53 [END] 🍃

252 10 3
                                    

Angin berhembus kencang, rambut panjang indah yang beterbangan mengikuti arah angin yang berhembus. Pelukan hangat menempel dari belakang dari belakang pria itu, senyuman muncul di wajah pria cantik itu. Tangannya menyentuh tangan yang melingkari pinggangnya, "jangan seperti itu..." Koko tersenyum, ia mencium pipi Inupi yang memerah karena musim dingin yang akan tiba.

 Inupi membalikkan tubuhnya, tatapan matanya secara spontan langsung melihat pria yang ada di hadapannya. Senyuman dari pria itu begitu menenangkan, pheromone yang menempel di tubuh pria itu juga membuat dirinya menjadi begitu tenang, "ini... aku beli es krim untuk dirimu." Koko menjilat ujung es krim itu.

Rangkulan di pinggang Inupi semakin erat, ia mendorong perlahan tubuh Inupi supaya keduanya semakin dekat. Inupi menyentuh dada pria yang lebih besar dengan tubuhnya, "kau mau apa?~" ucapnya. Wajahnya memerah, jantung dirinya berdegup kencang. Perasaan nyaman yang diberi tuhan untuknya begitu menenangkan.

Bibir keduanya menyentuh, saling menyalurkan rasa kasih sayang dan cinta. Mata keduanya terpejam menikmati sentuhan dari pasangannya.

Rasa cinta yang diberikan pencipta memang tidak abadi untuk keduanya, adakalanya kedua insan tersebut saling kesal satu sama lain dan menyebabkan rasa cinta yang mereka miliki untuk keduanya pudar. Namun rasa sayang dan kepedulian yang tentunya keduanya miliki lebih besar.

"Mamaa!!" teriak seorang anak perempuan. Rambut kepang dua yang menggemaskan, pipinya yang gembul, tas merah muda bergambar kuda poni yang membuat kesan kepribadian anak itu yang ceria, tubuh pendek yang menambah kesan anak berumur 6 tahun. 

Inupi mencari sumber suara yang memanggilnya. Suara cempreng yang khas di telinga Inupi itu membuatnya tersenyum, ditambah wujud kecil yang berkacak pinggang saat melihat keduanya bermesraan di depan umum. 

Inupi mendekati anak kecil menggemaskan itu, "el.. kemari" Inupi merentangkan tangannya. Anak itu berlari mendekati Inupi yang menyambut dirinya dengan gembira, ia memeluk Inupi dengan erat, "mama! El menyukai seseorang!" Kedua pasangan itu membeku seketika, senyuman lembut yang mereka berikan berubah seketika menjadi senyuman pahit.

"Siapa.. dia?" Inupi yang merasakan Pheromone Koko berubah langsung berusaha mencairkan suasana. Tetapi keterlambatan dirinya mencairkan suasana itu semakin membuat pasangan dan anaknya menjadi sedikit canggung.

Helaan nafas terdengar, "hahhh... Ellie, El lapar? Kita bicarakan ini sambil makan.." 


Keduanya menunggu anak kecil di hadapannya untuk bicara, ia memakan kue yang ia pesan dengan begitu lahap. Dengan wajah polos yang ia punya, menatap kedua orang tuanya, "dia lelaki yang imut.. tubuhnya lebih kecil dari El.. pendiam, pintar, juga tampan. Apa salahnya?" ucap anak itu. 

Tatapan mata Inupi beralih ke arah tangan Koko yang sudah mengepal begitu kencang hingga berwarna kemerahan, ia menghela nafas saat mengetahu itu.

"bagaimana bisa El merasa bahwa El suka dia?" Inupi menjulurkan tangannya saat anak itu ingin meludah karena ada sesuatu yang tidak enak berada di dalam mulutnya. Sebuah kertas emas yang menempel coklat di pinggirannya. Inupi menggelengkan kepalanya saat melihat anaknya memakan kertas.

Koko mengambil tisu yang disediakan, ia mengambil kertas itu dan membersihkan tangan Inupi yang basah karena ludah anaknya itu. Ellie melihat keduanya yang begitu menenangkan, senyuman muncul di wajahnya, "dia juga melakukan hal yang sama ketika tangan El terkena lumpur" ucapnya.

Keduanya terkejut saat anak itu tiba-tiba mengeluarkan suaranya, "kenapa tangan El bisa kena lumpur?" tanya Koko. Anak itu tersenyum, "El kira lumpur itu coklat, saat El makan tidak enak.. El langsung cepat-cepat lepeh.. terus dia langsung datang, ngasih tisu buat mulut sama tangan El" jelasnya. 

Mafia yang Lembut [ kokonui ] 𝔼ℕ𝔻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang