Kilas XII: "Trik dan Logika"

35 9 3
                                    

"Nona Xander? Kau yakin kau baik-baik saja?"

Dalam kondisi mencengkram ringan kepalanya yang sedang tertunduk itu, seketika Jeane kembali menegakkan wajahnya usai mendengar suara Jourel kembali bertanya padanya dengan nada khawatir yang amat kentara.

"Dengan kondisiku yang masih bisa membalas ucapan Yang Mulia Pangeran ini. Aku rasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan?"

Berbicara dengan tenang seperti itu pun. Jeane yang baru saja membalas ucapan Jourel dengan kandungan sarkasme itu sebenarnya amat sangsi, bahwa rangkaian kata-katanya barusan dapat meyakinkan dirinya sendiri.

Betapa tidak?

Meski nyaris dua jam lebih telah berlalu semenjak kepergian Morey dari ruang kerja milik mereka bersama di Istana Lemuria tersebut. Jeane sungguh yakin kalau kedua bola matanya sama sekali tidak salah lihat, tentang keberadaan sosok Hazelle di ambang jendela waktu lalu dalam balutan jubah hitamnya yang sedang—

—ugh!

I-Itulah!

Tahu kan ya?!

Pertemuan bibir dengan bib—

SRAK!

"Nona Xander, maafkan kelancanganku."

Baru disadari Jeane dalam ketersentakannya, bahwa sosok Jourel yang sedang menunduk ke arahnya hanya dengan sebuah meja kerja yang menjadi penghalang di antara keduanya itu, sungguh membuat Jeane sampai menahan napas. Terlebih saat merasakan betapa lebar dan hangatnya telapak tangan Jourel ketika menempel di keningnya seperti sekarang.

"Tapi wajahmu sangat merah," ucap Jourel melanjutkan perkataannya semula, tanpa menanggalkan ekspresi kecemasan di wajahnya. "Dan... lumayan panas. Jadi aku rasa—"

Sebelum Jourel berhasil menyelesaikan ucapannya. Refleks Jeane telah terlebih dahulu menyisihkan tangan Jourel dari keningnya dengan punggung pena di jemarinya yang ia dorongkan pada pergelangan tangan Jourel untuk enyah ke samping.

"Apakah Yang Mulia juga merangkap sebagai dokter?"

Seraya memaksakan senyum di setiap suku kata yang ia lontarkan barusan, Jeane sungguh berusaha menetralkan debar jatungnya yang mendadak menggila akibat sentuhan tak terduga dari Jourel.

"Jika aku mengatakan aku baik-baik saja. Maka itulah yang terjadi," balas Jeane lagi sembari meletakan penanya di atas meja. "Lebih dari itu semua. Apakah laporan bagian Yang Mulia sudah selesai sampai menggangguku seperti ini?"

Dibilang selesai pun, Jourel kini yang hanya bisa terdiam di hadapan Jeane. Lalu secara jujur mengakui dalam hati bahwa dirinya sama sekali tidak bisa berkonsentrasi sejak awal. Tepatnya sejak diputuskan bahwa Jourel mendapat izin untuk mengerjakan laporan bagiannya bersama Jeane di ruang kerja ini. Sebenarnya murni karena Jourel amat cemas dengan kondisi Jeane setelah bertemu Morey tadi.

Serius.

Entah apa yang sedang disembunyikan Jeane dan Morey darinya. Yang jelas fokus Jourel sengaja menggunakan alibi efisiensi waktu agar Jeane mengizinkannya untuk tetap tinggal tanpa kembali ke Selter Atlantis seperti rencananya semula. Sungguh itu tak lain tak bukan karena Jourel mencemaskan Jeane yang wajahnya tiba-tiba memerah matang, tiba-tiba menghela napas kasar, tiba-tiba menjatuhkan keningnya sendiri di atas meja, tapi tiba-tiba juga mengerjakan gulungan laporannya amat rajin.

Uhm...

Kalau boleh lebih jujur lagi.

Selain mencemaskan Jeane, sepertinya Jourel pun tak ingin melewatkan kesempatan langka dari tingkah Jeane yang ternyata mampu seekspresif itu, di luar penampakannya selama ini yang selalu terkesan dingin, kaku dan tegas.

Soul: Lemuria & AgarthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang