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk perawatan darurat.

Beberapa saat kemudian, berita tentang kecelakaan ini tersebar luas di kampus.

Qierin yang sedang berada di meja belajar melihat notifikasi telpon WA dari Lia. "Ada apa, Lia?"

"Qierin, kak Adit kecelakaan di gunung. Dia dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Qierin terkejut dan syok, "Apa? Tidak mungkin?! Kak Adit..."

"Kamu pasti berbohong kan Lia?" Qierin bertanya sekali lagi, tak terasa air mata menetes

"Aku beneran Qierin, satu kampus tau kejadian ini, teman BEM memberi tahu dan menyebar" ucap Lia meyakinkan

Qierin yang mendengar kabar itu dengan tegas memutuskan untuk menemui Adit di rumah sakit meskipun jaraknya jauh.

"Lia, kamu tau rumah sakitnya dimana?" Qierin bertanya

"Aku tau, memangnya kenapa?"

Qierin dengan tekad mengajak Lia. "kamu bisa temani aku ke rumah sakit? Aku harus melihat kak Adit."

"Tentu, Qierin. Aku akan datang menjemputmu sekarang." Lia mengangguk setuju

3 jam berlalu diperjalanan, Qierin dan Lia tiba di rumah sakit. Mereka segera mencari informasi tentang kondisi Adit

Qierin dengan cemas bertanya pada perawat. "Permisi sus, pasien atas nama Adit ada?" Qierin bergetar

Perawat menjawab "Pasien atas nama Adit sedang di ruang operasi. Mohon tunggu sebentar, kami akan memberikan kabar setelah operasinya selesai."

Qierin dan Lia menunggu dengan penuh kecemasan. Mereka berdoa dan berharap yang terbaik untuk Adit.

Qierin dengan suara bergetar, berdoa dalam hati. "Yaallah, tolong selamatkan kak Adit. Aku yakin kak Adit pasti bisa menjalani ini.

Sementara itu, Sam dan teman-temannya tiba di rumah sakit, mereka baru selesai di interogasi. Mereka merasa sangat bersalah dan cemas.

Sam dengan penuh penyesalan, berbicara kepada teman-temannya. "Semua ini salahku. Aku tidak seharusnya menunda meminta pertolongan."

Teman teman berusaha menenangkan Sam. "Kita semua bertanggung jawab, Sam. Yang terpenting sekarang adalah Adit selamat."

Setelah beberapa jam menunggu yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi.

Dokter keluar dengan ekspresi serius, berbicara kepada Qierin, Lia, Sam dan teman temannya. "Adit mengalami luka parah, syukurnya operasi berjalan dengan lancar, namun kami harus mengecek setiap saat untuk melihat perkembangan nya, kami akan menjamin pasien selamat, kalian semua coba berdoa yang terbaik untuk pasien"

Semuanya merasa lega termasuk Qierin.

Qierin menghela napas lega, air mata kebahagiaan mengalir. "Terima kasih, Dokter.

Sam menatap Qierin dengan penuh penyesalan "Qierin, aku..."

Qierin menghentikan Sam, menatapnya dengan mata tegas "Kak Sam, kita bicarakan ini nanti. Yang penting sekarang, menunggu kak Adit sadar.

Mereka semua setuju untuk fokus pada pemulihan Adit, sementara Qierin mencoba menyusun pikirannya yang kacau dan mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan datang.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang