Terhitung sudah empat hari Zea dan Zia tinggal terpisah. Mereka tetap melakukan kebiasaannya tanpa hambatan. Keduanya terbiasa karna memang dulu sempat tinggal terpisah juga. Toh mereka juga setiap hari bertemu di sekolah atau terkadang jika main.
Sore sore seperti ini memang enak untuk bersantai sambil menonton. Seperti yang di lakukan Zia sekarang, ia tengah menonton dracin di laptopnya sembari rebahan di soffa. Tidak ada yang mengganggunya sama sekali karna keadaan rumah Aina pun sepi.
Mengingat Gibran yang belum pulang bekerja dan Gerdan yang sedang pergi main dengan temannya. Aina? wanita itu tengah bersiap akan pergi ke pengajian rutin di masjid depan sana. Aina turun dari tangga dengan raut wajah bingung, sedangkan Zia yang melihat Aina merasa heran.
"umi, kenapa? "tanya Zia pada Aina.
"oh Zia, ini umi lagi bingung" jawab Aina lalu duduk di soffa.
"emangnya kenapa mi? " tanya Zia lagi bangkit dari rebahan nya.
"umi harus pergi ke pengajian, tapi tadi Alfan telpon umi kalo dia sakit" jelas Aina.
"Alfan kalo udah sakit ga mau ngapa ngapain, pasti dia juga belum makan" lanjut Aina khawatir.
"emm kalo bisa bantu, pasti Zia bakal bantuin umi" sahut Zia.
"tapi kayak gini Zia ga tau bisa bantu apa" lanjutnya lagi, lalu senyum Aina terbit.
"gimana kalo kamu bantuin umi jagain Alfan sampai selesai pengajian? kamu mau? " pinta Aina menatap Zia penuh harap.
"jagain Alfan? di rumahnya? " ulang Zia yang di angguki Aina.
"iya kamu mau kan? " tanya Aina lagi.
"emang gapapa? pasti kita bakal berdua kalo gitu" ujar Zia sedikit kaku.
"gapapa lagian cuma sebentar, umi juga percaya sama kalian" balas Aina.
"ya udah Zia siap siap dulu" putus Zia.
"iya sana, nanti alamat rumahnya umi kirim lewat chat" ujar Aina.
"umi pergi dulu, assalamu'alaikum"
"waalaikumsalam"
Zia berlalu menuju kamarnya untuk bersiap. Sejujurnya ia sangat malas untuk menjaga Alfan yang sedang sakit. Apalagi mengingat Alfan yang merupakan musuhnya. Tapi Zia cukup tau diri, selama ini ia tinggal di rumah Aina dan anggap saja menjaga Alfan ini sebagai ganti rasa terimakasih nya.
Zia mengesampingkan dahulu masalah dendamnya untuk kali ini. Gadis itu sekarang sudah siap dengan pakaian yang cukup simpel. Baju crop yang memperlihatkan perut mulusnya saat ia mengangkat tangan, lalu celana jins dengan warna senada, dan sepatu sneakers berwarna putih.
Gadis cantik itu turun dari tangga sambil menenteng sebuah jaket. Ia akan pergi ke rumah Alfan dengan motor sport nya.
Ia menghidupkan motor dan melaju dengan cepat membelah jalanan. Jalan cukup macet karna sekarang sudah waktunya jam pulang bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET | ON GOING
Teen Fiction"darah di balas darah, nyawa di balas nyawa, dan kehancuran di balas kehancuran" Nazea Eira Devanya & Nazia Keina Devanka_ Bagaimana jadinya jika dua orang gadis kembar tenyata memiliki hubungan rahasia dengan musuhnya sendiri? Nazea dan Nazia mere...