Sore hari yang cerah, di dalam rumah Shani, ah bukan bukan hanya rumah Shani, melainkan rumah Gracia juga, rumah mereka berdua yang sebelumnya sudah di beli oleh Shani sebelum menikah dan berjanji akan membawa istrinya siapa pun itu ke rumah nya, rumah yang ia beli dari hasil kerja keras nya sendiri tanpa bantuan sepeserpun dari orangtuanya, paling hanya saran saat Shani bingung ingin membeli rumah yang mana.
Ya kerena Shani sudah menikah, jadi ia membawa istrinya untuk tinggal di rumah baru nya, rumah yang sekarang menjadi rumah mereka berdua, dan Gracia hanya menurut nurut saja.
Gracia, gadis itu ia tengah duduk di sofa yang berada tepat di depan televisi, namun ia tidak menonton televisi nya melainkan sedang membaca buku novel nya.
Sebenarnya hari ini cukup membosankan bagi nya, karena dari pagi ia hanya di rumah, berleha-leha di kamar, dan sekarang ia memiliki untuk membaca novel saja agar bosan nya meskipun sedikit. Gadis itu tidak ada kelas hari ini, teman teman nya pun tidak ada kabar, dan sang pacar apa lagi, pacar nya itu masih di bandung, masih ada urusan katanya.
Cukup lama membaca sampai kegiatan nya itu terhenti karena ada yang menekan bel, Gracia letakkan buku nya di meja, bangkit dari duduk dan berjalan menuju pintu.
Setelah pintu terbuka, yang pertama ia lihat adalah Shani yang masih memakai pakaian kerjanya namun jas nya sudah di lepas dan di letakkan di lengan, wajah nya terlihat lesu.
Saat mata mereka bertemu, Gracia melihat pancaran mata itu, mata yang indah itu memancarkan kelelahan, Gracia dapat merasakan itu. Namun, mengapa Shani semakin dekat, dekat dan dekat, membuat Gracia memundurkan langkahnya perlahan.
Sial nya Shani semakin dekat, sangat dekat hingga.
"Maaf saya lancang, tapi lima menit saja, saya sangat lelah.." ucap nya begitu lirih, entah keberanian dari mana tangan Shani yang sudah melingkarkan di pinggang ramping Gracia dan menaruh dagu nya di pundak gadis itu, ia hirup aroma tubuh sang istri yang entah mengapa membuat nya tenang.
Ya, Shani memeluk gracia.
Gracia, ia diam mematung di tempat, ia tidak membalas juga tidak menolak, Gracia membiarkan Shani memeluk nya.
Gracia merasakan tubuh Shani yang sepertinya benar benar lelah dan deru nafas Shani yang mengenai leher nya. Tentu saja perlakuan Shani yang begitu tiba tiba membuat jantung nya berpacu dengan cepat.
Untung saja Gracia bisa mengendalikan diri nya, ia sudah mulai terbiasa dengan detak jantungnya sehingga dari yang cepat manjadi seperti semula.
"Gue siapin air hangat sama baju buat Lo ya" Gracia melebarkan matanya akan perkataan nya sendiri, ia merutuki diri nya, bagaimana ia bisa seberani itu untuk mengatakan hal tersebut.
Tapi ya sudahlah yang sudah terjadi biarkan saja, namun hingga detik ini Shani belum merespon perkataan nya tadi, masih diam di tempat tak bergerak.
Karena mesra di kacangin, Gracia memanggil nya "Shan?"
Belum ada jawaban.
"Shani?"
Masih belum.
"Sha-"
"Hm,, iya gre saya dengar. Tunggu sebentar lagi, ini belum lima menit" jawab Shani dengan cepat memotong panggilan Gracia yang ke tiga, ia semakin mengeratkan pelukan nya pada Gracia, semakin dalam menaruh wajah nya di leher jenjang sang istri, menikmati detik detik terakhir sebelum menuju lima menit, Shani tidak mau kurang ataupun lebih, sesuatu yang ia katakan akan ia tepati.
Jantung Gracia kembali berpacu dengan cepat. Shani, saat wajah nya semakin masuk ke dalam leher gracia, gadis itu merasa seperti terjengkit listrik, rasanya aneh juga geli namun ia juga nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
perjodohan. (greshan)
Romancehanya karangan jadi 100% fiksi!! jangan di bawa kedunia nyata!! enjoy aja