13

45 11 5
                                    

Di pagi hari usai mandi di bagian sungai yang jernih, Arsena diberondong berbagai pertanyaan. Tak hanya Dione, Esna serta Charoline turut menanyakan perihal mandinya tadi.

"Kenapa mandi di sungai?"
"Tak etis seorang bangsawan mandi sembarangan!"
"Ada apa denganmu? Apa akademi tak pernah memberikan akses kamar mandi?"
"..."

Dan masih banyak lagi. Arsena pusing mendengarnya. Lebih baik ia makan lebih dulu karena sebentar lagi pasti akan ada gemuruh badai dalam ruangan ini.

"Arsen kenapa tak sama sekali menjawab pertanyaan?" Selidik Esna pusing karena putra bontotnya memilih makan tanpa ia suruh.

"Bagaimana aku menjawabnya ayah?" Ucap Arsena datar sambil memakan roti sosisnya.

Akhirnya mereka terdiam. Paham karena begitu banyak pertanyaan yang mereka lontarkan.

"Makan." Perintah kepala keluarga mengakhiri keheningan.

"Sen benda apa itu? besar sekali." Esna terperangah akan ukuran benda layaknya gentong raksasa.

Ini proyek pertama Arsena. Ia jengah dengan mandi berendam tanpa ada saluran pembuangan di kamar mandi. Pun meski ia menceritakan masalah beserta pemecahan masalahnya, ayahnya tak kunjung paham.

Abaikan saja sekarang, ia masih fokus akan kekuatan rangka besi penopang gentong air miliknya. Katrol yang ia buat tadi juga membuat penasaran para ksatria yang tak membantu proses pemasangannya.

"Hati-hati, tarik perlahan!"
"Kau yang diatas! Pastikan terpasang sempurna!"

Teriakan mandor Oliver menggema di seluruh lahan itu. Sementara sang pemilik tender hanya mengawasi dari jauh. Jangan tanyakan bagaimana sikap knight Erburg, mereka hanya menggeleng melihat tingkah seenaknya si bontot Chandrassa.

Akhirnya, pemasangan tower air berhasil. Keringat yang mereka kucurkan sepadan dengan usaha para ksatria. Sehingga mereka bersenang hati menenggak minuman buah yang diresepkan sang Tuan Muda Chandrassa.

"Ikut kakak sekarang!" Tarik Charoline dengan paksaan.

Mereka semua berada di ruang rapat pemerintahan Erburg. Kali ini Charoline yang memulai, sementara Esna menjadi pimpinan rapat serta para petinggi duduk mengelilingi sang terdakwa. Arsena hanya ikut saja, tak terlalu tertarik dengan proses 'memerintah' ini.

"Apa yang kau lakukan? Membuang uang Erburg?" Ucap Charoline dengan kesal pada adiknya, sementara Arsena masih tak bergeming.

"JAWAB! Bukan karena kau putra penguasa wilayah Erburg, tetapi tingkahmu benar-benar ingin menghancurkan ekonomi Erburg dengan membeli barang tak berguna itu!" Cerca Charoline, sementara yang lain mengangguk membenarkan.

"Barang tak berguna? Menghancurkan ekonomi Erburg? Membuang uang Erburg?" Anak laki-laki itu terkekeh dengan raut kesal.

Kini Arsena menampilkan sifat aslinya. Sosok dingin dan datar yang selalu ia tahan dengan kondisinya sebagai anak-anak. Dominic dan Oliver yang ikut diseret menjadi saksi hanya bisa menelan ludah mereka dan tertunduk.

"Bendahara Erburg, apa aku minta uang?" Matanya menajam dengan tetap menyoroti orang di depan.

"Apa aku menggunakan uang Erburg?" Tambahnya.

"Apa aku meminta Paman Dominic atau Paman Oliver membawa uang?" Cerca Arsena.

Seluruh menteri merasakan sebuah tekanan. Mereka tau dihadapannya hanyalah sosok anak kecil berusia sembilan tahun saja. Tetapi ada suatu hal yang menyebabkan mereka bungkam.

"JAWAB!" Umpatan Arsena membuat ruang rapat itu makin hening.

"Ck," Arsena amat membenci suasana ini. Biarlah dia meledak sekarang, tak peduli lagi dengan para orang tua didepannya.

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang