7. Keren

200 20 0
                                    

Dua belas tahun yang lalu ….

“Kita mau ke mana, Yah?” tanya gadis delapan tahun itu pada ayahnya.

“Kita akan pergi ke rumah Kakek Hiruzen. Cucu-cucunya baru saja pulang setelah mendapatkan gelar prestisius dari Harvard. Salah satu dari mereka akan memegang kendali Uzumaki Dynamics,” jelas Hiashi pada Hinata–anak semata wayangnya.

“Apakah itu artinya salah satu dari mereka akan menjadi bos Ayah?” Hinata melihat ayahnya mengangguk seraya tersenyum. “Kalau begitu, aku harus bersikap baik agar Ayah tidak mendapatkan masalah.”

Hiashi tergelak mendengarkan ucapan penuh perhatian dari Hinata. “Jangan menahan diri, jadilah diri sendiri. Tapi Ayah akan berterima kasih jika kamu bersikap baik.”

“Baik, Ayah.” Hinata menganggukkan kepala seraya tersenyum lebar.

Keluarga Hyuuga dan Uzumaki memiliki hubungan yang erat dari generasi ke generasi. Almarhum kakeknya Hiashi–adalah ilmuwan berbakat yang terlibat dalam proyek-proyek penting yang membantu membangun fondasi teknologi perusahaan. Dia adalah sosok visioner yang menanamkan benih inovasi yang terus tumbuh di Uzumaki Dynamics.

Ayahnya Hiashi melanjutkan warisan tersebut. Sebagai tokoh kunci dalam pengembangan teknologi senjata canggih, dedikasi dan keahliannya telah membantu perusahaan mencapai banyak pencapaian signifikan. Dia dikenal karena kepiawaiannya dalam mengembangkan teknologi yang tidak hanya efektif tetapi juga inovatif.

Hyuuga Hiashi merupakan keturunan ketiga dalam keluarga Hyuuga yang terus menjalin hubungan erat dengan Uzumaki Dynamics. Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan yang menghargai ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, Hiashi menempuh pendidikan tinggi di universitas terkemuka sebelum bergabung dengan Uzumaki Dynamics.

Sebagai ilmuwan yang dihormati, Hiyashi berkontribusi pada proyek-proyek penting perusahaan, melanjutkan warisan keluarganya dengan integritas dan visi yang sama. Namun, dia juga membawa beban berat di pundaknya: Sindrom Hyuuga–penyakit genetik yang memengaruhi kesehatan keluarganya dan memperpendek umur mereka, membatasi hidup mereka rata-rata hingga usia empat puluhan.

Hiyashi bertekad untuk menemukan pengobatan bagi penyakit ini, bekerja tanpa lelah di laboratorium untuk mencari terobosan yang dapat menyelamatkan nyawa dirinya dan keluarganya, mematahkan kutukan 40 tahun keluarga Hyuuga. Dengan semangat juang dan cinta untuk keluarganya, Hiyashi berharap dapat mengatasi tantangan ini dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi putrinya–Hinata.

“Kakek Hiruzen!” seru Hinata dengan gembira sembari melambaikan tangan.

“Selamat datang, Hinata!” Hiruzen tersenyum lebar pada gadis kecil yang berdiri di samping Hiashi. “Hiashi, ayo masuk!” Tangannya terulur untuk menyambut sepasang ayah dan anak itu.

“Tuan Hiruzen, bagaimana kabar Anda?” Hiashi menyapa dengan ramah, menggenggam tangan Hiruzen dengan erat.

Hiruzen tertawa, suaranya penuh kehangatan. “Setelah menginjak sembilan puluh satu tahun, aku menjadi lebih sensitif dengan sapaan seperti itu. Apakah semuanya mulai mengkhawatirkanku yang semakin tua ini?”

Hiashi tersenyum. “Tentu saja kami semua peduli, Tuan Hiruzen. Tapi kami juga tahu Anda masih sangat kuat dan penuh semangat.”

Hiruzen mengangguk, matanya bersinar dengan kebanggaan dan kebijaksanaan usia. “Kamu benar. Usia mungkin bertambah, tapi semangatku untuk Uzumaki Dynamics tidak akan pernah surut.”

Hiashi mengulum senyum, lalu mengangguk. “Anda yang terbaik, Tuan Hiruzen!”

“Kakek Hiruzen, cucu-cucu Kakek yang baru saja kembali itu, di mana?” Hinata celingukan mencari cucu-cucu Hiruzen yang sepanjang perjalanan tadi ayahnya ceritakan.

“Oh, mereka ada di taman belakang. Sedang bersantai,” jawab Hiruzen, matanya berbinar penuh kebanggaan.

“Ayo, Hinata. Mari kita temui mereka,” ajak Hiashi, menggenggam tangan putrinya dengan lembut.

Mereka bertiga berjalan melewati koridor rumah besar itu, menuju taman belakang yang dipenuhi bunga-bunga dan pepohonan hijau. Di sana, dua pemuda yang sama tinggi sedang duduk di sebuah meja: yang satu sedang membaca buku, sedangkan yang lainnya mengotak-atik gitar.

Senyuman bersahaja lantas merekah dari wajah Naruto dan Konohamaru. Naruto menutup buku yang sedang dibacanya, sedangkan Konohamaru menaruh gitar yang sedari tadi dia perbaiki, lalu keduanya beranjak menyapa Hiashi dengan ramah.

Naruto menatap Hiashi dengan tegas. "Selamat datang, Om. Apa kabar?" ucapnya singkat, tetapi penuh wibawa.

Konohamaru, dengan senyuman hangatnya, menambahkan, "Om! Lama tidak berjumpa. Bagaimana perjalananmu ke sini?" Dia menyambut dengan ramah dan antusias.

Hierarki (NaruHina) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang