final chapter kali ini jangan berlebihan ke siapapun, people come and go. That's life beneran nyata adanya dan selalu berjalan berdampingan dengan kita. Seasik apapun kamu, endingnya pasti akan asing. Gak akan ada seseorang yang selalu stay, turunin...
Sekarang dan seterusnya mulailah belajar, menerima dengan lapang hati apapun takdir yang terjadi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sekolah, di jam istirahat pertama Aku mendapatkan telfon dari tetangga yang ku mintai tolong untuk mengawasi Bunda di rumah saat Aku sedang berada di sekolah. Aku yang ingin membuka bekal yang ku bawa ku urungkan untuk mengangkat telfon lebih dulu.
"Dek Ria, Bunda kamu tiba-tiba drop, sekarang ada di rumah sakit. Tadi mbak yang bawa ke sini, kalau bisa kamu ke sini ya, mbak ada keperluan gak bisa nemenin Bunda kamu lama-lama." Kata tetangga ku dari sebrang telfon. Mbak Ida namanya, dia masih muda jadi Aku memanggilnya mbak.
"Oh iya mba, Ria ke sana sekarang, makasih ya mbak udah mau Ria repotin." Jawabku merasa tak enak hati.
"Iya gakpp, gak ngerepotin sama sekali kok."
"Yaudah mbak Aku tutup dulu telfon nya, Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku mematikan sambungan telfon setelah di jawab mba Ida. Aku segera membereskan bekal yang belum sempat Aku makan. Aku memasukan ponsel di saku dan buku-buku ke dalam tas. Aku akan meminta izin ke ketua kelas untuk pulang cepat, ingin menemani Bunda di rumah sakit. Ketua kelas pun mengizinkan dan mendoakan Bundaku cepat sembuh.
"Ram, izinin Aku ya, Bunda ku masuk rumah sakit." Kata ku setelah berada di hadapan Rama, ketua kelas yang sedang membaca buku.
"Iya nanti Aku izinin di buk Mariam." Kata Rama mengizinkan ku. Buk Mariam, guru mata pelajaran selanjutnya.
"Makasih ya." Jawab ku sambil melangkah mengambil tas di kursi ku.
"Iya, semoga Bunda mu cepat sembuh." Kata Rama.
Ku jawab dengan Anggukan kepala dan senyuman, sembari melangkah keluar pintu kelas.
Aku sedikit berlari agar sampai di parkiran dengan cepat. Aku juga meminta izin pak satpam agar mau membukakan pintu gerbang untuk ku.
Di perjalanan menuju rumah sakit, pikiran ku tidak tenang perasaan ku pun tak enak. Aku akan langsung pergi ke rumah sakit terlebih dahulu, takut Bunda sendirian tidak ada yang menemani.
Sesampainya di rumah sakit, Aku membuka bagasi/jok motor, untuk mengambil switer yang selalu ku bawa untuk menutupi baku sekolah ku. Tidak lupa juga mengambil dompet untuk mengurus Administrasi Bunda nanti.
Aku berjalan untuk mencari ruangan Bunda, Aku melihat ada mbak Ida duduk di kursi tunggu depan UGD sedang bermain ponsel. Aku segera menghampiri nya.
"Mbak," Sapa ku ke mbak Ida yang sedang bermain ponsel.
"Eh Ria, itu Bunda kamu di dalam lagi istirahat, nanti agak sorean baru di pindah ke ruangan." Jelas mbak Ida setelah melihat keberadaan ku.
"Udah di periksa mbak?" Tanya ku sambil duduk di kursi samping Mbak Ida.
"Udah, tensi nya naik, katanya dokter karena banyak pikiran, makanya langsung drop."
"Mungkin Bunda mikirin Ayah terus mbak." Ucapky menunduk sedih.
"Sabar ya Dek, mungkin kebahagiaan mu bukan sekarang. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ujar Mbak Ida menenangkan.
"Makasih ya Mbak, udah bawa Bunda ke sini."
"Iya gakpp, yaudah mbak pergi dulu ya." Kata mbak Ida bersiap untuk pergi.
"Eh iya mbak, silahkan." Jawab ku yang juga ikut beranjak dari kursi, untuk menemui Bunda di dalam.
***
Sore harinya, setelah Bunda di pindah ke ruangan, Aku mengirimkan pesan untuk kak Raka, memberi tahu Bunda di rawat di rumah sakit. Biasanya di jam segini kak Raka sedang bersiap-siap untuk pulang. Aku juga ingin berganti pakaian yang sejak dari sekolah belum pulang sama sekali. Mau makan pun juga tidak nafsu karena banyak nya bau obat-obatan. Aku keluar dari ruangan untuk mengangkat telfon kak Raka.
"Assalamu'alaikum kak, dimana?" Ucapku, setelah berada di luar ruangan.
"Waalikumsalam, ini udah sampe di rumah sakit, ruangan nya Bunda yang mana." Tanya kak Raka di sebrang telefon.
"Di ruangan belakang, ruangan Mawar." Jawab ku.
"Oke." Jawa kak Raka sembari mengakhiri panggilan.
Aku memasuki ruangan lagi, melihat Bunda. Bunda masih tertidur setelah minum obat, mungkin efek dari obat nya membuat kantuk. Tidak lama, datang kak Raka membawa makanan juga roti. Menyuruh ku untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang.
"Itu ada makanan, makan dulu baru pulang." Kata kak Raka sambil menunjuk makanan yang dia bawa.
"Aku bawa pulang aja, mau makan di rumah." Jawab ku.
"Yaudah bawa aja."
"Pulang dulu ya kak." Ucapku berpamitan sambil berjalan keluar pintu, setelah mengambil makanan untuk ku bawa pulang.