part 10

792 60 1
                                    

😸😸

Happy reading!!!!

"Wedew...cakep bet adek gua"

Salah satu kamar hotel yang menjadi tempat make up dan berganti baju. Ruangan itu sekarang hanya di isi dua sejoli adik Kakak tak sedarah ini.

"Ci..."

"Nape?"

"Takutt...."

Melihat tampilan dirinya dari pantulan cermin, membenarkan dasi yang sedikit berantakan. Merapihkan anak rambut nya yang berjatuhan ke belakang telinga.

Duh, jantung nya dakdikduk serrr.

"Ngape takut? Kek orang mau di sunat aje Lo" Desy terkekeh dengan ucapan nya sendiri. Sedikit heran melihat Shani yang sedikit, eh bukan. Tapi, sangat gelisah bukan maen.

Desy bangkit dari duduk nya lalu mendekat ke arah Shani, ia menepuk bahu nya beberapa kali dengan lembut guna menenangkan nya.

Shani menutup mata nya sambil mengatur nafasnya. Menarik nya pelan pelan lalu menghembuskan nya lewat mulut, ia lakukan itu berulang kali sampai menurutnya tenang.

"Ci..belum siap"

Masih merasa tidak siap, diri nya benar benar takut. Bukan karena apa, ini sebuah pernikahan. Dimana seseorang mengatakan janji suci kepada calon nya untuk menjalin hubungan yang lebih halal. Sungguh bukan hal yang mudah bagi seorang Shani untuk menghalalkan anak orang, terlebih lagi ia di jodohkan bukan karena cinta.

"Kalau aku belum bisa jadi suami yang terbaik buat dia gimana ya ci?"

"Yaa paling di bacok doang sama om Boby" lagi lagi Desy terkekeh dengan celetukan nya sendiri. Namun, Shani tidak tertawa melainkan menganggap serius ucapannya.

"Canda Shan, gua yakin kok Lo bisa"

"Huff...semoga ya ci"

~•°°•~

"Beh ci Shani, selamat ya ci. Walaupun mendadak gini, tapi jangan lupa keponakan nya yaa"

Ucap Jinan teman seperjuangan Shani dari bangku SMP sampai sekarang. Jinan menaik turunkan alis nya, menggoda Shani. Jinan sedikit meringis saat pinggang nya mendapat cubitan kecil dari Shani.

Setelah acara resepsi selesai, sekarang adalah acara penyambutan tamu sekaligus bersalaman dan memberikan selamat kepada kedua mempelai.

"Bisa aja. Oh iya, kapan nyusul nan?"

Kali ini Shani tak mau kalah, ia ikut menaik turun kan alisnya sambil melihat Jinan dan kekasihnya secara bergantian.

Jinan tersenyum. Ia melirik ke samping nya lebih tepatnya ke arah Cindy, kekasih nya. Jinan mengangkat tautan tangan mereka sambil menunjukkan cincin lamaran mereka dua Minggu lalu. "Halah kita mah udah siap, tinggal nunggu rumah dulu. Iya ga sayang?" Ia bertanya, meminta persetujuan dari perkataan nya.

Shani hanya mengangguk dengan sudut bibir yang di tarik keatas, sehingga bolongan di pipi terlihat "Ya udah gua doain dah lancar yaa" ucapnya sambil menepuk pelan pundak Jinan.

~•°°•~




























































TBC.



Hehe :D
Up nya tahun depan aja yaa xixixi ;v


perjodohan. (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang