7. Akademi

40 19 9
                                    

Kejadian ini terjadi setelah bunda meninggal dunia, di garis waktu awal…

Hari itu, ketika bunda baru saja meninggal karena kutukannya, aku berjalan tanpa tahu arah di desa dengan perasaan sedih yang mendalam atas kepergian bunda. Tatapan kosong seorang anak remaja berusia enam belas tahun, berjalan tanpa henti, tidak mempedulikan apa lagi yang akan diinjak.

"Itu Rey!" Para warga bergosip.

"Rey pasti sedih karena ibunya telah meninggal ...."

"Kutukan ibunya berbau sangat busuk, bahkan bau mayatnya bisa tercium sampai ke rumahku!"

Sejujurnya, aku mendengar perkataan mereka, namun aku lebih memilih untuk tidak menghiraukannya. Terus berjalan tanpa tahu arah dengan tatapan hampa dan hati yang putus asa.

Sekelompok bangsawan yang berkewajiban untuk mengelola pertanian desa ini datang ke desa untuk menjalankan tugasnya.

Mereka memanggilku. Aku yakin, pasti mereka akan menyuruhku untuk membersihkan sepatu yang mereka kenakan, atau menyuruhku melakukan sesuatu yang mereka inginkan, atau mengolok-olok kami.

"Hey, rakyat jelata! Bawakan barang-barang ini. Kami akan pergi ke kediaman keluarga untuk bermalam di sana," sosok pria bangsawan berkata dengan nada sombong.

Aku menghentikan langkah. Menatap segerombolan mereka dan delman mewah dengan tatapan kosong. Aku terdiam tanpa berkata sepatah kata pun.

Sekelompok bangsawan itu mulai kesal, karena aku tidak memperdulikan mereka, dan lebih memilih untuk lanjut melangkah tanpa tahu tujuan.

Aku berjalan pelan hingga tiba di samping mereka. Seorang anak seusiaku menarik kerah bajuku. "Kau tidak dengar?" dia berkata kepadaku geram.

Sedikit pun aku tak membalasnya. Tatapanku masih lesu.

Dia mendecak kesal, kemudian melepaskan kerah bajuku secara paksa. Aku lanjut berjalan, tanpa membalas perbuatannya.

"Aku rasa dia perlu hukuman!" seru seseorang yang berada di samping anak yang baru saja menarik kerah bajuku.

"Tidak perlu teman. Dia hanya seorang rakyat jelata yang tidak pernah dididik orang tuanya!" Ia tertawa, dilanjutkan oleh orang-orang yang berada di sampingnya. "Kasihan sekali, apa kau dibuang oleh ibumu?" lanjutnya yang malah tertawa terbahak-bahak.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu. Urat-urat sekujur tubuhku menimbul, mataku memerah. Aku merasa pada saat itu, tubuhku disetrum oleh petir yang mengamuk. Aku mengepalkan tangan, kemudian berlari ke arah anak itu dengan sangat laju bak kilat cahaya, untuk menonjok wajahnya.

Seranganku barusan mengenai dagunya hingga dia terpental sangat jauh, mengenai rumah-rumah warga desa hingga dinding kayu rumah tetanggaku hancur.

Segera aku ditenangkan oleh beberapa prajurit yang memang bertugas untuk melindungi sekelompok bangsawan ini.

Sejak saat itulah, aku dan bibi Lean dijatuhkan hukuman seumur hidup di dalam sel tahanan yang jelas, benar-benar seperti nerakanya dunia.

°—┌⁠★⁠┘—°

"REY! Tubuhmu bergetar hebat!” tanya bunda khawatir. "Tidak apa jika kamu tidak ingin pergi ke akademi. Bunda tidak memaksakan kamu, kok."

Aku masuk ke kamarku tanpa berkata apa pun lagi.

Sosok bangsawan yang menjadi tuan tanah desa kami. Anak yang aku tonjok wajahnya di masa lalu, juga bersekolah di sana. Maka dari itu aku sangat ketakutan saat ingin memasuki akademi.

Keesokan harinya…

Di balik pintu kamar, aku mendengar dengan samar-samar. Maya berbicara dengan seseorang, membicarakan tentang perekrutan karyawan baru di toko. Aku sedikit lega, karena bunda terlihat kewalahan menghadapi pelanggan yang makin hari semakin bertambah banyak jumlahnya, apalagi dengan kutukan yang dialami bunda, membuatnya kesulitan bergerak.”

Breaking the Curse [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang