LHR | 1 Hujan Bunga Pohon Mangga

794 49 3
                                    


Pagi sekali kediaman pengusaha tersohor, Arnold—yang terkenal karena ketampanan akibat darah Irlandia, Inggris, dan Sunda pada dirinya— tampak sangat sibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi sekali kediaman pengusaha tersohor, Arnold—yang terkenal karena ketampanan akibat darah Irlandia, Inggris, dan Sunda pada dirinya— tampak sangat sibuk. Padahal biasanya pemilik rumah itu baru mau keluar dari kamar tidurnya saat matahari sudah setinggi tiga per empat. Kini sang Nyonya tampak kewalahan memilih anting mana yang dapat menyempurnakan tampilan dress model kaftan bewarna gading sambil berteriak pada asisten rumah tangganya untuk memastikan segala persiapan hari ini sudah diperiksa ulang.

"Bi Uut, Alden udah siap pakai-" Belum selesai pertanyaannya, Ardella, si nyonya rumah, alias istri Arnold berteriak frustasi melihat putra kesayangannya baru saja berlari melintasi kamarnya hanya dengan selembar handuk melilit di pinggangnya.

"Maaf Nyonya, saya tangkap Tuan Muda Alden dulu," ucap wanita paruh baya yang sudah dipercaya untuk mengasuh putranya dari semenjak Alden pertama kali menangis di hadapan dunia.

"Aduh yang cepat dong, Bi, saya buru-buru ini." Bi Uut hanya mengangguk dalam sambil mengucapkan maaf berkali-kali lalu berlari ke lantai bawah saat mendengar gelak tawa anak asuhannya dari arah sana.

"Kamu itu dari tadi marah-marah terus, padahal sendirinya masih sibuk pilih anting, lagian nanti juga ketutupan kerudung." Ardella mendengus mendengar ceramah Arnold yang tampak santai di sofa sudut kamar sambil membaca koran. Mana mungkin Ardella akan berpenampilan biasa dan datang terlambat untuk hari ini. Hari ini adalah kali pertama keluarga mereka dengan formasi lengkap turut serta pada acara amal sekaligus merayakan hari raya idul fitri di panti asuhan bersama keluarga Candrakanta. Ini bukan main-main, keluarga Candrakanta lho. 

Prasaja Candrakanta adalah pebisnis properti dan tambang nomor satu di Indonesia, bahkan taringnya sudah menancap di kisaran Asia, sedang istrinya—Adara Candrakanta adalah mantan jaksa yang dikagumi seluruh negeri karena keteguhannya menegakkan kebenaran dan jangan lupa darah bangsawan yang dimilikinya membuat siapapun pasti akan segan kalau mendengar nama Candrakanta.

"Kita ga boleh mengecewakan mereka, Pa."

"Pras sama Dara itu bukan orang yang kaku, kok, santai saja sama mereka."

"Papa kalau ga tahu mending diam deh, atau bantuin pakein pakaiannya Alden gitu!" Arnold menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan istrinya yang seolah mengerti segalanya. Padahal di sini Arnold lah yang paling paham seluk-beluk perangai Tuan dan Nyonya Candrakanta itu, karena mereka sudah bersahabat sejak zaman masih mau dibego-begoin kakak tingkat karena masih berstatus MABA.

"Arvin udah bantuin Alden pakaian." Ardel menoleh ke muka pintu, Alden tampak tenang menggandeng anak lelaki yang legih tinggi darinya, sudah berpakaian rapi dengan koko berwarna gading yang dipesannya khusus empat bulan lalu dari desainer yang pernah mendesain kostum pernikahan menantu presiden.

Ardella hanya menatap anak itu datar, Arnold pun hanya terdiam menunggu respon istrinya. Pada akhirnya Ardella hanya mengangguk acuh lalu berteriak pada asistennya bahwa mereka akan pergi sekarang. Melihat respon dingin dari wanita yang dipanggilnya 'Mama', Arvin hanya menunduk dengan wajah sedih. Arnold melintasi kedua anaknya tanpa mengucapkan apapun, bahkan sekadar melapangkan dada putra sulungnya pun tidak. Goncangan pada tangannya membuatnya tersadar lalu menatap anak lelaki yang kini menatapnya intens, "Ayo Kak, sama Alden!"

Love Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang