1. Aku yang Terpilih

106 38 20
                                    

"Siksaan di tempat ini, mengalahkan siksaan di neraka."

°—┌⁠★⁠┘—°


Setiap harinya, terasa seperti langit-langit neraka yang tidak pernah berakhir. Di hadapanku, terdapat pria-pria berbadan besar dengan wajah menjijikan, mencambuk tubuhku berkali-kali. Rasa sakit yang luar biasa merasuki setiap serat tubuhku. Apalagi dengan usiaku yang masih sangat muda untuk menerima kenyataan pahit ini.

Tempat ini adalah neraka, pria berbadan besar ada di mana-mana untuk menghukum kami semua. Tempat yang kotor, penuh dengan kotoran manusia, bangkai mayat, dan baunya begitu tak sedap.

Aku adalah penjahat termuda dalam tahanan yang sudah lama terkutuk ini, terjebak dalam jeruji besi karena beberapa tahun lalu, aku pernah menonjok wajah seorang anak tuan tanah di desa karena suatu hal.

"Berjalanlah lebih cepat! Lama sekali kau!" pekik pria berbadan besar itu sambil mencambuk tubuhku.

Aku menoleh ke pria itu, dengan tatapan penuh dendam. "Mengapa aku harus menurutimu?"

"Kurang ajar!" Pria dengan wajah menjijikkan itu mencekik leherku dengan sangat kuat.

Pria itu mengangkat tubuhku, dengan cara mencekik leherku dengan cengkraman yang kuat—aku berusaha menendang wajahnya.

"Le-lepaskan ... lepaskan aku! Dasar babi tua yang cacat!" hinaku terus menerus.

Pria itu menghempaskan tubuhku ke dalam jeruji besi dengan kuat.

Aku menoleh ke samping, melihat berbagai manusia yang disiksa dengan sangat hina. Melihat mereka penuh dengan rasa putus asa, tetapi tenanglah, aku punya teman di sini. Dia adalah seorang pelayan setia bunda, ketika bunda masih menjadi bangsawan agung dahulu.

"Rey! Kau tak apa?" tanya wanita itu dengan penuh kekhawatiran.

Aku mengangguk, kemudian menyeka keringat yang bercucuran deras dari dahiku. "Aku sehat bugar! Bibi Lean!"

Bibi Lean tersenyum manis. "Kau sangat suka melawan, aku jadi khawatir denganmu yang terus-menerus bersifat angkuh." Bibi Lean mengelap lukaku dengan kain yang selalu ia bawa.

Bibi Lean adalah pelayan setia bunda. Kami sangat dekat, layaknya keluarga.

Bibi Lean mengelus kepalaku dengan lembut. "Semoga anak ini diberkahi oleh roh suci."

Cahaya hijau muncul dari tangan bibi Lean. Cahaya penyembuh yang selalu bibi Lean berikan padaku ketika aku sedang terluka.

Aku mengerutkan kening—cahaya hijau itu terasa aneh. Aku merasa, cahaya itu mengambil energi-energiku.

Tapi mengapa? Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Cahaya yang menghangatkan menjadi cahaya terpanas.

"Ada apa, Rey?" tanya bibi Lean yang tampak kebingungan.

Mataku terbelalak tak percaya. "Barusan ... Bibi Lean, kau menyerap daya sihirku?!"

Wajahnya tampak terkejut dan kecewa. "Apa yang kamu katakan, Rey? Aku tidak akan pernah melukai anak kesayangan nona Joanna!"

Aku menggigit bibirku hingga bergetar, menatap bibi Lean dengan tatapan mata yang masih terkejut atas perlakuannya barusan.

"Kenapa ... kenapa kau menyerap energi sihirku?" aku bertanya sekali lagi—napasku tak beraturan.

Bibi Lean meneteskan air matanya. "Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu?" Bibi menutup mulutnya, menangis tersedu-sedu.

Sihir magis yang selama ini selalu ditutup-tutupi, tak membiarkan orang lain mengenali aura miliknya yang terasa begitu mengerikan dan misterius.

Breaking the Curse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang