26

38 10 0
                                    

Di hari Jumat pada bulan ke sebelas, Akademi Edinburgh telah memasuki tahun ajaran baru. Dimana mulai ramai para siswa serta para siswa baru. Perbedaannya adalah seragam dan gerbang yang mereka lewati.

Siswa yang fokus pendidikan maka akan melewati empat tahun pendidikan sekaligus profesi. Sementara pada pendidikan resminya hanya tiga tahun. Tentu mereka semua telah memilih jalan masing-masing sejak awal pendaftaran akademi.

Sementara dari segi seragam, Akademi Edinburgh menetapkan warna dasar siswa tahun pertama dengan dasar warna abu-abu tua. Lalu tahun kedua dengan warna biru tua, lalu tahun ketiga dengan warna dasar putih dengan akses emas atau silver. Lalu di tahun keempat atau siswa lanjutan adalah putih dengan beberapa aksen mereka yang lengkap dengan aksesori berupa pin emas dengan bentuk sesuai studi mereka.

Di waktu yang sama, Arsena datang pada hari terakhir waktu libur kalender akademi. Ia memilih waktu ini karena benar-benar tak bisa menolak tuntutan Grand Duke Darel serta beberapa menterinya yang mengharuskan adanya rombongan pengawalan kerajaan. Sungguh sebenarnya ia agak malu.

Hal ini layaknya sebuah karnaval yang ditonton seluruh warga di tiap jalan ramai. Apalagi kereta kuda yang baru dipesan oleh pihak keamanan Kerajaan Thelem karena sering ia protes warna yang mencolok itu. Tak ada lagi warna emas menyilaukan serta norak. Hanya ada kereta berwarna putih dengan interior coklat serta hitam.

"Silahkan Yang Mulia." Ucap Vesta setelah membuka pintu kereta.

Arsena sebenarnya malu karena dikawal rombongan panjang dan ketat. Tak ada ia peduli akan dirinya dicap seperti apa. Hanyalah rasa malu karena merasakan sebagai peserta karnaval ketika berangkat sekolah.

'Lihat, siapa dia?'
'Pangeran kah, atau siapa? Bahkan Putri Kerajaan Benova saja tak seketat dan seramai itu.'
'Entahlah, aku tak mengenalnya.'
'Benar yang kalian katakan! Seharusnya itu adalah pengawalan raja, sama sekali tak etis bagi bangsawan untuk hidup lebih mewah dari raja!'

Sungguh Arsena tak peduli akan itu semua. Hanya hatinya ingin mengatakan uneg-uneg yang selama ini ingin ia katakan. Terlebih kali ini ia sebagai senior tertinggi di akademi.

'Asal kamu tau ya dek! Kakak dulu lebih parah dari ini. Atau heh kamu itu junior ya! Yang sopan sama senior.   Atau jalannya yang cepet, jangan lelet!' Agak gatal mulut Arsena ingin mengatakan itu pada siswa baru itu. Tetapi hanya dipendam karena takut merusak pandangan orang lain yang dikenal dia sebagai orang yang dingin, datar dan tak tersentuh.

"Kenapa Yang Mulia, sepertinya sedang menahan sesuatu?" Bisik Vesta pada Oliver.

"Mungkin tak tahan ingin membalas semua perkataan perempuan-perempuan itu." Jawab Oliver sambil melirik beberapa perempuan yang bergosip pada rombongan mereka.

"Hah bisa jadi sih." Timpal Vesta.

"Apa mulut kalian sudah berfungsi bergosip seperti wanita?" Sarkas Arsena sambil tetap melangkah.

Oliver dan Vesta segera memperbaiki posisi mereka. Takut jika sang raja ngambek dan mendiamkan mereka seperti yang lalu. Terlalu horor menatap situasi yang pernah terjadi, meski telah direncanakan.

"Yang Mulia, apakah Anda ingin sesuatu saat kelulusan nanti?" Oliver memilih mengalihkan pembicaraan.

"Apa lag..." Perkataan Arsena dipotong Vesta.

"Benar Yang Mulia, bisa dikatakan agar tak mendadak. Jadi bisa kami siapkan." Ucap Vesta mengompori.

"Hah sudahlah! Mungkin praktek mandiri sebagai dokter sudah cukup. Mmm sambil produksi sedikit obat mungkin tak apa." Ucap Arsena.

"Oh lalu membuka jasa desain beberapa furnitur, lalu buka restoran sendiri." Tambah Arsena.

"T-tunggu Yang Mulia, tetapi bukankah itu terlalu banyak?" Sela Oliver tak percaya dengan misi dan impian Arsena yang kini terang-terangan dibeberkan.

Abaikan saja perdebatan mereka semua. Hal yang tak perlu dijelaskan lagi

Kala prosesi penerimaan siswa dimulai, para siswa senior ada dalam kelas masing-masing. Akademi yang penuh kompetisi gengsi mengharuskan siswanya mentereng dengan berbagai pencapaian serta penghargaan. Tentu seluruh siswa yang merupakan kalangan bangsawan makin panas kala ada pengumuman tentang penghargaan terhadap siswa dari akademi biasa dan penerimanya adalah orang biasa.

Anggap saja pada siswa tahun keempat adalah magang dan sertifikasi profesi. Seorang siswa studi ekonomi maka mereka bisa menempuh jenjang perbendaharaan dan ekonomi dagang tingkat lanjutan. Kemudian siswa studi martial arts maka mereka bisa menempuh jenjang pelatihan khusus pada seleksi Knight tingkat lanjutan serta spesialisasi kemampuan baik ilmu berpedang, berburu, memanah dan ilmu perang sesuai dengan kerjasama akademi dengan beberapa kerajaan atau unit khusus.

Sedang dalam studi seni, maka para siswanya akan melakukan pertunjukan di tempat-tempat yang ditunjuk serta dinilai langsung oleh musikus atau ahli laun sesuai bidang yang tersedia. Kemudian dalam studi kedokteran, terdapat jenjang kedokteran profesional, alchemist profesional, serta peneliti sains. Tentu terdapat kelas teknik yang memberikan jenjang penemu dan pengembang mesin dan arsitektur.

Jangan tanyakan bagaimana Arsena saat ini. Ia tengah serius berada di laboratorium alchemist sebagai asisten seorang profesor. Melakukan beberapa kali ekstraksi tanaman untuk mendapatkan suatu khasiat pada sebuah cairan.

"Ya benar, lakukan seperti itu! Pastikan kandungan karoten tak merusak visualisasinya." Perintah sang profesor.

"Entah cairan apalagi yang akan dibuat." Gerutu Arsena.

Usai dua jam mereka bergelut dengan mikroskop serta puluhan tabung reaksi. Akhirnya didapatkan zat yang diinginkan. Sang profesor lalu pergi tanpa pamit.

"Dan akhirnya waktu membuat berbagai obat dengan formulasi zinc." Ucap Arsena dengan mempersiapkan seluruh bahan.

Tahap pertama adalah membuat zinc sulfat. Arsena ingat bahwa diare di dunia ini sering terjadi pada anak-anak. Terlebih zinc berperan dalam sistem kekebalan tubuh sebagai penyusun enzim Superokside Dismutase. Berperanan dalam sistem imun tubuh dan mempengaruhi sel kekebalan bawaan. Dan dengan kurangnya kandungan zinc dalam tubuh dapat menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Hanya pembuatan benda itu untuk hari ini. Tentu lengkap beserta pembungkus kedap udara sesuai dengan arahan beberapa profesor yang mendekatinya. Anggap saja produksi bahan ini adalah gratis. Asal memberikan laporan penggunaan serta khasiatnya.

"Haaahh sangat bermanfaat. Tak sia-sia membayar mahal masuk Akademi Edinburgh, semua bisa terbayar dengan laporan dan uji kelayakan produk." Ucap Arsena sambil menenteng kotak besar.

Tak peduli sekarang sore hari, ia menuju rumah sakit tempatnya magang. Dimana tertulis ruang magang dan loker khusus obat, Arsena meletakkan obat-obat itu disana. Previlege seorang calon dokter yang mulai naik daun, ia mendapatkan loker obat khusus miliknya.

"Baiklah, besok waktunya praktek. Sebaiknya kembali ke asrama." Ucap Arsena dengan senyum tipis.

Brakk

"Ck, meski keadaan darurat bukankah seharusnya rak perlu mendobrak pintu itu?" Arsena tak pernah tenang berada sedikit lama di ruang khusus magang itu. Selalu sama saat dikatakan kondisi darurat, maka siapapun yang datang akan mendobrak kasar pintu. Dan sempat bulan kemarin salah satu daun pintu lepas saking kuatnya pria yang mendobrak.

"Ikut sekarang, dan pakai ini!" Paksa seorang perawat.

"Dibayar?" Tanya Arsena dengan polosnya.

"Kau!" Perawat itu ingin memukul kepala Arsena, namun ia memilih sabar.

Akhirnya mereka keluar dari ruangan itu. Bergegas menarik Arsena menuju ruang operasi yang telah dikatakan tadi.

"Tapi saya bukan spesialis bedah Nyonya." Protes Arsena.

"Seorang bayi lahir, keluar secara normal. Namun sang ibu langsung mengalami pendarahan. Sementara bayi yang baru lahir belum sempat menangis, dan lama-kelamaan ia rak bernafas dengan tubuh mulai memucat." Jelas perawat itu sambil berlari kecil menyeret Arsena.

"Sial!" Umpat Arsena lirih sambil mengikuti arah lari sang perawat.



TBC

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang