29

35 8 0
                                    

Flu dan pneumonia. Mereka mendapati ini semua dalam anamesis serta pemeriksaan dahak. Arsena beserta seluruh sisa tim bekerja secara hati-hati. Dan dirasa memang benar jika selain tujuan bisnis, misi ini adalah membunuh mereka secara perlahan.

"Tolong jangan lepaskan masker!" Peringkat Arsena pada semua orang.

Dalam waktu satu minggu, obat-obatan yang tersedia hampir habis. Tak ada dropping obat baru dari rumah sakit. Sehingga membuat Arsena marah kala itu.

"Siapa yang membuat kontrak dengan rumah sakit?" Teriak Arsena pada orang-orang yang dikumpulkan.

Semuanya masih tertunduk. Sebuah dominasi tercipta di ruangan itu. Tak peduli orang yang berteriak adalah anak muda, tetapi sungguh mereka orang dewasa tak berani berkutik.

"Bajingan, apa kalian ingin membunuh mereka semua hah?" Para knight itu tak mengerti akan arah kemarahan Arsena.

Mereka mengganti tambang emas serta berlian di hutan gunung pada pihak rumah sakit selama satu minggu. Arsena baru mengetahui kontrak itu kemarin. Ia menanyakan perihal ini pada seseorang yang dikatakan bagian kesejahteraan masyarakat.

Sring

Arsena sungguh geram, ia langsung menebas dua jari milik salah satu orang tawanannya.

"Katakan!" Nada suaranya berubah dingin.

"A... Am.. ampun, ssssaya hanya tttak tau lagi aaapa yyyang harus diberikan!" Ucap seorang pria yang berada di pojok.

Dia pria yang sama saat ia bertemu di rumah sakit.

"Ceritakan!" Ucap Arsena sambil memulai pengobatan pasca amputasi jari itu.

"Saat itu saya bingung, semua pihak tak ada satupun yang mau menerima permintaan saya. Akademi, kerajaan, bahkan gereja dan rumah sakit. Mereka hanya mau membantu jika menyerahkan wilayah Erburg pada mereka. Meski Tuan Chandrassa mengatakan akan memberikan apapun pada penolong kami, tapi saya tau jika ia tak mau jika harus menyerahkan wilayah ini pada yang lain

Jadi saya hanya mengatakan adanya tambang emas dan berlian disini. Dan Duke Efron mengatakan hanya akan menerima bayaran tambang selama satu minggu. Dan itu dilakukan oleh penambang yang dilakukan pihak Duke Efron sendiri." Ungkap Ivanos sambil menahan rasa ketakutan.

"Dimana penambang-penambang itu?" Tanya Arsena.

"Tiga dari mereka dirawat di aula. Sisanya telah pulang membawa hasil tambang." Jawab Ivanos menatap ngeri saat rekannya menyeringit kesakitan.

"Mereka minta bayaran sebelum melakukan permintaan?" Tanya Arsena lagi.

"Bbbenar." Ucap Ivanos gugup saat ditatap mata itu.

"Kembali ke aula, dan jangan katakan apapun tentang ini." Ucap Arsena.

"Dan Paman Oliver, tulis semua laporan tentang hal ini." Ucap Arsena datar.

Tak lama ia keluar menuju depan aula. Berbicara dengan seseorang yang merupakan pengawal bayangan.

"Cari jejaknya, laporkan tertulis dan jika ada bukti sekap saja orang itu. Lalu amankan di tempat yang ku tunjuk jika ada sisanya." Ucap Arsena dengan tenang.

Pria itu segera mengangguk tanpa suara. Lalu pergi menuju arah kemungkinan jalur yang dilewati penambang Duke Efron. Kemudian menghilang dari pandangan mereka.

"Pastikan tambang itu tak ada yang mengetahuinya." Perintah Arsena pada pengawalnya.

Pengawal Kerajaan Thelem dipanggil Arsena dua hari lalu. Dimana banyak kecurigaan terhadap perilaku Duke Efron. Meski memberikan uang saku yang kemungkinan cukup, namun ternyata tak ada dropping obat-obatan lagi. Dan terpaksa uang saku itu yang Arsena miliki untuk membeli atau memesan obat dari pabriknya secara diam-diam.

"Tuan Arsena, masih banyak pasien yang tak mau makan. Dikeluhkan perutnya masih sakit." Ucap seorang ksatria rumah sakit saat mendatanginya dari dalam aula.

"Bantu saya melakukan sesuatu." Ucap Arsena sambil melangkah ke suatu tempat.

Ia sampai di sebuah mantan kebun. Ya mantan kebun, karena kini terlihat tak terawat. Malah tanaman yang seharusnya dirawat terlihat sebagai tanaman perdu yang menggangu.

"Tolong cabut dua lajur ini, lakukan dengan hati-hati pada tanaman seperti ini." Ucap Arsena sambil mempraktekkan cara mencabut tanaman kunyit.

"Baik Tuan." Ucap ksatria itu beserta dua orang ksatria Thelem.

Grrek

Tangan kanan Arsena digigit seekor serigala besar. Lalu ditarik menuju hutan. Beruntung Oliver tau hal ini, sehingga ia lekas menyusul kemana arah serigala itu.

Di lain sisi, Arsena begitu benci lari halang rintang. Ia pernah melakukan ini saat kecil, di hutan yang sama. Rasa waspada dan berlari cepat membuat adrenalin meningkat, namun tentu terlalu lelah. Apalagi ia ditarik paksa serigala besar ini.

Grrrrr

Ia sampai di tengah kawanan serigala. Seolah dia ditempatkan sebagai mangsa. Namun serigala yang membawanya kemari malah menarik tangannya untuk menyentuh seekor anak serigala yang tengah meringkuk.

"Pendarahan, luka robek. Tetapi sangat rapi, siapa pelakunya poci?" Ia bertanya pada pemilik nama itu.

Poci, ia menamai serigala betina kecil yang ditemui kala kecil dulu. Dengan warna bulu abu-abu kehitaman dan ekor yang sedikit melengkung. Sebenarnya sedari tadi ia menerka saja, karena tak ada serigala lain yang dulu mau main dengannya. Terkecuali serigala kecil yang nakal sehingga membawa kabur sebelah sepatunya untuk dikejar ala lari halang rintang.

"Uukk!" Seekor serigala jantan layaknya seekor alpha mendorong Arsena menuju sisi dekat gua.

Tampak dua orang penambang. Dengan bukti benda tajam yang masih berlumuran sisa darah. Ia merasa miris dengan mereka.

"Yang Mulia!" Arsena segera berbalik pada rombongan orang yang baru datang itu kemudian memberi kode agar menurunkan senjatanya.

"Paman, tolong segera bereskan orang-orang itu. Cari jalur mereka masuk. Saya akan membawa anak poci." Ucap Arsena usai menunjuk arah mulut gua.

"Poci? Anak?" Oliver beserta ksatria itu penuh tanya.

Mereka heran, dikala berada di tengah kawanan serigala liar. Bahkan raja mereka dengan santai dan hati-hati melepas rompinya sebagai kain untuk menggendong anak serigala itu.

"Lakukan saja, bawa mereka dengan paksa. Jika melawan pukul saja pantatnya hingga kebas!" Ucap Arsena kesal, namun beberapa ksatria menahan tawa sekuatnya mendengar jokes itu.

"Poci aku lupa jalannya. Dan jangan tarik lagi, kau sudah besar bukan serigala mini!" Arsena terlalu sebal karena sedari tadi poci nya meringis ingi menggigit tangannya.

Sisi barat aula kini dihebohkan dengan kedatangan Arsena yang menggendong sesuatu. Namun bukan itu, melainkan rombongan serigala hutan yang besar. Sejumlah dua puluh ekor yang diikuti tiga alphanya di belakang.

"Tuan, tolong ambilkan kotak saya di rumah. Dan beri peringatan agar tak ada yang mendekat kemari!" Kata Arsena pada seorang ksatria yang berwaspada siap menusuk dengan tombaknya.

Tak lama, peralatan datang. Arsena segera menggunting bulu tebal di sekitar luka. Kemudian membersihkan luka lebar itu, lalu menyuntik anestesi agar serigala itu tak meraung. Karena bagaimanapun, ia juga takut jika sewaktu-waktu kepalanya digigit salah satu serigala ini hingga putus.

"Ingat, jangan dijilat atau digaruk!" Peringat Arsena pada poci serta serigala yang lain.

Orang yang melihat mungkin merasa miris. Bagaimana bisa manusia memperingati hewan buas seperti serigala liar untuk tak menjilati anaknya. Terlalu konyol sekali. Ya meski para serigala itu duduk dengan santai di sekitar gubuk.

"Jangan makan ternak ya! Buru saja hewan lain di hutan dan makan disana!" Tambah Arsena. kemudian mencuci tangannya di kran air.




TBC

Buat para reader, dobel up buat minta maaf. Soalnya beberapa kali author sibuk. Hehehe
Lopyu sekebon

Good Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang