6

1.5K 183 10
                                    




Shani menatap kesana kemari, rumahnya tampak sepi tak seperti biasanya.

"Kemana pak tio dan mbak asri?"gumam shani.

Ia melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang tv. Di sana ada putra kembarnya yang tengah menonton tv bersama babby sister nya.

"Mama udah pulang!"ujar aldo girang.

Ia berlari memeluk tubuh shani, di susul oleh zee.

"Dina, pak tio sama mbak asri kemana?"tanya shani.

Belum sempat dina menjawab, mbak asri baru saja sampai di rumah.

"Dari mana mbak?"tanya shani.

"Saya habis dari rumah sakit nyonya"sahut mbak asri.

"Siapa yang sakit?"

"Pak tio mana?"tanya shani.

Mbak asri hanya diam, ia menghela nafasnya kasar. Matanya melirik tajam ke arah dina yang berdiri di dekat sofa ruang tv.

Melihat wajah tak bersalah dina, membuat mbak asri ingin mencabik cabik wajah gadis jaham itu.

"Mbak, jawab saya"ucap shani.

"Ara nya... ara keritis lagi"ucap mbak asri pelan.

Mbak asri menatap raut wajah shani. Tak ada raut ke khawatiran di sana. Sangat terlihat biasa saja saat mendengar ara kembali terbaring lemah di rumah sakit.

"Owh, kirain kenapa"ujar shani.

Asri yang mendengar itu menghela nafasnya kasar. Memang bernar apa yang di ucapkan tio. Tak ada yang bisa di harapkan, mau ara mati sekalipun, kedua orang tua berhati iblis ini tak akan peduli pada ara.

"Anak anak, ayo ikut mama"

"Mama belikan pizza kesukaan kalian"ujar shani.

"Yey! Asik!"seru zee girang.

"Siapa yang sampe meja makan duluan itu yang dapat bagian banyak!"ujar aldo berlari kencang.

"Curang!!"teriak zee berlari mengejar aldo.

***

Pukul menujukan jam 9 malam, ara baru saja sadar. Kini dirinya tengah meminum susu nya yang baru saja di buat oleh pak tio.

"Pelan pelan saja minum nya"ujar pak tio.

"Aus ala aus"gumam anak itu di sela sela hisapan dot nya.

Pak tio hanya tersenyum mendengar itu, ia merapikan surai rambut ara yang berantakan.

Tak berapa lama, ara sudah menghabiskan sebotol susu nya. Ia memberikan botol dot nya yang sudah kosong pada pak tio.

"Ara sekarang bobo lagi ya"ujar pak tio merapikan selimut menutupi tubuh mungil ara.

"Bapak"panggil ara.

"Hm, kenapa?"tanya pak tio.

"Mama ala cudah pulan beyum?"

Pak tio melihat jam yang melingkar di tangannya."em, sepertinya sudah"

"Kenapa?"

"Ala cudah belapa kali cakit kenapa mama ndak peyuk ala kayak bang aldo sama bang zee watu cakit?"tanya ara polos.

Pak tio yang mendengar itu terdiam, ia tak tau harus menjawab apa. Ara masih kecil, ia tak akan mungkin mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.








Gak bisa nulis panjang panjang. Gue udah kerja ngab. Sedikit aja gak papa ya, gue takut kalau panjang bakalan lama banget up nya dan berakhir kalian lupa sama alur nya🙏🏻


Tbc

Lengkara DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang