23

43 8 0
                                    

"Lumayan sih sakitnya!" Ia usap beberapa luka yang mulai gatal karena sedikit mengering.

Arsena tak mengeluh pada orang lain, hanya pada dirinya sendiri. Ia menerima seluruh konsekuensinya hingga seperti ini. Memang sebelumnya banyak pihak yang melarangnya melakukan drama beberapa hari lalu.

Namun karena sesuai informasi bahwa sasaran utama adalah dirinya. Maka dengan senang hati ia ladeni. Ya meski sebenarnya harus membongkar pada publik akan kelemahannya karena tak pandai beladiri selain silat lidah. Dan menerima tubuhnya disiksa sedemikian rupa hingga berubah menjadi manusia loreng.

"Aih, ini terlalu gatal. Sebaiknya aku beristirahat di perpustakaan." Ia beralih menuju perpustakaan, mengabaikan beberapa perkataan para pelayan yang ikut mengejarnya.

Kreekk

Pintu dibuka, Arsena langsung melangkahkan kakinya menuju rak buku pengetahuan herbal.

"Nah, ini buku yang tak ada di akademi." Ucapnya membawa empat buku tebal menuju meja baca.

Hydrangea, bunga dengan berbagai macam warna. Didapati warna berbeda di tiap tempat. Dengan jumlah kuntum yang banyak, tentu sangat disukai beberapa orang.

"Aku pernah memilikinya dulu." Ucap Arsena.

"Yang Mulia menginginkan tanaman itu?" Ucap seorang maid.

"Ha? Apa tanaman ini ada?" Ujarnya sambil melirik maid itu.

"Jika Anda berkenan, akan akan saya siapkan." Ucap maid tua itu dengan tenang.

Arsena memikirkan sebentar. Ia memang teramat menganggur di waktu sakit. Ia dilarang mengurus tanaman di kebun botani kecil miliknya. Setidaknya ia bisa mengurus beberapa pot tanaman.

"Baiklah, tolong bawakan delapan tanaman itu dan dimasukkan dalam pot besar yang berbeda. Lalu taruh saja di depan kediaman." Ucap Arsena.

Maid tua itu langsung berpamitan. Berlalu dari hadapan Arsena.

Jam menunjukkan pukul sepuluh siang. Arsena menyelesaikan buku bacaannya dan mengembalikan buku itu ke tempatnya. Lalu kembali ke dalam kediamannya.

"Yang Mulia..." Vesta hendak menghentikan langkah Arsena namun perkataannya segera dipotong.

"Ya, makan dan obat sudah diminum." Jawabnya dengan malas.

Pengawalnya itu agak canggung sekarang, Arsena tak ambil pusing. Dia memilih melihat tanaman barunya yang masih ditata oleh beberapa butler dan ksatria. Bahkan tanaman-tanaman itu bukan lagi bibit semai, melainkan tanaman yang sudah mulai menunjukkan kuncup bakal bunga.

"Nenek Josephine, bisakah saya minta tolong?" Ucap Arsena dari kursi taman sambil dipegangi erat Oliver.

"Ada apa Yang Mulia?" Maid sepuh itu segera menghampiri Arsena.

"Paman ini tak memperbolehkanku ikut mengurus, tanaman. Bisakah Nenek melakukannya untuk saya?" Arsena menyodorkan selembar kertas yang telah ia tulis beberapa hal tadi.

"Baik Yang Mulia, tetapi apa tanaman ini tak akan mati?" Josephine tak yakin dengan permintaan dari kertas itu.

"Tenang saja, sudah ada aturannya disitu!" Ujar Arsena dengan senyum kecil.

"Apapun untuk Anda Yang Mulia." Josephine segera melakukan hal-hal yang ditulis.

"Ah baiklah waktunya bekerja!" Ucap Arsena berusaha berdiri namun tetap ditahan.

"Apa?" Ia sedikit tak nyaman terlalu dikekang.

"Yang Mulia harus istirahat." Ujar Vesta menengahi perseteruan melalui kedua pasang mata itu.

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang