24. Pembalasan

135 11 5
                                    

Danzo membuka pintu seraya sibuk membolak-balikan map di tangannya. “Ayah, perwakilan R&D ingin bertemu dengan ….” Dia tergemap kala melengak, mendapati Arata ada di ruangan ayahnya, berdiri saling berhadapan. Danzo pun menyapa dengan sopan. “Hallo, Om. Bagaimana kabar ….”

Arata mendekati Danzo dengan tergesa-gesa, lalu melayangkan tamparan cukup keras. “Dasar anak kurang ajar! Berani-beraninya kamu mengkhianatiku!”

Danzo terkejut memegangi sisi wajahnya, rasa sakit menyengat membuatnya terdiam sejenak. “Om, apa yang kamu lakukan?” tanyanya, suaranya bergetar antara kebingungan dan kemarahan.

Arata menatap Danzo dengan penuh amarah. “Berani-beraninya kamu memikirkan untuk menggunakan marga Uzumaki! Apakah kamu tidak mengerti betapa seriusnya ini?” Suaranya menggelegar, mengisi ruangan dengan ketegangan yang kental.

Danzo mengerutkan kening, bingung. Kemudian, dia melirik Hiruzen yang justru memalingkan wajah saat berhadapan dengannya. Hiruzen tak memiliki keberanian membela Danzo, Arata sudah dia anggap seperti ayahnya sendiri.

Danzo teringat perkataan sang ayah beberapa hari yang lalu tentang rencana memberikan marga keluarga untuknya. Dia mengakui bahwa dia sangat senang saat mendengar rencana itu dan penuh harap. 

Danzo menyukai keluarga Uzumaki dan merasa terhormat menyandang marga tersebut di belakang namanya. Dia tak dapat membayangkan betapa bahagianya ketika marga itu menjadi miliknya. Dia berjanji akan menjaga marga tersebut dengan sebaik-baiknya.

Namun, tamparan keras dari Arata membawanya kembali ke dunia nyata, menghancurkan mimpi indah Danzo. Pria berusia tiga puluh tahun tersebut merasa sangat kecewa dan patah hati. Perasaan terasingkan kembali menghinggapi hatinya, membuat Danzo merasa kecil.

Arata menggeram. “Jika kamu melanjutkan niatmu, aku tidak akan segan-segan untuk mengusirmu dari keluarga ini. Keluargaku tidak butuh pengkhianat!” matanya nyalang menatap Danzo penuh kemarahan, “Ingat! Kamu hanya seorang anak haram yang beruntung menjadi bagian keluarga ini! Jangan sekali-kali melupakan itu.”

Arata beranjak meninggalkan ruangan dengan amarah yang masih berapi-api. Dalam hati dia bergumam, yang terpenting, maksud kedatangannya sudah tersampaikan. Arata berharap Hiruzen dan Danzo tidak mengabaikan peringatannya.

“Kita bahas masalah ini di rumah,” ujar Hiruzen, membuyarkan renungan Danzo, kembali duduk dan sibuk dengan pekerjaan di hadapannya.

Danzo merasakan campuran antara sedih dan marah, menatap frustrasi ayahnya yang pura-pura sibuk dengan pekerjaan. Kemudian, Danzo berbalik meninggalkan ruangan dengan perasaan kecewa—Hiruzen tidak membelanya dari amukan Arata.

Pulang bekerja, Danzo singgah di salah satu bar di distrik Ginza. Dia memesan minuman paling keras untuk meredam stres yang tengah merundung pikirannya. Sebenarnya, Danzo ingin segera pulang dan menuntut penjelasan dari Hiruzen, tetapi tiba-tiba dia kehilangan hasrat, mengetahui sifat ayahnya yang selalu takut pada anggota keluarga lainnya. “Hasilnya takkan berubah,” gumam batin Danzo, patah arang.

“Danzo?”

Danzo menoleh ke sumber suara, mendapati Mosaru berdiri di sampingnya. Danzo hanya menanggapi dengan senyuman sederhana, lalu kembali fokus pada minuman di tangannya. 

“Kamu terlihat kacau, Nak. Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Mosaru yang khawatir.

Danzo tersenyum kecut. “Om, pasti sudah mendengarnya, bukan? Apa, Om, datang kemari untuk mengejekku?”

Mosaru menghela napas, lalu menggelengkan kepala. Dia duduk di sisi Danzo. “Kamu ingat, Nak? Aku yang membawamu masuk ke keluarga ini. Aku ingin kamu bisa mendapatkan apa yang berhak kamu miliki.”

Danzo menoleh dengan malas, lalu kembali asyik meneguk minumannya. “Entahlah, Om. Aku ragu, apakah layak atau tidak.”

“Tentu saja kamu layak.” Mosaru menatap Danzo dengan tegas. “Jangan mempertanyakan kelayakanmu. Di tubuhmu mengalir darah Uzumaki. Itulah yang paling penting.” Penuh simpati dia kembali melanjutkan, “Kamu tahu, Nak, aku selalu ada di pihakmu. Meski aku bukan orang yang disukai di keluarga ini, aku tetap berusaha yang terbaik untukmu.”

Danzo menatap Mosaru dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Om.”

“Kapan pun kamu membutuhkan bantuanku, aku akan selalu siap. Jika kamu ingin memberi pelajaran kepada orang-orang yang sudah merendahkanmu, hubungi saja aku,” ujar Mosaru, tersenyum penuh kepedulian pada Danzo. Hatinya berbunga-bunga, karena waktu pembalasan untuk keluarga sialan yang telah membuangnya, ternyata datang lebih cepat. Dengan Danzo berpihak padanya, dia memiliki kolaborator yang kuat dan sempurna untuk menghancurkan keluarga Uzumaki.

Malam itu, kedekatan Danzo dan Mosaru kembali terjalin. Perlahan-lahan, Mosaru mulai memengaruhi Danzo, hingga membuat pria itu hanya mempercayainya seorang. Mosaru membantu Danzo untuk mengumpulkan dukungan dan membentuk relasi bisnis yang kuat dengan petinggi-petinggi Uzumaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hierarki (NaruHina) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang