LHR | 16 Welcome Holiday

150 20 2
                                    

Keisha keluar bersama Alden dari pesawat dengan wajah super lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keisha keluar bersama Alden dari pesawat dengan wajah super lelah. Kini sepasang suami-istri itu berada di Bandar Udara Internasional Phuket. Kalian tahu di mana itu? Kalau kalian suka menonton lakorn mungkin kalian akan tahu dimana sekarang pasangan 'serasi' ini.

Ya sekarang Keisha dan Alden berada di Thailand. Mereka mendapat hadiah liburan dari Ardella, lebih tepatnya paksaan liburan. Sepertinya mertua Keisha itu sedang sangat semangat-semangatnya menyatukan anak dan menantunya belakangan ini.

Keisha menatap ke sekeliling, sebenarnya ini bukan kali pertama ia ke negara Thailand, tapi ini kali pertama ia ke Phuket, biasanya ia hanya mengunjungi Bangkok untuk mengurus beberapa bisnis atau bertemu temannya bahkan kadang liburan sambil shopping. Kalau dilihat-lihat sebenarnya tak beda jauh suasana Jakarta maupun Phuket, entah mengapa harus ada liburan seperti ini, ia dan Alden kan bukan pengantin baru lagi. Lagi pula kerjaannya sebenarnya sangat banyak di Jakarta sana.

"Udah ga usah misuh-misuh gitu mending bantuin bawa koper."

Keisha melirik Alden sinis, "Siapa yang misuh-misuh?" Setahu Keisha dari tadi ia tak bicara apapun, bahkan ia sudah diam dari awal penerbangan, sampai sekarang pun belum bicara apapun. Keisha sedang sangat pusing sekarang, emosinya mudah terpancing, mungkin karena kelelahan. Maklum belakangan ini ia dikejar deadline tugas kantor dan harus mengurus acaranya kemarin.

"Dalem hati lo, di pikiran lo, kelihatan jelas tuh muka-muka bete."

"Lo ga tahu gue lagi banyak proyek belakangan ini?"

Alden mendengus memangnya hanya Keisha yang sedang sibuk? Ia juga sibuk, apalagi ia sedang dalam proses akuisisi Link TV ke perusahaannya. Belum lagi proyek-proyek perusahaannya sendiri. Tapi apa daya, mana bisa menolak perintah Ardella. Bisa-bisa dapat ceramah tujuh hari tujuh malam. Belum lagi nanti laporan sampai ke Arnold. Bakal makin panjang urusan.

"Udah mendingan nikmatin aja dulu, anggap aja refreshing."

Keisha jelas keberatan, kalau liburannya dengan Anya, Kevin atau bahkan sendirian mungkin bisa dibilang refreshing. Beda cerita kalau dengan lelaki yang berstatus suaminya ini. Berada di satu atap beberapa jam saja entah sudah berapa kali mereka adu mulut apalagi sekarang 24 jam selama lima hari di negeri orang dengan segala kerese'annya, petaka namanya.

Melihat Keisha yang masih terdiam dengan wajah masam Alden berinisiatif mendekat pada Keisha. Tangannya menarik kaca mata hitam di sela kemeja Keisha. Keisha berjengit kaget melihat tangan Alden yang menyentuh kerah kemejanya, itu terlalu dekat dengan tubuhnya, kalau mereka statusnya orang asing pasti hal ini bisa dianggap pelecehan, sayang lelaki itu suaminya. Akan dibilang gila kalau Keisha melaporkan suaminya sendiri dengan tuduhan pelecehan.

Alden tampak tak peduli melihat raut wajah Keisha yang melotot tak jalas belum lagi mulutnya yang menganga itu, kini lelaki itu memasang kacamata itu pada wajah Keisha. Setelahnya lelaki itu pun memasang kaca mata hitam di sakunya pada wajahnya sendiri. 

Sedang Keisha masih sama, masih terperangah melihat tindakan kurang ajar Alden barusan, beraninya lelaki itu berlaku seperti itu!

Raut wajah Keisha makin terperangah saat wajah lelaki itu mendekat padanya tiba-tiba, oh tidak wajah lelaki itu menyamping, lelaki itu berbisik kecil di samping telinga Keisha, "Di arah jam delapan ada anak buah mama, kita harus tampak serasi bukan?"

Tak menunggu respon Keisha, Alden segera menjauhi wajah Keisha lalu tersenyum miring. Tangan lelaki itu menggenggam sebelah tangan Keisha, sedang tangan lainnya menarik koper. Alden berhenti melirik Keisha dibelakangnya dengan langkah yang berat mengikutinya. Alden berdecak lalu menyusupkan jari-jarinya di sela jari Keisha lalu mengeratkan genggamannya menarik Keisha untuk berjalan lebih cepat. Ia menarik tangan Keisha ke arah anak buah mamanya itu.

"Selamat datang di Phuket Tuan Alden dan Nyonya Keisha." Keisha mengangkat kedua alisnya di balik kaca mata hitam itu.

"Selain memiliki kemampuan berbahasa internasional gue mewajibkan seluruh karyawan di cabang luar negeri untuk bisa berbahasa inggris." Keisha melirik Alden yang menatapnya sambil menjelaskan lalu gadis itu mengangguk dan tersenyum kecil pada anak buah suaminya itu.

"Perkenalkan, saya Roy yang akan melayani Tuan dan Nyonya selama berlibur di sini, sekarang sebaiknya kita ke penginapan dulu."

--o--

Keisha memelototkan matanya saat pertama kali memasuki kamar yang katanya akan menjadi tempat mereka bermalam selama berlibur di negeri gajah putih itu. Bagaimana tidak kamar ini benar-benar kamar yang dipesan untuk orang yang berbulan madu, lihat saja kasur yang penuh kembang itu, lalu kamar mandi transparan? Ini gila. 

"Lo kok santai-santai aja sih dari tadi," gerutu Keisha kala melihat Alden yang setelah meletakkan kopernya di sudut kamar lalu sekarang berbaring di kasur, mana gak lepas kaos kakinya dulu lagi, si jorok yang pemalas!

Keisha semakin kesal saat Alden hanya meresponnya dengan menyatukan kedua alis lalu mengangkat kedua bahunya, seolah tak peduli, membuatnya mengerang kesal.

"Lo lagi PMS ya?" tanya Alden dengan gamblangnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu bukannya menjawab Keisha memilih mengambil bantal lalu melemparnya ke arah Alden.

"Weits santuy dong lo!"

"Abis lo dari tadi nyebelin tau gak!"

Alden tertawa terpingkal-pingkal jarang-jarang nih bisa buat Keisha marah-marah begini, biasanya kan Alden yang selaludibuat darah tinggi sama Keisha.

"Ya udah sih, kaya yang gue bilang nikmatin aja liburannya." Alden bingung mengapa Keisha harus repot sendiri sih, toh yang bayarin bukan dari duit dia, tinggal datang terus happy-happy susah banget.

Keisha menunjuk ke arah kamar mandi, "Gimana bisa kita tinggal di kamar kaya gini? Hah!"

Alden melirik ke arah yang ditunjuk Keisha, ia mengerti sekarang apa yang menjadi kegelisahan Keisha sekarang. Selama ini, kedekatan yang intim memang sangat jarang terjadi di antara mereka terakhir kali mereka tidur satu kamar adalah saat hari pertama mereka sah menjadi suami-istri itu pun karena mereka dijebak sehingga terkunci di ruang kamar hotel semalaman, itupun mereka gak aneh-aneh, gimana mau aneh-aneh kalau Keisha mendebatnya terus sepanjang malam. Setelah hari itu pun mereka tidur terpisah dan hidup dengan urusan masing-masing.

"Bagus juga, kita kan gak pernah," jawab Alden santai kelewat santai malah sampai membuat rahang Keisha seperti lepas dari tengkoraknya. Alden tertawa lagi melihat Keisha dengan wajah melongonya, orang cantik bisa menunjukkan ekspresi wajah aib juga ya.

"Gak pernah apa?" sahut Keisha sewot.

"Ayolah kan kita suami-istri, sekali aja mungkin ga apa-apa."

"Alden!" Alden terkejut mendengar bentakan tajam Keisha tiba-tiba, raut wajah itu berubah tajam, raut yang jarang sekali Keisha tunjukkan. Alden terbiasa melihat ekspresi tengil Keisha. Alden tahu, sekarang  Keisha sedang marah, ia tak suka bila membahas hal seperti ini.

"Apa salahnya sih omongan gue," sahut Alden kecil sambil bangun dari tidurnya, lelaki itu memilih duduk di sudut kasur mengisi daya ponselnya.

"Lo tahu persis pernikahan macam apa yang kita jalani Alden, kita memang sah di mata hukum dan agama tapi pada kenyata-"

"Iya-iya gue becanda elah, ga minat juga gue sama lo, baper banget si, kayanya bener deh lo PMS," sela Alden dengan nada malas.

"Nanti gue hubungi pihak hotelnya siapa tahu ada gordennya, udah kan?" putus Alden sambil menatap Keisha yang menghembuskan napasnya berat. 

Author's note:

Yey chapter depan kita bakal liat momen Alden-Keisha yaa

Pesan untuk hari ini apapun yang terjadi jangan cepat putus asa pasti akan ada hal baik yang terjadi seusai hujan :)



Love Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang