10

1.4K 171 12
                                    











Mbak asri berjalan mondar mandir sembari meremas jari jarinya.

Ia sangat cemas dengan keadaan ara yang berada di dalam gudang belakang rumah.

Tadi, gracio memperingati seluruh para pekerja di rumahnya untuk tidak membukakan pintu gudang belakang untuk ara keluar.

Semua menurut, tak ada yang berani melawan gracio.

Bagaimana pun, mereka seumua masih membutuhkan perkejaan ini untuk membiayai hidup mereka.

Tio menghela nafasnya melihat mbak asri yang tan bisa diam sedari tadi.

Dirinya juga khawatir dengan keadaan ara, namun ia juga harus tenang dan berdoa kepada tuhan agar ara tidak kenapa napa di dalam sana.

"Duduk"ucap tio menaruh segalas teh hangat untuk mbak asri di meja.

"Gak bisa, ara ada di sana!"

"Dia di kurung tio, bagaimana aku bisa tenang?!"ujar mbak asri frustasi.

"Ya aku tau, semua pekerja di rumah ini mengkhawatirkan kondisi ara"

"Tapi kita tak bisa berbut apa apa selain berdoa meminta kepada tuhan agar ara tidak kenapa napa di dalam sana"jelas pak tio.

Mbak asri yang mendengar itu hanya menghela nafasnya frustasi.

Tio berjalan mendekati asri, ia mengelus lembut punggu wanita itu.

"Minum tehnya, tenangkan pikiran mu"

"Aku yakin ara tidak kenapa napa di dalam sana"

"Ara anak yang kuat!"ucap tio meyakinkan.

Mbak asri menganggukan kepalanya lemah, ia mendudukan dirinya di kursi ynga berada di dalam garasi mobil.

Ia meminum teh hangat yang sudah di buatkan oleh pak tio.

"Terus lah berdoa demi kesalamatan ara"ucap tio yang di balas anggukan lemah oleh mbak asri.













***













  Shani tersenyum senang melihat kedua anak kembarnya yang memakan makanannya dengan sangat lahap.

Zee menatap ke arah papa nya yang sedang fokus makan. Tadi, diriny mendengar suara teriakan papanya.

Ia tau, paati papanya tengah mengamuk kepada ara karena telah merusak mainan milik abang nya.

"Zee tadi denger papa teriak"ucap zee membuat shani dan gracio menatap ke arahnya.

"Papa hukum anak jelek itu ya?"tanya zee.

Zee memang memanggil ara dengan sebutan anak jelek, dikarenakan tubuh kurus dan kulit ara yang sedikit gelap dari dirinya.

"Ya, anak nakal memang harus di hukum kan?"ujar gracio.

Aldo menganggukkan kepalanya setuju, ara memang harus di hukum.

Anak itu dengan lancangnya menyentuh dan merusak mainan mobil barunya.

"Sekarang dia dimana?"tanya zee.

"Kenapa banyak tanya?"

"Apa kamu sudah mulai perduli padanya?"tanya gracio tertawa kecil di selah kenyahannya.

Zee menggelengkan kepalanya kuat, yang benar saja. Berdekatan dengan ara saja, dirinya sudah merasa jijik, apa lagi mulai memperdulikan bocah itu.

Tidak mungkin!

"Tidak, zee hanya bertanya papa"ucap zee.

Gracio menganggukan kepalanya."tak usah di fikirkan. Ayo lanjutkan saja makannya"

Zee mangangguk patuh, ia kembali memakan makananya dengan nikmat.

Di sisi lain, mbak asri menatap ke arah ruang makan. Hatinya berdenyut nyeri melihat mereka yang begitu bahagia menyiksa ara.

Apa salah ara?

Bocah malang yang tidak tau apa apa, kenapa ia harus di berikan ujian seberat ini.

Ara masih kecil, sama seperti aldo dan zee, tapi kenapa shani dan gracio begitu tega melukai ara dengan sadis.

Ara juga tidak ingin di lahirkan di dunia dengan kekurangan yang ia punya.















T B C

Lengkara DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang