Flashback

28 4 0
                                    

Kalian pasti menanyakan tentang persahabatan Qierin dan Lia yang terjalin dari kecil kan? Nah disini flashback nya.

Layar berubah menjadi adegan masa kecil di dalam kelas SD, di mana Assyaqierin terlihat duduk sendirian di sudut kelas, terlihat sedih dan terpencil.

(berbisik-bisik sambil menunjuk-nunjuk ke arah Assyaqierin)
"Itu dia, si pemalu dan pendiam. Dia tidak punya teman."

(menertawakan Assyaqierin)
"Apa dia tidak pernah bicara? Bisa-bisanya dia sendiri terus"

(menggoda)
"Hey, Assyaqierin! Kenapa kamu tidak punya teman? Apa kamu tidak bisa bicara?"

Assyaqierin hanya menundukkan kepalanya, tidak mau menanggapi ejekan dan celaan dari teman-teman sekelasnya. Dia merasa semakin kesepian dan terpencil.

(muncul dan mendekati Assyaqierin dengan ramah)
"Hai, aku Amelia, panggil saja Lia, Kamu kenapa sendirian di sini?"

(angkat kepala dan tersenyum kecil)
"Aku... aku tidak tahu. Mereka suka membuat lelucon tentangku karena aku pemalu."

(tersenyum dan duduk di sebelah Assyaqierin) "jangan dengarkan mereka. Kamu hebat seperti dirimu sendiri."

"Kamu tidak sendirian lagi sekarang, Qierin. Kita adalah teman."

Qierin pulang sekolah dengan senang dan tidak sabar menceritakan kepada kedua Orangtuanya.

"Assalamualaikum ayah ibu"

(senyum hangat) "waalaikumsalam Qierin, bagaimana hari sekolahmu hari ini?" Ucap Ayah dan Ibu

(tersenyum kecil) "Baik, Ayah, Ibu. Tapi kadang-kadang aku merasa kesulitan berinteraksi dengan teman-teman sekelas.

(mendekatkan diri) "Kamu tidak perlu khawatir, Nak. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan diri. Penting untuk menjadi diri sendiri dan tidak terpengaruh oleh pandangan orang lain." Ibu menyemangati

(mengangguk setuju) "Ya, Qierin. Jangan pernah ragu untuk menjadi dirimu sendiri. Kami selalu ada untuk mendukungmu." Ayah yang selalu mendukung

Assyaqierin tersenyum bahagia mendengar dukungan dari Orangtua dan merasa lebih percaya diri.

(dengan antusias) "Ayah, Ibu, tadi hari aku bertemu dengan teman baru di sekolah, namanya Lia! Dia sangat ramah dan mau menjadi temanku meskipun aku pemalu. Kita bermain bersama di taman sekolah dan membaca buku-buku di perpustakaan bersama. Dia membuatku merasa lebih baik dan lebih percaya diri. Apakah aku boleh jika diluar sekolah mengajak Lia kerumah?"

(tersenyum bangga) "Itu sangat bagus, Nak. kami mengizinkan kamu bermain dirumah." Ucap Ayah dan Ibu

"Kami senang mendengarnya, Qierin. Jangan ragu untuk terus menjaga pertemananmu dengan baik." Lanjutan

Assyaqierin dan Lia mulai berbicara dan menghabiskan waktu bersama di luar jam pelajaran. Mereka sering bermain bersama di taman sekolah setelah pulang sekolah, menjelajahi tempat-tempat menarik di sekitar kota, dan belajar bersama di perpustakaan. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama di rumah Assyaqierin, membaca buku-buku bersama, berdiskusi, dan saling mendukung satu sama lain.

Assyaqierin merasa lebih kuat dan terhubung dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Orangtua, yang memberinya kepercayaan diri untuk menjalani hari-hari di sekolah dengan lebih baik.

Adegan berakhir dengan Lia dan Assyaqierin tersenyum bahagia, menikmati kebersamaan mereka yang baru ditemukan.

Takdir Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang