51

120 6 5
                                    

Ruangan gelap dengan seorang pria yang sedang mengandung berada di dalamnya. Inupi melihat ke arah jendela yang di kunci dengan rantai yang sudah berkarat. Rencana terus bermunculan di benak Inupi, namun tetap saja ia tidak bisa melakukannya karena kedua tangan dan kakinya diikat oleh mereka.

Pintu ruangan itu terbuka, seorang pria dengan wajah cantik itu mendatangi Inupi. Inupi terpesona dengannya, bahkan kegelapan dikalahkan oleh wajah cantik pria itu.

Pria itu tersenyum, "aku akan membantumu.." Pria itu melonggarkan ikatan yang ada di kaki dan tangan Inupi. Inupi melihat pria itu dengan tatapan kagum, keberanian dan kebaikannya terlalu bersinar untuknya.

Inupi menarik napas nya, ia bermaksud untuk menanyakan sesuatu dengannya, namun ia mengurungkan niatnya. Pria itu mengetahui apa yang ingin Inupi lakukan, ia tersenyum, "katakan saja..." ucapnya.

Merasa sudah mendapat izin dari pris berparas cantik itu, Inupi membuka suaranya. Inupi kembali melihat mata indah pria itu, "namamu Mitsuya, bukan? Apa hubunganmu dengan Koko.. dan apa yang dimaksud dengan pria tadi?" Tapan Mitsuya yang awalnya sangat cerah kini berubah seketika menjadi gelap. Inupi tentu menyadari hal itu.

Mitsuya menundukkan wajahnya, ia tersenyum, "bukan apa-apa" ucapnya. Inupi tidak memercayai Mitsuya, apalagi pria tadi sampai begitu marah dan menculiknya.

'Pasti mereka ada hubungan, apakah perselingkuhan'  batin Inupi. Semua orang yang berada di posisi Inupi kemungkinan akan berpikiran hal yang sama. Inupi melihat kembali orang itu, tatapan matanya benar-benar berubah.

Pria berparas cantik itu melihat Inupi. Mitsuya ingin menjelaskan, namun pria bertubuh tinggi tadi masuk ke dalm ruangan itu, "apa yang kau lakukan?" ucapnya dengan nada datar yang mengerikan.

Mitsuya berdiri, ia mendekati pria itu. Hakkai melihat Mitsuya yang mendekatinya ingin merangkul pinggang ramping itu. Namun tindakannya berhenti karena Mitsuya menamparnya dengan begitu kencang.

PLAKKK!!!

Tamparan itu berhasil mengenai pipi Hakkai yang membuatnya terkejut. Inupi juga terkejut dengan apa yang dilakukan pria berparas cantik itu, "aku sudah bilang berapa kali denganmu, dia melakukan itu semua karena memang itu adalah pekerjaanku" ucapnya dengan wajah datar.

Hakkai terdiam, ia tidak menyukai cara Mitsuya merendahkan diri. Namun ia tidak bisa melakukan apapun jika Mitsuya sudah marah dengannya. 

_____________~

Hakkai merasakan sesuatu dari dari luar jendela, Ia melihat pohon yang cukup rimbun. Hakkai menyipitkan matanya, sesuatu berkilauan terlihat di mata Hakkai. Spontan ia memeluk Mitsuya untuk melindunginya karena merasakan sesuatu yang tidak biasa itu.

PRANGGG!!!

DORRR!!! DORRR!!! DORRR!!!

"ughh..." Hakkai terkejut dengan perubahan posisi mereka yang dilakukan Mitsuya dengan begitu cepat. Tubuh Hakkai terjatuh, ia melihat Mitsuya yang berada di atas tubuhnya. Cairan merah mengalir di lantai.

Jantung Hakkai berhenti seketika melihat orang yang sangat ia cintai terbaring lemas di atas tubuhnya dengan wajah yang pucat. Hakkai segera bangkit, ia menyangga Mitsuya yang sudah memuntahkan darah itu.

Inupi membelalakkan matanya melihat orang yang ingin menyelamatkan dirinya justru mati karenanya. Kaca yang tertutup sebelumnya pecah  berkeping-keping.

Di saat yang sama pinggang Inupi terasa nyeri dengan perut yang mulas secara bersamaan. Ikatan di tangan dirinya yang sudah terlepas ia pakai untuk memegangi perutnya, "akh! sakit..." Seseorang masuk di ruangan itu, ia mengangkat Inupi dan membawanya ke dalam mobil hitam dirinya.

"bawa dia" ucap pria itu ke sopir yang ada di depan. Ucapannya beralih ke Inupi, "aku tidak bisa menemanimu..." Ia menutup pintu itu dengan kencang.

Inupi dengan panik langsung membuka kaca itu, "bagaimana dengan Mitsuya?! Dia terluka! Dan itu karena aku! Jika saja aku- akh!" Cairan bening kekuningan keluar dari bawah tubuh Inupi.

Koko yang melihat itu dengan panik langsung berkata, "aku akan menyelamatkannya! Sekarang pergilah!" Tatapan mata Inupi sedikit layu, ia mengucapkan kata terakhir sebelum mobil dirinya akan melaju, "terima kasih..."

Koko menatap mobil itu melaju dan menjauh darinya, "hahh.. aku akan kembali secepatnya" Koko mendengar beberapa tembakan dari dalam bangunan tua yang seperti pabrik terbengkalai itu.

Ia langsung mengeluarkan senjatanya saat anak buah pria itu menodong dirinya. Koko bisa melihat Hakkai yang berusaha untuk menghentikan pendarahan yang terjadi di bagian punggung Mitsuya.

Tiga peluru berhasil menembus masuk ke dalam tubuh Mitsuya, ia masih memiliki kesadaran namun begitu lemah. Mitsuya melihat wajah Hakkai yang pasrah dengan mata merahnya. Pria itu melepas pakaiannya, ia memakai pakaian dirinya untuk menghentikan pendarahan Mitsuya. Walau ia tahu tidak akan berhasil namun setidaknya ia bisa membuat Mitsuya tetap hidup lebih lama.

Tubuh Mitsuya lemas di dalam dekapan Hakkai. Mitsuya berusaha untuk menetap Hakkai, tubuhnya begitu lemah bahkan untuk mengangkat tangannya, "ja... ngan... ma... ti..." Hakkai berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Mitsuya.

Hakkai mengangkat tubuh lemah itu. Sementara anak buahnya terus beradu peluru, "berhenti!" teriak Koko. Hakkai mengikuti perintah pria itu, ia berhenti menunggu pria itu setidaknya menembak atau melakukan sesuatu. Koko mendekati pria itu sembari terus menodong pria itu dengan pistol. 

Setelah pistol itu hampir mengenai kepala Hakkai, ia menjatuhkan pistolnya ke lantai. Hakkai masih berdiri tanpa bergerak. Setidaknya ia ingin mati bersama Mitsuya, orang yang paling ia cintai.

"Pergilah... Aku sudah berjanji padanya untuk menyelamatkan nyawa Takashi" Hakkai berjalan menjauh setelah mendengar kata-kata itu. Ia masuk ke dalam mobil dan melaju kencang dari sana untuk menyelamatkan nyawa Mitsuya walau dapat dikatakan ia sudah terlambat.

Mitsuya duduk di kursi penumpang sebelah supir. Dengan tubuhnya yang masih lemah ia tetap mencoba untuk bicara, "apa... kau tahu? cough!" Mitsuya memuntahkan cairan merah dari mulutnya, "jangan bicara, kau terluka" ucapnya dengan nada dingin. 

Mitusya mengetahui kekhawatiran yang dialami oleh Hakkai walau ia tidak menunjukkannya, ia tertawa pelan dengan darah yang mengalir dari mulutnya. Hakkai tidak menatapnya sama sekali, "sebenarnya ini tidak boleh..." Mitsuya menatap jendela luar, ia membuka jendela itu agar bisa terkena oleh angin. 

Hakkai mematikan pendingin mobil itu tanpa melihat ke arah Mitsuya sedikitpun. Mitsuya melanjutkan ucapannya yang terpotong sebelumnya, "ya... dipekerjakan diriku, dilarang melibatkan perasaan ke seorang pelanggan, namun..." 

Mobil itu berhenti di depan sebuah kediaman yang besar dan megah, ia menyentuh pergelangan tangan Hakkai yang berada di setir, "aku mencintaimu..." Hakkai menghempas tangan itu dengan cepat.

Hakkai turun dari mobil, ia dengan cepat menggendong Mitsuya yang terduduk lemas itu. Hakkai langsung di datangi oleh seseorang yang memakai jubah putih, "kau harus menunggu di luar. Dengar, aku tidak janji akan menyelamatkannya! Mengerti?!" Pria memakai jubah itu mengambil alih Misuya yang sudah sangat lemah dan berwajah pucat itu.

Pria yang memakai jubah itu meninggalkan Hakkai yang masih berdiri diam dengan tatapan mata kosong dan kelopak matanya yang sudah merah, "aku mohon, tuhan. Jangan ambil dia... Dia satu-satunya orang yang selalu berada di sisiku..." Hakkai terjatuh, ia sudah tidak bisa menahan tubuhnya untuk tetap berdiri.

"tuhan... kumohon..."


TBC
Haloo semuaa!! Makasihh yang udah baca dan semoga suka yaa!! author bakal usahain cepat up dehh. Love you guyss!!
Jangan lupa Vote or Komen ya..
Dadaaa
🍃🍃🍃

Mafia yang Lembut [ kokonui ] 𝔼ℕ𝔻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang