10. Tamu Dari Negeri Jauh

38 21 4
                                    

Dua tahun berlalu…

Kalian tahu? Selama dua tahun ini, aku benar-benar giat belajar demi mewujudkan tekadku. Kesibukanku sebagai siswa akademi Bénd benar-benar melelahkan, namun juga sangat seru dikelilingi oleh teman-temanku, dan juga gadis-gadis penggemarku yang menyukai sisi kerenku.

Setiap pagi sebelum matahari terbit, aku membantu bunda bersiap-siap membuka toko.

Ada satu hal yang membuatku merinding setengah mati. Gadis-gadis penggemarku selalu menunggu di toko sebelum toko kami buka! Sebenarnya aku sedikit kesal, namun merekalah pelanggan aktif toko kami. Itu adalah keuntungan.

Tentang perkembangan makaroni kami, toko ini bahkan melebihi ekspektasiku. Toko ini menjadi semakin besar seperti restoran. Berbagai menu selain makaroni kami jual, dan banyak karyawan baru kami rekrut untuk mempermudah pekerjaan.

Setelah membantu bunda, aku berangkat ke akademi bersama Pablo.

Tentang Abel … dia baik-baik saja. Sifatnya memang tidak pernah berubah, ditambah lagi, penggemarnya beralih, dan malah mengagumiku.

Di sekolah, aku melihat orang-orang mondar-mandir dengan bawaan dekorasi di tangannya.

Aku kebingungan melihat betapa sibuknya akademi hari ini. “Ada apa ini?” aku bertanya kepada Grace yang sedang tergesa-gesa, dengan membawa barang dekorasi sambutan dan alat pembersih.

"BESOK! Besok Raja Dhoreland datang ke mari! Ini menyebalkan! Alih-alih dia datang di saat para murid harus belajar untuk ujian kelak!” seru Grace yang tampak kesal, namun tetap bersemangat.

Mataku membulat. “WAW! Yang benar saja!? Raja Dhoreland akan datang ke negara kita? Apakah mereka sudah berhasil memulihkan negara mereka sendiri setelah perang saudara yang mengerikan itu?”

“Dhoreland dan Halmaar sudah lama bersekutu. Negara mereka datang kemari untuk melihat-lihat pembangunan akademi. Mereka juga ingin membuat akademi bergengsi seperti akademi Bénd ini untuk mendapatkan sumber daya manusia yang lebih maju,” jelas Pablo, sembari membantu barang bawaan Grace yang sudah penuh di tangannya. “Biar kubantu.”

Grace tersenyum. “Terima kasih, Pablo!”

°-┌⁠★⁠┘-°

Esoknya…

Para murid diwajibkan menyambut sosok Raja Dhoreland, Rozen Hopeen.

Di kala anak-anak lain menyambut kedatangan Rozen Hopeen, aku lebih memilih untuk melatih diriku di taman belakang akademi berjam-jam tanpa diketahui orang-orang.

Kulihat matahari sudah berada tepat di atas, namun tubuhku tetap mengayunkan pedang berkali-kali, aku tidak dapat menghitungnya.

“KAU!” seru seseorang dari belakang.

Aku menoleh. “Siapa kau? Bagaimana bisa keberadaanmu tidak dapat kurasakan?!”

Aku berbalik badan. Melihat orang itu yang berpakaian dengan sangat elegan mewah, serta mahkota di atasnya. “A-apakah anda bangsawan?”

Kulihat mata sendunya. Dia menatapku dengan tatapan seolah-olah aku adalah manusia yang paling tidak ingin ia temui di muka bumi ini.

“Itu tidak penting! Kau mencuri kalung itu, kan!” Bangsawan itu mendekatiku, kemudian menarik kerahku. “BERANINYA KAU!!”

Aku kebingungan setengah mati. Tubuhku bergetar hebat. “Mencuri?! Saya tidak mencuri apa pun!” aku berseru, menatapnya dengan tajam.

Orang-orang ramai bermunculan, penasaran, keributan apa yang telah terjadi di tempat ini.

Breaking the Curse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang