Siang hari mereka beristirahat, nyaris sore karena memilih beristirahat di dekat sungai yang jernih airnya. Oliver memberikan makan dan minum pada kudanya, sementara Dominic mengumpulkan kayu bakar. Permintaan Arsena memang, dia bisa memakan daging dendeng kering bersama roti yang keras.
Tak lama mereka datang, "Biar kamu yang temani Tuan Muda ke sungai." Ucap Dominic pada Oliver.
Arsena membawa botol bekas, kain serta arang dan serabut kelapa menuju sungai yang landai. Oliver berpikir jika anak itu ingin mencari ikan kecil. Namun ia salah.
"Apa yang Tuan Muda lakukan!" Oliver terkejut karena Arsena hanya mengambil air dalam dua botol.
Arsena melanjutkan kegiatannya dengan menata alat penyaring air yang ia buat sendiri. Abaikan dimana tawas, karena disini ia tak menemukan benda itu.
"Ini namanya menyaring air paman. Sungai memang jernih bahkan seperti air yang biasa kita minum dalam teko bukan?" Arsena masih menuang air itu perlahan dari botol ke panci.
"Bahkan dalam air jernih itu juga banyak mahluk hidup loh." Ia menjeda kalimatnya.
"Kita juga tak tau air ini sudah tercampur pipis ikan atau pipis beruang." Ucapan Arsena pada Oliver.
"..." Oliver bergidik mendengar penuturan itu.
"Atau bahkan kita tak tau hulu ada orang mandi atau mencuci kaki. Paman sering dengar bukan banyak orang yang sakit perut karena langsung meminum air sungai? Ini penyebabnya. Setidaknya harus kita saring dulu, kemudian bisa direbus sampai mendidih." Panjang lebar kalimat Arsena.
"Sudah selesai paman, ayo kembali!"
Mereka kembali, api sudah menyala. Arsena merebus air. Selagi itu ia mencuci beras di wadah lain. Kemudian bersiap dengan memotong daging.
"Tuan Muda biar saya saja!" Dominic menghentikan Arsena yang telah memegang pisau.
Namun apa yang ia dapatkan. Tatapan julit ala bombastic side eye atau criminal ofensive side eye. Ia juga mengambil dua siung bawang putih. Sontak mereka mengkerut didepan anak kecil itu, menunduk patuh.
Air telah mendidih, Arsena menuang sebagian air lalu menuang beras bersih dalam panci kemudian menutupnya. Di sisi api yang lain, pelat wajan sederhana ala teflon ia panaskan sambil menaruh sedikit minyak canola. Ditumis bawang putih itu tak lama ia masukkan daging beserta garam dan sedikit lada bubuk.
"Hmmm apa ini Tuan Muda?" Oliver dan Dominic begitu takjub. Wangi daging dengan bawang putih itu.
"Entahlah paman, mungkin sejenis stik daging." Arsena mengerdikan bahunya. Ia hanya ingin fokus melumasi daging sambil membalik-balikkan masakannya itu.
Beberapa waktu berlalu, Arsena memberikan makanan yang bermaksud ia tata di masing-masing piring. Lalu menuangkan air putih dalam gelas. Sebagai bangsawan ia harus membiasakan menggunakan gelas padahal akan lebih nikmat meneguk air dalam botol hingga tandas.
"Silahkan paman!" Ia heran, kedua orang dewasa itu hanya memandangi piring mereka masing-masing.
Sekali suapan, Arsena lumayan puas. Ada bumbu yang bisa ia rasakan. Tak buruk meski sederhana. Bahkan ia bisa makan bersama sayur buncis dan wortel.
"Enak," hanya satu kata diucapkan Dominic, ia memandang makanan itu terharu. Sementara Oliver amat pelan mengunyah. Ia merasakan makanan mewah baru kali ini. Terlebih dibuat oleh bangsawan.
Hari demi hari terus berganti, sudah kebiasaan bagi mereka bertiga saling membantu dalam perjalanan. Sesekali mereka mampir di sebuah desa terdekat di jalan menuju Akademi Heidelberg. Sekedar mampir istirahat atau berbelanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Doctor
AdventureLara dan emosi telah terkubur dalam. Meninggalkan kenyataan akan kedudukan, keluarga dan kenangan. Dia telah melihat bagaimana kehidupan dulu, meski sementara lalu kembali terhapus setelah bangun kembali. "Setidaknya aku akan berusaha bahagia lagi...