LHR | 19 Lost in Phuket

178 19 2
                                    


"Ah ini gara-gara lo nih, nyuruh Roy balik duluan, sok-sokan mau nyetir sendiri, mana sepi banget lagi ini, mau nanya ke siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah ini gara-gara lo nih, nyuruh Roy balik duluan, sok-sokan mau nyetir sendiri, mana sepi banget lagi ini, mau nanya ke siapa?"

Alden menghela napas berat mendengar gerutuan Keisha yang kalimatnya hampir sama sejak dua jam yang lalu, apa mulutnya tak keram? Saat tengah mengajar Keisha renang, Roy yang datang ingin menjemput mereka disuruh pulang oleh Alden, katanya lelaki itu yang akan menyetir pulang ke hotel sendiri. Roy sempat ragu tapi kekeras kepalaan Alden memang tak ada yang bisa memecahnya, membuat Roy tak ada pilihan lain selain akhirnya menurut. Dan sejak satu jam yang lalu mereka malah tersesat di jalanan sepi yang hanya dipenuhi rerumputan, jarang penduduk dan sekarang hari sudah makin menggelap.

"Ini gara-gara lo juga bego banget renangnya, ga bisa-bisa jadi balik kesorean kan kita."

Keisha berdecih, bisa-bisanya lelaki itu sekarang melimpahkan kecerobohan dan kekeras kepalaannya ke kemampuan renang Keisha, bukannya lelaki itu yang menolak tawaran Roy padahal bawahan suaminya itu tadi berkata tak masalah menunggu lebih lama. Dasar Aldennya aja yang songong dan sok tahu.

"Padahal gue rasa tadi belok kanan di simpang yang tadi, tapi kok sekarang rada beda ya jalannya," lirih Alden sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri.

"Nyetir pakai perasaan, nyetir tuh pakai otak," sindir Keisha. Di masa semodern ini memang harusnya masalah mereka berdua akan selesai dengan yang namanya Google Map, masalahnya mereka tak mendapat sinyal sejak tadi, membuat Keisha makin murka pada Alden dan Alden pun makin frustasi.

"Udah deh dari pada lo ga bantu mending diem."

"Terus ini gimana, udah mau malem."

Alden melirik Keisha yang kini membelakanginya, gadis itu sepenuhnya menatap ke arah jendela. Alden memilih untuk fokus menyetir, siapa tahu gak sengaja lihat orang lewat. Namun sialnya, mobil yang dikendarai Alden malah tersendat-sendat, sampai akhirnya tak bisa dijalankan lagi, Alden berusaha berkali-kali mencoba menghidupkan mesinnya tapi tetap nihil hasilnya.

"Ini kenapa lagi?" Keisha melirik Alden yang sibuk mengecek mobilnya.

"Anjir sial banget gue," desah Alden frustasi saat melihat jarum speedometer mobilnya di batang merah.

"Kok lo ga ngecek sih?" tanya Keisha setelah paham situasi semacam apa yang sedang dihadapinya.

"Ya mana gue tahu, tadi kan awalnya bukan gue yang nyetir."

Keisha mengacak rambutnya mengalihkan rasa kesalnya, ini mau bagaimana, di sepanjang jalan ia tak menemukan pom bensin. Dan melihat betapa lengangnya jalanan ini sepertinya tak akan ada yang namanya pom bensin.

"Kita keluar," perintah Alden, belum sempat Keisha bertanya alasannya, Alden sudah lebih dulu keluar. Keisha hanya memperhatikan gerak-gerik Alden dari dalam mobil, sampai akhirnya gadis itu ikut keluar saat Alden mengetuk-ngetuk jendelanya.

Love Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang