Sekitar jam sepuluh malam, Arsena memasuki kamarnya dengan senyum merekah. Hanya perlu sedikit makan nasi goreng dengan lauk ikan salmon panggang yang dibumbui medok. Tentu alasannya karena akan memakan ubi bakar mentega dengan parutan keju.
Beruntung para rekan siswa kedokteran berkumpul bersama tadi. Ditambah kedatangan Duke Elfonte, tentu rencana berjalan meriah. Bayangkan saja, usai makan nasi goreng mereka disuguhi ubi manis bakar yang lembut.
"What a wonderful day!" Ucap Arsena lalu menarik selimut dan menuju alam mimpi.
Acara kumpul-kumpul itu tadinya bubar karena ke enam orang merasa tekanan angin dalam perut.
Prut
"Maaf" Athena benar-benar malu. Tiba-tiba saja terlepas kentut yang ia tahan sedari tadi.
"Hahaha seorang Lady Lenova bisa kentut sembarangan!" Ejek Pangeran Orion namun 'Brott' suara dari pantatnya teramat nyaring membuat dirinya teramat malu. Sementara yang lainnya benar-benar diam.
"Dasar 'pssst'!" Niat hati mengejek pangeran muda namun Duke itu tak jago menahan rektumnya agar tak lepas.
Duke Elfonte akhirnya kembali duduk. Merapatkan pahanya agar tak kelepasan didepan murid akademinya.
'pssssssssssst'
Suara lirih nan panjang. Leonard menunduk, meruntuki pantatnya karena tak bisa diatur. Dan mereka masih setia memakan ubi manis itu mengelilingi api.
'Apa memang semalu itu? Ah untungnya aku memiliki teknik untuk kentut sehingga tak mengeluarkan suara jahanam itu hihihi!' begitulah Arsena.
Jangan menanyakan bau-bau busuk apa diantara mereka. Mungkin karena gas busuk itu segera terbakar di depan api, maka tak terlalu lama durasi berada di lingkungan mereka.
"Ini sudah terlalu malam. Sebaiknya aku kembali." Putus Duke Elfonte berdiri.
"Ya sebaiknya kita semua masuk." Tambah Disanto.
'bret bret bret'
Nahas, dalam tiap langkah Duke Elfonte, kentut itu terus bersuara. Sehingga ia memegangi kedua belah pantatnya agar menahan kentut dalam perut sialan miliknya.
"Dasar perut sialan!" Umpat Duke itu namun masih terdengar jelas oleh Arsena.
Sabtu pagi adalah waktu dimana para siswa bisa saling bertemu. Dimana pada tiap paginya diadakan acara 'berpartner' bagi siswa yang berniat keluar akademi.
Arsena bahkan menolak kala ia diajak Rhodeus untuk berjalan-jalan hingga sore. Ia harus bisa menginvasi tiap fasilitas yang disediakan akademi ini. Bahkan jika itu bukan dari studinya.
"Kutemani agar kau tak tersesat!" Ujar Orion dengan ketus.
Sebenarnya ia masih kesal dengan Arsena. Meski tadi pagi saat masuk dalam kamar anak itu dijelaskan mengapa kejadian malam tadi berlangsung hingga pagi ini. Namun ada banyak hal yang membuatnya begitu tertarik dengan anak ini.
'Bukan pesona fisik, tetapi entah apa hingga aku terus berusaha dekat dengannya.' ucap hatinya sambil menatap Arsena dari belakang.
"Kak aku mau ke taman." Arsena melangkahkan kakinya menuju taman botani.
Sebuah taman dengan beragam tanaman, beragam teknik tanam serta bergam proses pemberian nutrisi. Teknologi sambung pucuk, okulasi, atau persilangan bunga banyak dilakukan disini. Minim siswa yang berminat, namun banyak para profesor biologi ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Doctor
AdventureLara dan emosi telah terkubur dalam. Meninggalkan kenyataan akan kedudukan, keluarga dan kenangan. Dia telah melihat bagaimana kehidupan dulu, meski sementara lalu kembali terhapus setelah bangun kembali. "Setidaknya aku akan berusaha bahagia lagi...