49

147 7 2
                                    

Pria kecil itu terbangun dari tidur lelapnya. Ia perlahan duduk karena perut besarnya. Melihat ke arah luar yang dengan matahari teriknya, "ughh~" Ia melihat jam yang berada di atas dan di samping tempat tidur dirinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11:55 yang berarti Koko telat bekerja. Inupi langsung membangunkan tubuh yang tertidur di sampingnya, "Koko! Kau harus bekerja! Bagaimana bisa kau tidak bangun!"

Koko yang merasakan tubuhnya berguncang membuka matanya dan mendapati Inupi yang panik karena dirinya tertidur dan akan kesiangan masuk ke kantor, "tenanglah sayang~ aku mengambil cuti." Ia bangkit dari tidurnya.

Ia memeluk tubuh itu, "maafkan aku telat pulang kemarin... Kau mau jalan-jalan untuk malam ini?" ujarnya.

Inupi menanggapi nya dengan senyuman, "aku mau," ucapnya dengan penuh semangat.

_______________________________________

Malam hari tiba dan Inupi sedang bersiap untuk pergi. Ia menggunakan sweater dirinya untuk menutupi perut buncitnya. Namun tetap saja terlihat, ia pun menyerah. "Jelek sekali..." ucapnya. Ia berbicara di depan cermin sambil melihat penampilannya.

Koko mendatangi pria itu dan memeluknya dari belakang, "kau cantik..." Ia meletakkan kepalanya di bahu Inupi.

"Hmm? Yasudah lah." Koko pun pergi ke parkiran mobil untuk mengambil mobil dirinya.

Inupi menunggu Koko yang sedang mengambil mobilnya, ia melihat ke arah langit. Inupi bisa melihat bintang-bintang yang berkilauan. Matanya berbinar melihat bintang-bintang itu memiliki cahaya yang kelap kelip.

Pandangannya pun beralih ke cahaya sorot mobil yang menuju ke arahnya, itu adalah Koko. Ia berhenti dan membiarkan Inupi masuk, "kemari lah..." Inupi masuk ke dalam mobil itu setelah ada perintah dari Koko.

Mereka pun berjalan ke sebuah festival yang diadakan saat itu. Inupi melihat ke arah luar jendela, ia dapat melihat beberapa makanan yang sangat ingin ia makan.

Koko memarkirkan mobilnya, mereka masuk ke dalam festival itu, "aku ingin itu!" Banyak yang Inupi inginkan setelah lama tidak memakannya.

Koko melihat setiap tingkah kekanak-kanakan yang ada dalam tubuh Inupi, ia tersenyum lembut melihat Inupi yang terus tersenyum dengan pipinya yang merah menunjuk makanan-makanan yang dia inginkan. Memakan makanan dirinya dengan begitu lahap sampai kedua pipinya menggembung.

"Aku harap selamanya seperti ini" bisiknya. Inupi seperti mendengar Koko bicara sesuatu, namun ia tidak begitu mendengarnya, "kenapa??" tanyanya.

Koko tersenyum, ia membelai rambut Inupi, "tidak... Kau ingin apa? Akan aku belikan" ujar Koko.

Inupi tersenyum lebar saat mendengarnya, namun disaat keduanya sedang berada dalam situasi yang menyenangkan dan menenangkan, telepon Koko berbunyi.

Koko mengangkat telepon itu, "kenapa?! Aku sudah bilang jangan menggangguku!" Ia berteriak ke orang yang berada di telepon itu. Ia adalah Haitani Ran.

"Kau gila?! Ada laporan, sialann! Festival yang baru saja di gelar itu, ada salah satu anggota mafia yang pernah mengkhianati perusahaan. Apa kau mau membiarkannya?! Dia bergabung dengan pihak musuh!"

Mendengar perkataan Ran, ia sedikit tergiur untuk mencari tahu. Namun saat ini ia sedang bersama Inupi dan ia sudah terlanjur mengajak Inupi selagi mendapat cuti. Ia diam sesaat,

"Aku akan pergi... Tapi tidak sekarang, kirim saja anak buah untuk memata-matai untuk sekarang begitu saja"

"Sudah dari awal aku kirim, tapi mereka tidak menjamin akan menangkapnya karena pengkhianat itu berada di kerumunan orang-orang. Jika kita menangkap mereka terang-terangan justru kita yang terancam. Itu sebabnya aku menelepon mu"

"Kenapa kau tidak turun tangan untuk sementara waktu?"

"Aku sedang berada di kota xxxx. Aku akan kembali namun membutuhkan waktu sekitar satu jam, dan itu paling cepat"

Koko menghela nafas saat Ran berkata bahwa ia sedang berada di luar kota, ia melirik Inupi yang sedang makan-makanan miliknya. Senyuman terukir di wajah Koko. Ia kemudian sadar dan langsung merubah wajahnya dengan wajah kesal.

"Tch! Baiklah!"

TUTTTTT...

Koko mematikan teleponnya, "bagaimana sekarang..." Ia berjalan mendekati Inupi. Koko memeluk tubuh Inupi dari belakang, "Sayang... Maaf, aku harus pergi sekarang. Aku akan memanggil penjaga untuk menjagamu, ya? Atau kau ingin kembali ke rum-"

DOR!

Suara tembakan yang membubarkan orang-orang yang berkerumun untuk membeli makanan mereka. Semua terkejut dan takut mendengar suara tembakan itu.

"JANGAN MENDEKAT! ATAU DIA MATI!" Teriak orang itu. Ia menodongkan pistol itu ke seorang wanita yang ia sandera. Ia meletakkan pistol itu di kepala wanita itu, "siapapun yang mendekat! Maka dia akan mat."

Koko melihat siapa orang yang berani memainkan pistolnya di hadapan banyak orang, dan ia langsung bisa menebaknya. Bahwa orang itu memanglah pengkhianat yang Ran katakan.

Koko menyentuh tubuh pria yang sedang bersiaga, "tugas untukmu. Jaga pasanganku." Ucapnya dengan penekanan diakhir.

Pria itu langsung sigap membawa melindungi Inupi dari orang yang mereka sebut sebagai 'pengkhianat'

Koko sedang memikirkan rencana. Ia tidak berpikir 'pengkhianat' itu akan begitu terus terang dan membuatnya kesulitan.

Inupi sedari tadi hanya bisa melihat dengan wajah khawatir, ia terus berpikir cara menyelamatkan wanita yang menjadi sandera itu, "apa tidak bisa dia dilepaskan saja?" tanyanya kepada penjaga yang menjaganya.

Penjaga itu hanya terdiam dan tidak bicara sama sekali. Inupi penasaran dan ingin menyentuhnya, tetapi niatnya terkurung saat penjaga itu bicara.

"Maafkan saya..."

TBC
Haloo semuaa!! Semoga suka yaa, jangan bosen buat baca biar author makin rajin 😋
Jangan lupa vote or komen yaa!!
Dadaaa🍃🍃🍃

Mafia yang Lembut [ kokonui ] 𝔼ℕ𝔻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang