12

52 11 4
                                    

Perjalanan pulang dapat dipersingkat dalam waktu satu minggu. Tentu karena bermalam di perkemahan yang mereka buat. Tentu atas persetujuan sang tuan muda.

"Tuan Muda, kita akan sampai di penyeberangan sungai Erburg!" Seru Dominic dengan senyum.

"Hmm." Arsena hanya mengangguk tanpa ekspresi khusus.

Tiba di lokasi penyeberangan, dia agak kaget dengan perubahan lokasi ini. Serasa waktu satu tahun berlalu sangat lama. Kini tempat penyeberangan terlihat layaknya pelabuhan kecil dengan papan-papan keras.

"Bagaimana Tuan Muda, seperti rancangan Anda." Ucap Dominic menanti komentar Arsena.

"Hanya kebersihan yang kurang Paman." Jawab Arsena datar.

Dominic tersenyum, pekerjaannya telah dinilai cukup. Memang benar kebersihan belum diperhatikan. Namun manfaat pengelolaan penyeberangan telah dinikmati warganya selama empat bulan ini.

Sungai sungguh masih jernih, meski arusnya deras. Ia yakin dengan programnya kali ini, setidaknya bisa sedikit bermanfaat untuk sanitasi. Serta untuk sementara bisa menangani ekonomi warga Erburg.

Beberapa jam, kini ia telah sampai di kediaman pemimpin wilayah Erburg. Rumah besar yang sederhana. Tak banyak perubahan berarti kecuali seragam penjaga.

"Silahkan masuk Tuan Muda. Biar kami yang membereskan sisanya." Ujar Oliver karena Arsena berbalik.

Tiba di teras, segera pintu terbuka lebar. Maid dan butler berjajar rapi menyambut kedatangan Arsena.

"Selamat datang Tuan Kecil!" Sejujurnya pria itu terkejut atas perubahan tuan kecilnya. Carius, kepala urusan rumah tangga kediaman Chandrassa bingung bagaimana menyebut bungsu Chandrassa saat ini.

"Terimakasih Kakek." Jawab Arsena.

Dingin dan datar, terlalu berbalik dengan sifat Arsena dulu. Bahkan seluruh orang yang menyambut terpaku. Arsena makin bertumbuh, semakin tampan dan meningalkan sedikit sisa kesan imut di raut wajahnya. Jangan lupa bawaan sifat dingin dan datar seperti yang pernah dikatakan Oliver dan Dominic.

Brakk

Sesosok pria menerjang pintu dari sisi kanan. Lalu terengah-engah berhenti di ujung penyambutan. Menyeka keringat di dahinya serta berusaha tersenyum menyambut kedatangan Arsena.

"Arsena, nak! Ayah merindukanmu." Dengan segera Esna memeluk erat anaknya.

"Ya." Singkat dan dingin jawaban Arsena.

"Sungguh, Ayah teramat rindu denganmu!" Ia langsung merengkuh tubuh lebih kecil itu lalu menggendongnya.

Tidur dalam dekapan hangat, tanpa sadar Arsena kehilangan kesadarannya. Sementara semua orang begitu terkejut. Bagaimana dengan wajah imut yang tadi tak ada kini kembali mereka lihat kala Arsena tertidur di pundak sang ayah.

'Tuan kecil benar-benar pulang!'
'Ia masih tetap imut seperti dulu.'
'Yah aku bukan pelayan Tuan Kecil, hanya pelayan kebun.'

Beberapa gerutuan lirih mereka lantunkan. Merasa iri dengan pelayan Tuan Muda Chandrassa yang bisa melepas rindu seperti keluarganya.

Di siang hari, Arsena telah terbangun dalam kamar pribadinya. Masih tampak cat bergambar gajah utuh seperti dulu. Ia sangat suka duduk di lantai sambil menatap gambar itu. Beberapa mainan seperti ukiran bebek kayu dan lainnya masih terpajang di almari khusus miliknya.

"Ini terlalu manis, tak boleh satupun ada yang dibuang." Ucap Arsena dengan senyum tipis.

Tok tok

"Permisi Tuan Kecil, makan siang sudah kami hidangkan." Ucap seorang maid dari luar.

"Baik! Tunggu sebentar." Teriak Arsena.

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang