Gracio mermarkirkan mobilnya tepat di halaman rumahnya.Ia berjalan masuk sembari melonggarkan dasi nya. Hari ini sungguh sangat melelahkan, prusahaan cabangnya sedang mengalami masalah.
Hal itu membuat gracio harus berkerja keras untuk memulihkan keadaan di kantor cabangnya.
Gracio mendudukkan dirinya di kursi sofa ruang tengah. Ia memejamkan matanya sembari memijat pelipisnya.
Mata gracio perlahan terbuka saat mendengar suara dentungan gelas yang di taruh ke meja.
Matanya menatap tajam ke arah boca kecil yang tengah menaruh segelas teh hangat di meja.
"Papa, ala uatin papa teh"ucap ara tersenyum manis ke arah gracio.
Gracio menaikan sebelah alisnya menatap segelas teh yang berada di meja.
Mata tajam gracio kembali beralih menatap ke arah ara yang masih berdiri di hadapannya.
Gracio menghela nafasnya kasar, ia sangat benci melihat wajah tersenyum milik ara.
Ingin sekali dirinya melenyapkan anak tak berguna ini sekarang.
Gracio mengambil teh yang ara buatkan untuknya.
Matanya menatap ke arah gelas yang ia pegang lalu beralih menatap ke arah ara yang masih menatap ke arahnya.
Gracio menyeruput sedikit teh tersebut, rasa manis menjalad di rongga mulutnya.
"Sini"ucap gracio menyuruh ara untuk mendekat pada dirinya.
Ara dengan senang berjalan mendekati papa nya tersebut. Jarang harang kan papa nya ini ingin berdekatan dengan dirinya.
Setelah ara diri ara mulai mendekat pada gracio, dengan sengaja pria kejam itu menumpahkan teh yang masih lumayan panas itu mengenai tangan ara.
Ara meringis kesakitan merasakan panas yang menjalar di tangan kirinya.
"Anas angan ala..."cicit ara dengan matanya yang maulai berkaca kaca.
Gracio yang melihat itu tersenyum senang, ia menarik surai rambut ara membuat ara mendongakkan kepalanya menatap ke arah gracio.
"Cih!, jangan fikir dengan kamu melayani saya seperti ini saya akan menyayangi kamu?"
"Tidak akan pernah!"ucap gracio melepas kasar cengkramannya pada rambut ara.
Ara menahan tangisnya, ia meremas kuat jari jarinya menunduk takut.
Ara tak boleh menangis, ia harus menjadi anak yang kuat di hadapan mama dan papa nya.
"Asal kamu tau..."
"Saya tidak akn pernah menganggap mu sebagai anak saya"
"Camkan itu!"ujar gracio menoyor kuat kepala ara.
"Aw!"ringis ara memegangi kepalanya.
Pertahanan ara untuk tidak menangis runtuh, saat kepergian gracio dari sana ara menangis.
Ia memegangi tangannya yang sudah melepuh terkena teh panas itu.
Ara tak menangis karena ucapan gracio tadi. Ara tak mengerti tentang apa yang gracio ucapkan.
Hanya saja, dalam fikiran ara memikirkan tantang ucapan gracio yang membilang dirinya ini bukan anaknya.
T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara Dewangga
Teen Fiction"Ara kan juga anak mama dan papa, kenapa ara berbeda?" *** "Mama ara mau sosis nya..." "Hai! Siapa yang nawarin kamu!" "Sosis itu untuk kedua anak saya!"desis mamanya. "T-tapi ara juga mau sosis"cicit ara. *** "Ara kalau cita cita nya apa?" "Cita ci...