19. Sugar Daddy

263 18 0
                                    

+81-4477-×××: Ini nomor saya, Naruto.

Hinata yang baru saja bangun tidur, seketika terpegun saat membuka pesan dari nomor baru. Dia terbengong-bengong, mencoba mencerna pesan singkat tersebut. Hinata menggosok matanya berkali-kali, lalu menatap kembali ponselnya, memastikan dirinya tidak salah melihat.

+81-4477-×××: Terlalu merepotkan jika surat-menyurat. Shino memiliki banyak pekerjaan.

Hinata membekap mulutnya, berusaha menahan diri agar tidak menjerit kegirangan saat membaca pesan kedua dari Naruto. Tidak salah lagi, ini adalah nomor ponsel suaminya. Ya ampun, Hinata benar-benar bahagia. Hatinya berdebar-debar, tak menyangka Naruto akan menghubunginya lebih dulu. Ini benar-benar kejutan yang tidak terduga, membuat pagi harinya menjadi menyenangkan.

Hinata segera menamai kontak Naruto "SugarDaddy," lalu mengecup layar ponselnya dengan gembira. Tak mampu menahan kebahagiaan yang meluap-luap, dia bangkit dari kasur dan melompat-lompat kegirangan. “Muach!” Dia mencium ponselnya sejenak. “I love you, Sugar Daddy-ku!”

Mendengar kegaduhan dari kamar Hinata, para pelayan segera berlarian memasuki ruangan nyonya rumah mereka, wajah mereka penuh dengan kekhawatiran. Mereka terkejut dan cemas melihat Hinata melompat-lompat di atas ranjang dengan ekspresi yang tak bisa mereka pahami.

“Ah, Nyonya!” seru salah satu pelayan dengan nada panik.

“Nyonya, hati-hati!” teriak yang lainnya, matanya membelalak penuh kekhawatiran.

“Ya ampun, Nyonya! Hati-hati!” ujar seorang pelayan perempuan, tampak bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.

“Nyonya, Anda bisa terjatuh!” desis pelayan lainnya, bersikap waspada dan mencoba menahan napas.

“Nyonya, ini berbahaya!” suara salah satu pelayan penuh kecemasan.

“Nyonya, mohon kendalikan diri!” pinta salah satu pelayan dengan nada gelisah, berusaha menjaga agar suara mereka tidak pecah oleh kekhawatiran.

Beberapa pelayan dengan cepat berusaha meraih tangan Hinata, menggenggamnya dengan lembut namun penuh kekuatan, berusaha mencegahnya dari jatuh dan menjaga agar dia tetap seimbang. Rasa panik meliputi mereka, takut Hinata jatuh lalu terluka.

Di loncatan terakhir, dia mendarat terlentang sambil tersenyum-senyum. “Pagi ini, aku sangat bahagia!” serunya dengan gembira, membuat para pelayan bingung akan alasannya. Namun, Hinata segera bangkit dan menunjukkan pesan singkat dari suaminya kepada mereka, membuat semuanya mengerti.

"Benarkan?" Hinata tak kuasa menyembunyikan raut wajah bahagia dan puasnya. Kemudian, dia mendekap ponsel pintarnya dengan penuh sayang. "Bagaimana? Kalian sudah mengerti?" tanyanya dengan senyuman yang terus merekah, yang langsung diangguki oleh para pelayan dengan wajah terlongong-longong.

Sementara di tempat lain, Naruto tersenyum saat membaca balasan pesan dari Hinata yang khas. Emoji-emoji di akhir pesan tersebut mengingatkannya bahwa istrinya memiliki sisi kekanak-kanakan, namun Naruto merasa hal itu manis dan wajar. “Dasar anak kecil,” gumamnya.

“Tuan, pesawatnya sudah siap,” lapor Mizuki—asisten pribadinya—mengalihkan perhatian Naruto dari ponsel.

Kemudian pria jangkung itu beranjak dari ruang tunggu. Narita cukup ramai hari ini. Meski suasananya sibuk, Naruto merasa tenang, bersiap untuk penerbangannya ke London. “Jam berapa kita take off?” tanyanya sambil melihat jam di pergelangan tangan tanpa memperlambat langkah.

Mizuki melihat jam tangannya sambil menyesuaikan langkahnya dengan Naruto. “Sekitar lima belas menit lagi, Tuan. Oh ya, Tuan,” tiba-tiba teringat sesuatu, “Pak Shino berpesan, jangan lupa mengirim pesan kepada Nyonya sebelum penerbangan dimulai.”

Naruto memejamkan matanya sejenak, merasa jengah. “Shino semakin menyebalkan seperti si pak tua itu,” gumamnya, lalu merogoh ponsel di saku dalam jasnya. Kemudian mulai mengetik pesan singkat untuk mengabari Hinata.

SugarDaddy: Saya akan terbang ke London sebentar lagi. Akan menghubungimu setelah mendarat.

Hierarki (NaruHina) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang