Ilmu dasar kedokteran, adalah pelajaran hari pertama. Semenjak pagi hingga siang hari, Guru Xavier menjelaskan detail tanpa tertinggal satupun. Tinggal lah seorang Arsena yang menatap penuh minat.
Bahkan coretan banyak kalimat yang tak terdapat dalam buku ditulisnya. Dikarenakan agak asing dengan penjelasan dasar itu. Karena dulu dia paham konsep dasar ruang saja.
Usai siang, mereka menguap.
"Baik cukup sekian pelajaran, semoga kalian bisa paham semua yang saya sampaikan." Ucap Guru Xavier lalu keluar ruangan.
"Apa itu tadi?" Disanto yang mencoba terus membuka matanya.
"Entahlah, rasanya kepalaku ingin istirahat." Jawab Athena.
"Apakah seorang Lady Lenova memang bisa terlihat malas seperti ini?" Orion berucap malas.
Arsena hendak mencari makan di kantin akademi. Memilih menghindari orang-orang itu agar tak dilecehkan lagi. Miris mengingat ia digendong seperti kemarin sore.
Happ
Dengan cepat Leonard menggendong anak kecil itu. "Mau kemana hmm? Mau makan?"
Arsena ingin berontak namun tak akan ada jalan. Mengingat tubuh Leonard yang besar akan sangat mustahil lolos. Lalu mau apa lagi selain mengangguk.
"Baik kakak antar kesana, lagipula aku juga lapar." Suara Leonard dibuat semanis mungkin karena ditatap empat orang yang lain.
Arsena mulai nyaman dalam perjalanan. Bahkan dengan posisi ia digendong seperti ini. Tubuh Leonard dengan otot tebal membuat Arsena bisa sedikit memejamkan matanya untuk tiduran di pundaknya. Matanya yang agak sayu membuat Athena dan Disanto gemas ingin meremas wajahnya.
Bubur, daging panggang hambar dan beberapa sayuran bercampur sosis dengan bumbu minyak canola serta garam ditambah telur rebus. Ah, Arsena ingin menangis rasanya. Makanan ini tak layak untuknya yang kurang karbohidrat apalagi hambar tanpa bumbu.
"Kenapa, kau tak suka?" Orion sangat sensitif dengan mimik wajah.
"Ya kak, hanya berasa garam." Singkat Arsena dengan malas memakan makanannya.
"Lalu kau makan apa biasanya di rumahmu?" Rhodeus amat antusias ingin mendengar jawaban.
"Rumah? Hanya roti, telur, susu, em... Daging sapi atau ayam." Ucap Arsena mencoba mengingat apa saja makanan di rumahnya.
"Itu sama saja adik kecil!" Sergah Disanto mendengar jawaban mencengangkan itu.
"Apa bisa aku mendapatkan bahan mentahnya saja lalu kumasak sendiri?" Protes Arsena melahap paksa bubur hambar itu.
"Tidak untuk makan siang, makan malam bisa kau makan dengan membeli di tempat penjual makanan dekat akademi. Sarapan, em sepertinya sama saja itupun asal mendapatkan ijin penjaga." Jawab Orion.
"Itu pengalamanmu sendiri bukan pangeran?" Ejek Athena sambil empat lainnya menahan tawa.
"Apa? Aku tak pernah bolos atau kabur kau tau!" Orion bersungut-sungut menanggapi rekan sekelasnya itu.
"Jadi apa aku bisa mendapatkan bahan makananku?" Arsena masih kekeh dengan pertanyaannya. Ia membolak-balikkan sebatang sosis dalam tempat makannya.
"Kita tanyakan pada pengurus kantin nanti!" Jawab Rhodeus dengan mengedipkan satu matanya pada Arsena.
"Apa itu, ini adikku!" Leonard tak menyukai perbuatan Rhodeus dan yang lain menatapnya jijik.
Pelajaran kembali berlangsung, dengan beberapa pengenalan materi baru. Berupa biologi molekuler, obat serta nutrisi. Dalam hal ini Arsena menguasai lebih banyak, tentu keuntungan atas ingatan kehidupan dulu yang jenius. Namun untuk obat, setidaknya ia harus banyak membaca buku. Dimana susunan zat yang agak berbeda dengan penyebutan atau memang berbeda dari dunianya dulu.
Layaknya bekerja, sekolah dimulai jam 9 pagi lalu selesai jam 3 atau jam 4 sore. Melelahkan, namun setidaknya dibayar dengan kabar yang diberikan Rhodeus. Ia mengatakan bahwa khusus siswa kedokteran seangkatannya diperbolehkan meminta bahan makanan dan memasaknya sendiri. Namun tak diperbolehkan memasak di dapur sekolah kecuali hari libur.
Malam pukul 7, para siswa kedokteran itu memboyong beberapa alat masak yang disisihkan pengurus kantin. Mereka membawa ke gudang terbuka disamping asrama. Kemudian mulai membuat api dari tungku portabel yang kini ditaruh di luar.
"Bagus diberikan dua tungku!" Arsena tersenyum lebar.
Hari pertama masak bersama rekannya, mereka mendapatkan beras atas permintaan Arsena. Sehingga hal pertama yang harus dilakukan adalah mencuci beras dan merebus air dari dua panci. Ia juga bercerita banyak dengan proses ini. Tentu mereka teramat senang karena terhibur adanya sosok anak kecil, sehingga tak monoton sesama orang dewasa.
Nasi telah matang dalam panci, beralih ke enam ekor ikan. Ia melakukan fillet karena disediakan kakap dengan ukuran pas seekor untuk satu orang. Kemudian memisahkan daging dengan tulangnya, lalu membalur dengan perasan lemon dan garam.
Sup ikan, sayur tumis serta minuman hangat berupa jahe manis dengan serai. Bagaimana pihak kantin mendapatkan bahan itu? Tentu karena pamor akademi. Banyak negara yang menyumbang sukarela dari hasil negaranya. Meskipun banyak terbuang karena tak mengerti cara masaknya.
"Sup ikan dengan tomat bahkan bisa seenak ini!" Athena amat lahap dengan makanannya.
Orion bahkan tersenyum pada Arsena tiap kali memasukkan makanan itu ke mulutnya. Seharusnya ini menjadikan makanan mewah. Namun dikatakan Arsena ini hanya makanan biasa.
Puas, satu kata yang terlintas di kepala mereka. Tujuan awal ingin sekedar membuat Arsena tak rewel, ternyata lebih dari itu.
"Sejak kapan kau bisa memasak adik kecil? Lalu mencuci alat makan?" Orion heran dengan anak kecil itu.
"Bukannya kau juga anak seorang bangsawan hmm?" Rhodeus mengusap kepala anak itu dengan gemas.
"Bangsawan? Bahkan keluargaku terkenal sebagai bangsawan rendahan atau bangsawan miskin." Ujar Arsena dengan enteng.
Mereka tau itu, bahkan dari keluarga Athena dulu juga sering membahas kerajaan Heren yang melepas kekuasaannya di wilayah Erburg. Sehingga dipimpin oleh Baron Chandrassa yang miskin. Bahkan dikenal tak layak menjadi pemimpin.
Terdapat rasa geram dan sakit dari raut mereka semua. Ada sesal karena jawaban itu dikatakan dengan enteng. Orion tak menyukai itu, ia tak melihat gerak-gerik anak manis itu terkesan kotor atau manja.
"Memasak dan bersih-bersih, menurutku sama seperti mengendalikan diri. Semuanya adalah hal dasar untuk bertahan hidup. Kau tau kak, Erburg merupakan wilayah miskin.
Kami bertahan hidup seadanya. Pajak dipungut untuk memastikan masih ada pedagang mau berjualan di daerah kami dan begitupun sebaliknya. Memang sebagai putra yang katanya bangsawan semua dilayani entah itu makanan, pakaian bahkan mandi. Kurasa itu berlebihan!" Jelas Arsena dengan senyum getir.
"Arsena jangan sedih." Hibur Leonard sambil memangkunya.
"Kak, seharusnya hidup semua orang layaknya ksatria. Mengurus diri lalu baru bekerja."ujar Arsena dengan menyandar pada tubuh Leonard.
"Apa kau pernah mengalami hal buruk?" Leonard memeluk erat tubuh kecil itu.
"Kurasa tidak kak, hingga usiaku sekarang bahkan itu jauh lebih baik daripada anak lain. Mendapatkan perhatian orang tua penuh, aku juga diperhatikan kakakku!" Sejujurnya ia benci menjadi sosok anak-anaknya terlalu berbeban. Namun berhadapan dengan remaja tanggung ini ia harus sedikit bersikap anak-anak.
"Kak aku lelah, mau tidur." Protes Arsena akan pelukan yang masih erat itu.
"Besok kita masak lagi!" Ia memaksa senyum setulus mungkin dengan menunjukkan gigi putihnya.
"Ya baiklah, kau lolos kali ini. Awas saja jika besok bagun pagi, akan ku goreng tubuhmu." Disanto memecah keheningan itu dengan sedikit candaan.
"Tidur nyenyak adik kecil." Athena mencium pucuk kepala anak kecilnya.
TBC
Yuhu mulai part ini fokus di akademi. Makasih udah baca para reader! Makasih udah kasih vote😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Doctor
AdventureLara dan emosi telah terkubur dalam. Meninggalkan kenyataan akan kedudukan, keluarga dan kenangan. Dia telah melihat bagaimana kehidupan dulu, meski sementara lalu kembali terhapus setelah bangun kembali. "Setidaknya aku akan berusaha bahagia lagi...