LHR | 29 Palsu

121 18 5
                                    

Atmosfir kursi penumpang sungguh dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfir kursi penumpang sungguh dingin. Baik Alden maupun Keisha memang jarang berinteraksi dekat apalagi mesra selama dalam satu mobil, tapi tak pernah juga sedingin ini. Supir yang selalu menjadi saksi perjalanan mereka selama ini pun merasakan itu, ada badai yang begitu besar menghantam mereka, sehinga mereka dingin satu sama lain, kelewat dingin malah, hanya desing alat pendingin suhu yang terdengar diantara mereka. 

Perjalanan terasa sangat panjang bagi Keisha, ia tampak biasa, namun ia sungguh tak tahan berada dalam satu radius dengan lelaki yang sedikit demi sedikit mulai ia benci. Ia masih sangat tidak terima dengan keputusan Alden. Entah mengapa ia merasa sangat tidak suka dengan putusan telak Alden yang ingin segera mengakhiri segalanya, ia kecewa sepertinya? Tapi satu hal yang paling Keisha benci, satu kenyataan yang ia benci sekali mengakuinya. Tidak, Keisha masih sangat yakin, seluruh amarah ini hanya karena ia merasa terkhianati, segala hal yang telah ia korbankan demi perusahaan harus terancam hancur hanya karena kebodohan Alden.

Keisha tersadar dari lamunannya saat pintu mobil disisinya terbuka. Alden sudah lebih dulu turun, bahkan sekadar mengajaknya turun bersama pun tidak. Ingin menjadikannya musuh? Hanya karena wanita itu? Sungguh lelaki bodoh!

Bibir datar itu segera melengkungkan senyum kala ia mulai menemui beberapa kolega. Alden berdiri di sisinya memberikan lengan untuk digandeng. Keisha tahu ia harus profesional tapi rasanya sangat benci harus menyentuh lengan yang mungkin sering kali dipeluk Hara. Dengan lihai ia mengalihkan atensi dengan berbaur dengan para tamu lain.

"Selamat atas hari jadi perusahaan kalian." Seorang lelaki separuh abad yang kini berada dihadapan Alden dan Keisha tampak tersenyum ramah menghampiri mereka.

"Terima kasih, kalian semakin mesra saja, saya harap perusahaan kita dapat terus bersahabat atau bahkan suatu saat nanti bisa beripar dengan kalian." Keisha tertegun ia tahu pasti makna tersirat itu, seperti kata lain dari pertanyaan, kapan memiliki momongan? Mereka memiliki cucu lelaki dan perempuan yang mungkin mereka niatkan akan berjodoh dengan keturunan Mangga dan Candrakanta kelak.

"Saya dan istri tentu akan sangat senang bila berkerapat dengan Azeus Group, kita berdoa yang terbaik," jawab Alden dengan senyumnya yang Keisha tahu penuh sekali dengan palsu.

Mesra? Cepat sekali menyimpulkan. Bahkan sedari tadi mereka terus mendapat pujian sebagai pasangan serasi, mereka sangat mengangumi rupawan Alden dan jelitanya Keisha, belum lagi latar belakang yang sungguh pas dan komplit, pasangan yang saling melengkapi katanya. Andai mereka tahu pasangan yang mereka anggap ideal ini akan segera bercerai sebentar lagi. Keisha sungguh muak dengan segala puja-puji itu. Keisha menutup mulutnya saat sadar hampir keluar segala cemilan dan minuman perasan jeruk yang barusan ia teguk. Segera ia undur diri mencari tempat memuntahkan segalanya.

"Lo gak makan dengan bener lagi ya?" Keisha melirik Alden yang kini berdiri dibelakangnya memijit kecil tengkuknya. Keisha menghindar, "Lo ga bisa baca, ini toilet cewek."

Love Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang