Happy Reading 🦋
................
Hari sudah berganti pagi. Terlihat Alvin yang berjalan menuruni anak tangga. Bersiap untuk ke sekolah pagi ini. Saat Alvin melangkah ke arah dapur, seketika langkahnya terhenti saat melihatnya kedua orang tuanya berada di sana.
"Al sini sayang," ajak Vania saat melihat kedatangan sang anak.
Alvin dengan langkah malas, menarik kursi lalu duduk dihadapan keduanya.
"Mau lauk apa? Biar Bunda ambil kan." Vania begitu sangat antusias, bagaimana tidak anak satu-satunya ini sudah mau bergabung dengan mereka untuk makan bersama.
"Biar saya sendiri!" balasnya dengan dingin.
"Oo-h oke." Vania tersenyum miris mendengar penuturan Alvin yang begitu dingin terhadap. Tapi tak apa ia akan terus berusaha, sampai Alvin menerima keduanya kembali.
"Bagaimana sekolah kamu Al?" tanya sang kepala keluarga. Arvin ayah Alvin.
"Baik."
"Ayah pengen suatu hari nanti, kamu yang akan meneruskan perusahaan milik Ayah," tutur Arvin. Mendengar itu Alvin menatap tajam sang ayah. Ia sangat tidak suka membahas perihal ini.
"Ayah tidak akan memaksa kamu. Kamu bebas menentukan masa depan kamu sendiri. Tapi ingat Al, kamu satu-satunya anak ayah. Pewaris tunggal keluarga ini!" jelas Arvin. Ia mengerti dengan kondisi sekarang tak mungkin ia memaksa Alvin.
Alvin hanya mengangguk menanggapi perkataan sang ayah. Setelah selesai makan Alvin beranjak dari duduknya. Bersiap untuk ke sekolah.
"Saya pamit," ucap Alvin. Lalu berjalan ke arah pintu utama.
"Yah, Bunda pikir Al udah mau nerima kita. Al juga udah respon perkataan kita. Bunda seneng deh," ucap Vania senang. Ah semoga saja ini pertanda baik.
"Iya sayang. Ayah berfikiran sama denganmu."
"Ini pasti berkat Ara. Ah anak Bunda satu itu, sayang banget sama dia." Arvin mengerutkan keningnya seakan tak paham dengan penuturan sang istri.
"Ara?" beo Arvin.
"Ah, itu loh yang Bunda ceritain sama ayah semalam. Pacar Al itu namanya Ara. Bunda sangat setuju dengan hubungan mereka. Ayah tau nggak Ara ini siapa? Ar-."
"Gak," potong Arvin dengan santainya. Vania mendengus kesel dengan suaminya ini, maen potong aja.
"Jangan dipotong dulu toh!"
"Hehe ya udah lanjut," cengirnya. Hilang sudah wibawa Arvin saat berhadapan dengan sang istri.
"Nah Ara itu anak sahabat kita loh. Ingat nggak sama Linda dan Fadhil. Mereka orang tua Ara," jelas Vania.
"Lah mereka ada anak perempuan toh, kirain ayah anaknya cuman Leon," heran Arvin.
"Bunda mikir gitu juga sih. Tapi itu nggak penting. Harapan Bunda semoga hubungan mereka tetap lancar aja. Trus Al mau nerima kita kembali ya. Yah."
"Iya sayang. Itu pasti!" ucap Arvin kini memeluk sang istri.
*****
Setelah Alvin menjemput Ara. Motornya kini memasuki gerbang sekolah diikuti oleh Leon dari belakang. Terdengar pekikan keras dari siswa-siswi yang melihat kedatangan mereka.
"AKHH, Alvin ganteng banget lohh."
"AKHIRNYA couple favorit gue balik lagi, senengg dehh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AlvinAra [END] || TERBIT
Подростковая литератураTERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING *VOTE AND COMENT YA* [Proses Revisi || Part masih lengkap] "Bahagia? Gue belum pernah ngerasain itu. Tapi entah kenapa memilikimu adalah anugerah tersendiri bagi gue!!" <Alvin "Percayalah bahwa setiap manusia akan be...