LHR | 25 Puncak

105 14 2
                                    

Alden menatap kosong kursi putih di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alden menatap kosong kursi putih di hadapannya. Hanya sepiring fettucini dan sekaleng soda yang ia pesan melalui layanan pesan antar. Detik jam terus berputar mengisi ruang hening yang remang. Ia masih memandang kosong kursi yang sudah seminggu ini tak diduduki si pemilik. Biasanya pemilik kursi itu sering ia dapati menduduki kursi itu tiap malam, entah sedang mengerjakan tugas kantornya atau makan apa saja, orang itu tak begitu peduli masalah diet.

Alden menghentak lemah garpunya, menghela napas, "Gue udah kelewatan, ya?" Lelaki itu memejamkan matanya mengacak rambutnya frustasi, bagaimana bisa ia kelepasan sejauh itu. Apapun yang mereka lakukan harusnya Alden sudah tak perlu peduli, kan? Itu kesepakatannya. Ia tak punya hak atas apapun yang Keisha lakukan. Alden melirik ponselnya yang meredup, segera ia raih benda persegi itu menarik sebuah pola khas di layar, lalu membuka aplikasi pesan.

To: Hara

Hara, saya akan datang terlambat hari ini karena ada urusan lain, untuk berkas yang masuk tolong simpan dulu di meja kamu.

--o--

"Oke kalau kamu bilang, Keisha tidak ada di tempat, tapi rasanya tidak mungkin dia meninggalkan kantor dalam keadaan kosong," sela Alden saat melihat sekretaris yang biasa berjaga di depan ruangan Keisha.

"Setidaknya saya mau bertemu Anya, dia pasti ada."

"Tapi Nona Anya juga tidak dapat ditemui, Tuan." Alden memicingkan matanya, sesibuk apa seorang Anya? Ia tahu Anya memang tangan kanan kepercayaan Keisha, tapi rasanya tidak mungkin bukan, hampir empat kali dalam seminggu ini mendatangi kantor ini, dan keempatnya ia tidak bisa menemui Anya.

"Bagaimana dengan Kevin?"

"Ah Tuan Kevin jarang ada di kantor Tuan, beliau lebih sering di kantor firma hukumnya." Alden berdecih sinis, kalau begitu rasanya makin tidak mungkin kalau Anya tidak ada di kantor ini, Keisha adalah orang yang tidak akan mudah menyerahkan urusannya pada sembarang orang, apalagi meninggalkan pekerjaannya begitu saja, pasti ada seseorang yang ia limpahi kewenangan untuk mengerjakan tugasnya, dan orang itu sudah pasti kalau tidak Anya ya Kevin hanya dua orang itu yang mendapat kepercayaan tinggi putri tunggal Candrakanta itu.

"Kalau begitu saya mau masuk ke ruangan Keisha." 

"Maaf untuk keperluan apa ya, Tuan?" Alden mengangkat sebelah alisnya.

"Apa ada alasan seorang suami ingin masuk ke ruangan istrinya meski itu ruang kantor sekalipun rasanya tidak masalah, saya suami sahnya, kenapa kamu mempersulit suami atasanmu, apa begini attitude kamu terhadap keluarga atasan kamu?" Dapat Alden lihat kepanikan luar biasa di wajah wanita muda itu saat menerima cecarannya, sepertinya sebentar lagi ia akan mendapatkan yang ia mau.

Love Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang