20. Pertimbangan

14 4 0
                                    

Rembulan yang terang pada malam ini menceritakan kisah keajaiban guntur. Cahayanya yang lembut memancar, menghiasi langit gelap dengan keindahan yang memukau.

"Kalian berdua!" Grace mendekati aku dan Pablo dengan ekspresi wajah yang penuh kekhawatiran.

"Sudah kuduga! Menyerahkan Pablo ke dalam misi menyamar dan menyusup itu adalah keahliannya!" Ilos melebarkan senyumnya.

"Benar. Tubuhnya yang besar, berbeda dari anak seusia kalian," ujar Maya mengejek putrinya.

"Hentikan itu!" tegas Pablo.

"Apa kau malu? Pablo seorang pria berwibawa ...," Grace tertawa terbahak-bahak, mengusik Pablo yang wajahnya sudah memerah layaknya tomat.

"Aku tidak malu sama sekali!" Pablo bersungut-sungut.

Aku menyipitkan mataku setelah melihat Hato yang termenung di bawah pohon. "Apa yang harus kita lakukan setelah ini?" tanyaku, mendekat ke arahnya.

Aku memiringkan kepala, menunggu jawaban darinya. "Apa kau mendengarkanku?"

Selang beberapa detik, Hato menjawab, "perasaan Mato terhadap seseorang telah lama mati. Dia mengubur perasaan itu dalam-dalam, yang tersisa hanyalah kekejaman."

Hidungku berkerut. "Serapat apa pun keteguhan hatinya, dengan tanganku ini, aku akan menghancurkan keabadiannya!"

"Tekadmu menggelora, anak muda!" Ilos menepuk-nepuk punggungku.

°—┌⁠★⁠┘—°

Bara api yang tadinya menghangatkan kini padam tak bersisa. Asap hitam mengepul ke langit, memadamkan cahaya kehangatan yang menyelimuti para petualang. Hampa dan dingin menggantikan kehangatan, meninggalkan mereka dalam kegelapan dan ketidakpastian.

"Istana guntur berada tepat di tengah-tengah pulau." Ilos memeriksa kondisi pedangnya.

Perjalanan menuju ke tengah pulau membutuhkan waktu. Terlebih lagi, kami harus berhati-hati karena pelarianku dan ayah dari penjara, membuat para prajurit tersebar di seluruh wilayah pulau untuk mencari jejak kami.

Aku melirik peta yang dipegang Maya.

Berapa kali Grace kesal karena para roh suci yang mengelilingi istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berapa kali Grace kesal karena para roh suci yang mengelilingi istana. "Para roh suci itu, selalu saja mengganggu!"

"Memangnya si guntur itu tidak kesal? Setelah melihat para roh suci mondar-mandir di depan istana?!" Grace bersungut-sungut.

"Bagaimana dia bisa marah kepada spesies yang pernah ia cintai berjuta-juta tahun yang lalu?" Pablo memutarkan bola matanya.

Ayah menoleh ke Hato. "Hato," ayah berkata dengan suaranya yang meyakinkan.

"Serahkan padaku." Hato berjalan ke arah para penjaga.

"Dengan segala hormat, aku ingin membicarakan hal penting kepada kalian, roh suci yang agung," kata Hato, mulai bersimpuh di hadapan lima para roh suci penjaga gerbang istana.

Breaking the Curse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang