part 18

996 77 9
                                    


Siang hari, dimana matahari tepat berada tepat di atas dengan cahaya juga panas yang mengenai bumi, membuat hampir semua orang malas melakukan apapun, ya karena panas.

Mager, itu lah yang Shani sekarang. Si manusia kucing itu tengah duduk di kursi kebanggaannya sambil menatap laptop yang menyala, namun ia hanya bengong.

Tadi ia habis melakukan meeting sebelum makan siang, dan karena itu mood nya jadi turun karena klien nya tadi banyak sekali ke mau nya.

Alhasil anak nya mama ve ini hanya bengong, tidak tau sedang memikirkan apa, ia lapar namun tidak mau makan, tapi laper tapi mager. Harus nya ikut Desy beli makan siang aja tadi, tidak peduli mau makan atau tidak.







"Kenapa bisa senyaman itu ya sama Gracia?"  Tanya nya kepada diri sendiri secara tiba-tiba.

"Kenapa pelukan kemarin lusa sangat nyaman?"

"Seperti pelukan mama, nyaman banget"

"Dan mengapa aku seperti sudah merasakan pelukan itu?"

"Tapi kan aku baru kenal sama dia"





Hening lagi.



















"Kangen kakek nenek deh..." Ucap nya lagi secara tiba-tiba dengan nada yang lirih.

Entah mengapa tiba-tiba terlintas memori masa lalu yang paling kelam muncul di dalam tempurung kelapa nya, masa lalu yang benar benar lelah sehingga merenggut nyawa kakek nenek nya itu, ia tidak akan pernah melupakan nya.

Tanpa sadar air matanya jatuh ke pipi mulus nya.

*
*
*
*
*
*

Cklek...

"Shan?"

Desy, dialah orang yang baru saja membuka pintu  ruang itu, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Shani yang sudah duduk di sudut ruangan sambil memeluk kaki nya, lalu wajah nya ia sembunyikan di lutut nya itu.

Shani yang merasa namanya di panggil, dengan perlahan mengangkat kepalanya. Ia menatap Desy dengan sendu, mata nya sudah memerah juga bengkak, ingus yang keluar kembali ia sedot agar masuk lagi kedalam. Entah sudah berapa lama Shani menangis.

Desy yang melihat wajah berantakan Shani, langsung menghampiri nya lalu duduk di samping kiri Shani. Setalah duduk, Desy merentangkan tangannya.

Desy ini memang paling pengertian kalau tentang diri nya, Shani langsung  masuk kedalam pelukan Desy, pelukan yang ia butuhkan dari tadi.

Desy elus rambut juga punggung sang adik membuat orang yang dalam pelukannya itu semakin deras menangis. Desy biarkan Shani menangis sampai ia puas, walau nyatanya itu membuat hati Desy begitu sakit.

Cukup lama hingga Shani merasa tenang dan tangisan sudah tak sederas tadi. "Kenapa?" Tanya Desy karena ia rasa Shani akan siap menceritakan apa yang membuat nya menangis.

Perlahan pelukan itu merenggang, Desy tersenyum manis melihat wajah sang adik yang begitu memancarkan ke sedihan, Desy berusaha kuat agar tidak ikut menangis melihat Shani yang seperti ini, lalu ia menghapus jejak air mata di dekat mata juga pipinya.

Shani, ia menatap Cici nya ini dengan sendu, ia menyedot kembali ingus yang ingin keluar agar masuk kembali. "Tiba-tiba kejadian itu terlintas di pikiran ku.." ucap nya kemudian menundukkan kepalanya.

"Kangen kakek nenek yah?" Tanya nya yang di angguki Shani.

Desy sangat mengerti itu, lantas ia menghembuskan nafas nya. Ngomong ngomong tentang masa lalu juga kakek nenek Shani, membuat ia juga rindu pada seseorang.

perjodohan. (greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang