22

39 9 2
                                    

Penghujung tahun ajaran tak menjadikan hidup sebagai seorang siswa adalah berat dan susah. Justru Arsena menyukai banyaknya tantangan. Dia yang mengawali dari nol, hingga kini setidaknya bisa menguasai banyak materi serta ketatalaksanaan rumah sakit.

"Semua sudah siap Yang Mulia!" Ucap Oliver.

"Ya, sesampainya di istana tunggu hukuman kalian." Ucap Arsena meninggalkan Akademi Edinburgh.

Mereka bertiga tertunduk lesu. Bahkan setelah sebulan berlalu, Raja Thelem masih mengingat benar apa kesalahan mereka. Sakit rasanya sering ditatap dengan dingin dan tak ramah seperti dulu.

Beberapa hari perjalanan tak ada hal aneh yang dilakukan Arsena. Itu membuat pengawal pribadi dan maidnya makin tak enak dalam hati mereka. Dimana Arsena selalu diam dan menurut apa saja yang perlu dilakukan Sang Raja kala melaksanakan perjalanan.

"Selamat datang Yang Mulia, seluruh ruangan siap digunakan." Sambut Grand Duke Darel.

"Terimakasih Paman, saya istirahat dulu." Pamit Arsena tanpa mengoreksi apapun yang diberitahukan.

Ya, Arsena pulang langsung membersihkan diri lalu tidur. Ia lelah dalam perjalanan pulang tanpa memakan makanan yang enak. Apalagi persediaan air matangnya terbatas.

Lima belas menit istirahat, ia bangun. Lalu menggeliat sambil menatap beberapa surat yang tertata rapi di mejanya.

Tok tok tok

"Hamba Yang Mulia." Ucap seorang pria dengan nada rendah.

"Masuk!"

"Hamba menyerahkan ini Yang Mulia, semua telah kami tulis." Ucapnya tetap menunduk.

Pintu telah tertutup dan dikunci dari dalam. Dimana Arsena bebas membaca tulisan dalam beberapa lembar kertas usang. Terlihat beberapa tulisan penting beserta beberapa bukti yang dibawakan.

"Ya terimakasih kerja kerasnya. Kembalilah!" Ucap Arsena lalu meremat dan membakar kertas itu dengan api lilin.

Usai mencuci muka dan berganti pakaian, Arsena beralih ke ruang kerjanya. Menyelesaikan beberapa berkas atas pekerjaan pembangunannya serta pertanggungjawaban lain.

"Permisi Yang Mulia." Seorang staf pribadi istana masuk. Membawa berbagai laporan yang bertumbuk.

"Ada apa?" Ada masalah terlihat dari gelagatnya.

"Ada masalah dalam pembangunan jalan di perbatasan wilayah perbatasan Erasien Yang Mulia. Ada beberapa bandit yang menyerang pekerja dan merampok persediaan makanan bahkan upah pekerja sejak dua minggu lalu." Cerita staf itu dengan nafas terburu.

"Separah itu?" Sebuah anggukan menjadi jawaban.

"Baik, agendakan perjalananku esok jam sepuluh ke lokasi." Ucap Arsena datar.

Esok hari kereta kuda telah disiapkan. Dimana banyak pengawal baru yang disiapkan. Arsena tak mempermasalahkannya. Tentu sang pria dewasa sebagai pengawal pribadinya turut mendampinginya.

"Mengapa mantan ratu ikut rombongan?" Tanya Arsena pada sang pendamping kusir.

"Yang Mulia Ratu-eh maksud saya Nyonya Yovia berpesan pada staf istana karena ingin melihat proyek Yang Mulia gagas saat ini." Ujarnya.

Kalimat tak sopan dan nada kesal. Arsena tak terlalu mempermasalahkannya. Ia langsung masuk kereta tanpa bertanya-tanya lagi. Lalu mereka memulai perjalanan.

"Kemana arah kita?" Vesta berteriak saat perjalanan mereka tempuh teramat jauh dari jalan utama.

"Ada masalah disana Tuan Vesta!" Ucap seorang ksatria.

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang