NIH NIH! LANJUTANYA!
SABAR KEK!
Jasad ara dibawa ke jakarta, acara tahlilan lakukan di rumahnya mbak diwa yang tak jauh dari rumah shani.
Semua berjalan dengan lancar, shani ikut mengatarkan ara ketempat peristirahatan terakhir.
Tidak dengan gracio, pria itu menolak menatah mentah untuk mengatarkan ara ketempat peristirahatan terakhirnya.
Shani mengusap batu nisan yang bertuliskan nama ara tanpa menggunakan 'Bin' karena gracio menolak keras hal itu.
"M-maaf untuk semuanya..."ucap shani.
Hanya itu yang mampu shani ucapakan sedari tadi. Entah sudah berapa ribu kali ia mengucapkan itu.
"Nyonya, ayo pulang. Sebentar lagi azan ashar"ujar mbak asri.
Shani menganggukkan kepalanya, berat rasanya shani meninggalkan makam anaknya.
"Nyonya jangan nangis terus, nanti ara sedih melihat mama cantiknya nangis terus..."ucap mbak diwa.
Shani yang mendengar itu kembali menangis, ara dulu sering sekali memuji dirinya. Sekarang shani tak bisa mendengar semua pujian dari ara lagi, untuk selamanya.
***
Shani berjalan membawa dua botol dot anak kembarnya. Ia mau membuatkan susu kepada anak anak nya.
"Ya, habis susu nya"gumam shani.
Shani berjalan menghampiri kamar mabk asri untuk menyuruh mbak asri membelikan susu untuk si kembar.
"Mbak..."panggil shani sembari mengetuk pintunkamar mbak asri.
Tak berapa lama mbak asri keluar dari kamarnya.
"Kenapa nyonya?"tanya mbak asri.
"Tolong belikan susu buat si kembar dong mbak"ucap shani.
"Oh iya nya, sekalian belanja bulanan juga"
"Stok makanan di rumah juga udah habis"ucap mbak asri.
Shani menganggukan kepalanya, ia Mengeluarkan 5 lembar uang merah lalu di berikan kepada mbak asri.
Mbak asri yang sudah mendapatkan uang langsung pergi untuk memembeli semua yang di butuhkan.
Sedangkan shani, entah apa yang tengah di lakukan wanita itu di dalam kamar pembantunya.
Sedikit lancang karena masuk tanpa permisi, namun entah mengapa dirinya ingin sekali masuk kedalam kamar mbak asri.
Tak ada halyang menarik di sana, hanya ada tempat tidur berukuran 6 kaki, nakas dan juga lemari plastik untuk pakaian.
Mata sipit shani menatap ke arah buku buka yang tertumpuk di atas nakas. Ia mengambil buku tulis dengan di depan sampul buku yang tertuliskan nama 'Lengkara Dewangga'.
Shani membuka buku tulis itu, tak ada yang spesial. Hanya ada tulisan huruf dan angka di sana.
Ia menaruh kembali buku tulis itu di tempatnya. Tangannya beralih mengambil buku gambar milik ara.
Shani tersenyum melihat gambar yang ara buat sangat lah cantik. Ia kembali membuka lembaran lembaran berikutnya.
Sampai pada akhirnya shani meihat ada gambar yang sangat menyentuh hatinya.
Gambara yang ara buat ada seorang pria dewasa, wanita dewasa dan tiga anak laki laki di sana.
Tak lupa, ara menuliskan nama nama di masing gambarnya. Ada papa, mama, bang aldo, bang zee dan yang terakhir adalah dirinya.
Air mata shani kembali jatuh membasahi pipinya, mengingat seberapa menderitanya ara waktu itu.
Ara yang selalu mengemis kasih sayang kepada dirinya dan juga gracio. Namun mereka berdua hanya acuh dan merasa jijik berada di dekat ara
Bertapa berdosanya diri shani menelantarkan anak yang belum mengerti tentang apa apa. Anak yang polos dan hanya memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Sekarang di dalam lubuk hati shani yang paling terdalam hanya ada rasa penyesalan yang begitu besar.
Andai dan beribu ribu andai di ucapkan shani. Andai dirinya menyayangi ara layaknya ia menyayangi aldo dan zee.
Andai dirinya tak terobsesi memiliki anak yang sepurna agar dapat ia andalkan nanti nya.
Andai ia tak memikirkan itu semua, pasti saat ini tak ada rasa penyesalan yang begitu besar tibul di dalam hati shani.
"Obil bang aldo sama bang zee cantik ya pak?"ucap ara pada pak tio.
Pak tio tak menjawab, ia hanya menatap ke arah ara. Wajah anak itu seperti sangat ingin memiliki benda yang tengah di mainkan oleh aldo dan zee.
Hingga sorenya, pak tio membuatkan ara mobil mobilan dari botol bekas dan juga sendal sualow. Ia membuat mobil mobilan itu secantik mingkin.
"Ara sini deh. Bapak ada hadia buat ara..."ucap pak tio.
Ara berjalan menghampiri pak tio yang berada di halam rumah.
"Hadia, hadia apa itu?"tanya ara.
Pak tio menunjukkan mobil mobilan hasil buatanya sendiri. Ara yang melihat itu tersenyum senang.
Ia menerima mobil mobilan itu dengan hati yang gembira.
"Yey! Ala punya obil!"ucap ara kegirangan.
Pak tio yang melihat itu menitihkan air matanya. Melihat ara yang begitu bahagia membuat ia merasa sedih melihat nasib ara yang begitu menyedihkan.
"Maafin bapak ya ara. Bapak cuman bisa buat mobil mobilan dari bahan bahan bekas. Nanti kalau bapak ada rezeki, bapak akan belikan ara mobil mobilan yang bagus"ucap pak tio.
Tanpa di sadari, shani melihat kejadian itu semua. Melihat ara yang begitu senang saat di berikan mobil mobilan yang terbuat dari bahan bekas, membuat hati shani sedikit tersentuh.
Tapi saat itu shani membuang jauh rasa kasihannya pada ara. Ia tak masih tak mau menganggap ara adalah anak kandungnya.
Hu hu hu😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara Dewangga
Teen Fiction"Ara kan juga anak mama dan papa, kenapa ara berbeda?" *** "Mama ara mau sosis nya..." "Hai! Siapa yang nawarin kamu!" "Sosis itu untuk kedua anak saya!"desis mamanya. "T-tapi ara juga mau sosis"cicit ara. *** "Ara kalau cita cita nya apa?" "Cita ci...